Chap 6

12 2 0
                                    


"Yah! Andaruuuuu, ojo sombong nek dadi duwuran, ning pasar duwuran regane sepuluh ewu entuk papat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yah! Andaruuuuu, ojo sombong nek dadi duwuran, ning pasar duwuran regane sepuluh ewu entuk papat." umpat Sahyun pada langit.

"Apa ini kebiasaanmu?" interupsi suara tenor di belakang Sahyun.

"Masya Allah! Andra!" hysteria Sahyun saat mendapati pria tampan di belakangnya, membuatnya melompat dari bangku kayu yang tadi dinaikinya dan berlari mendekati pria tampan itu, Dhirendra Buana.

"Long time no see, Lisahyun." Ucap Andra merentangkan tangannya hingga Sahyun masuk dalam pelukannya, aroma citrus bercampur pappermint yang sangat dirindukan Sahyun seketika meningkatkan hormone endorphinnya, kembali memberikan energy positive yang memang sangat dibutuhkan Sahyun saat ini.

"Koq loe bisa ada disini?" bingung Sahyun melepas pelukannya, hormone endorphine yang dibutuhkannya sudah cukup untuk melanjutkan sisa hari ini.

"Gue juga nggak nyangka bakal ketemu loe disini, kemarin gue dengar ada sekretaris baru direktur, namanya Lisahyun, gue nggak yakin sih itu beneran loe atau bukan ya udah gue samperin aja kesini." Terang Andra. "karena yang punya nama Lisahyun kayaknya cuma loe doang deh." sambungnya

"Banyak kali, nggak gue doang. Terus loe tahu gue disini?" penasaran Sahyun bagaimana Andra bisa menemukannya di atap.

"Loe kan paling suka atap." Terang Andra sambil tersenyum, senyum manisnya selalu sukses membaikkan mood yang buruk. "Mas Aru bikin loe kesal ya?" tanyanya dengan nada lembut menenangkan.

"Loe dekat ya sama bos gue?" Andra kembali tersenyum karena tingkat penasaran Sahyun yang tak ada habisnya.

"Dia abang gue, Andharu, ingatkan gue pernah cerita dulu?"

"Aru yang itu?" Yakin Sahyun teringat masa ketika Andra menceritakan tentang keluarganya di Indonesia saat keduanya sama-sama berada di Taiwan, dan nama Aru paling sering masuk dalam ceritanya.

"Kata loe Mas Aru tu orangnya baik, lembut, penyayang, perhatian, apanya dia tu sama aja kayak batang pisang due jantung tapi orak due hati!" maki Sahyun kesal membuat Andra tertawa mendengar umpatan berbahasa jawa itu.

"Loe nih, udah lama tinggal di Taiwan, udah pernah tinggal di Singapur, di Jepang, di Korea balik-balik masih aja ngumpat pake bahasa jawa medoknya nggak ilang-ilang."

"Ya gimana dong, gue Jawa tulen, lagian boss gue nggak bakal mudeng." Yakin Sahyun.

"Bundanya Jawa asli loh!" peringat Andra.

"Ya kali dia mau ngadu sama emaknya!" protes Sahyun masih sukses membuat pria tampan itu tertawa. "Udah ah cerita dulu!" ajak Sahyun membawa Andra duduk disalah satu bangku yang tersedia disana.

Atap gedung itu memang di desain sebagai sebuah taman yang didominasi warna hijau yang bermanfaat untuk mengurangi stress para karyawannya, dilengkapi rumput sintetis, bunga dan tanaman hijau yang ditanam didalam pot dan ditata rapi serta beberapa...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Atap gedung itu memang di desain sebagai sebuah taman yang didominasi warna hijau yang bermanfaat untuk mengurangi stress para karyawannya, dilengkapi rumput sintetis, bunga dan tanaman hijau yang ditanam didalam pot dan ditata rapi serta beberapa pohon yang ditanam didalam pot besar dan di letakkan disetiap sudut membuat suasana semakin sejuk. Ada pula bangku kayu dan sofa yang memang disediakan untuk para karyawan beristirahat melepas penat. Terkadang beberapa divisi kerap melakukan meeting di sana dan pada jam istirahat makan siang atau coffee break tempat itu akan dipadati oleh para karyawan.

"Setahu gue boss anak tunggal deh."

"Gue sepupunya mas Aru dan tinggal dirumahnya, atas pemintaan bunda." Terang Andra. Dhirendra Buana adalah keponakan kandung Arsyanendra, ayahnya menjabat sebagai wakil di perusahaan itu tak heran jika Andra juga di calonkan sebagai calon pewaris dan penerus perusahaan itu. Andra sendiri dibesarkan oleh Arsyanendra dan istrinya karena kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakanaan saat ia baru berusia 5 tahun.

"Percaya sama gue, mas Aru itu baik orangnya, tapi memang dia susah percaya sama orang, tapi dia bakal jaga dan melindungi orang-orang yang dia sayang." Yakin Andra.

"Ah loe nggak lihat aja gimana dia jahilin gue." Ucap Sahyun mulai bercerita kejahilan-kejahilan yang dilakukan Aru sejak hari pertama dia bekerja, dan semua yang dia lakukan adalah hal yang sia-sia. Bagi Sahyun yang tahu sakitnya memeras keringat dan sulitnya mengumpulkan rupiah, sangat kesal dengan sikap Aru yang menyia-nyiakan waktunya, sekalipun ia tetap digaji.

"Loe kenapa nggak pakai mobil perusahaan?" Tanya Andra setelah mendengar certa Sahyun. "Dengar ya manis, selama jam kantor loe bebas pake mobil perusahaan apalagi kerjaan loe kaitannya sama direktur, termasuk kalo loe mau beli makanan buat mas Aru, loe bisa minta antar supir ngapain loe jalan kaki!" terangnya. "Lama-lama kaki loe minta pensiun dini, nggak biasa pake heels sekarang pake heels di ajak wara-wiri lagi."

"Emang boleh pakai mobil perusahaan? Gimana donk dikasihnya ini sama pak Ganendra, syukur dapat gratis, tapi pake sepatu bermerek emang beda, walaupun nggak biasa pake heels tapi tetap nyaman koq." polos Sahyun. Karena setiap kali Sahyun keluar membeli makan atau minum untuk Direkturnya, Sahyun selalu jalan kaki dan tuntutanya bekerja harus menggunakan sepatu heels padahal sebelumnya ia selalu menggunakan sepatu kets atau sneaker. Sebenarnya café atau restaurant tempatnya membeli makanan dan minuman untuk Aru hanya di seberang perusahaan, tapi jika menggunakan kendaraan maka jalannya harus memutar mengikuti jalur dan jaraknya jadi semakin jauh, karena itu Sahyun memutuskan untuk jalan kaki dengan menyeberangi 4 lajur kendaraan 2 arah bermodal jembatan penyeberangan ditambah heels 5cm yang terkadang menyiksa kakinya.

Sementara itu

"Aku tidak melihat Sahyun sejak pagi?" Tanya Genta yang baru saja menghadiri meeting yang seharusnya dihadiri oleh Aru.

"Ah, mungkin dia sedang beristirahat, habis dinas luar." Santai Aru menahan senyum membayangkan wajah kesal Sahyun, entah kenapa hari-harinya semakin bersemangat sejak kehadiran Sahyun beberapa hari ini. Berbeda dengan sekretaris sebelumnya, Sahyun cenderung polos terlalu banyak hal sederhana yang belum dipahaminya, padahal ia memiliki segudang pengalaman kerja bahkan sampai ke luar negeri.

"Kau menjahilinya lagi?" tebak Genta.

"Tidak! Aku hanya sedikit lupa bahwa meeting hari ini kau yang meggantikanku."

"Kau benar-benar berniat membuatnya berhenti dalam 1 bulan? Dia hanya gadis polos jangan samakan dengan sekretaris dan mantan-mantanmu!"

"Sepertinya dia tidak sepolos itu." Sinis Aru menunjuk dengan dagunya kearah jendela kaca yang membatasi ruangannya dengan meja Sahyun, terlihat disana Sahyun tampak bercanda tertawa bersama Andra sekembalinya mereka dari atap, apalagi Andra sempat mengusap kepala Sahyun sebelum pergi dari sana, dan Sahyun tak hentinya menahan senyum saat Andra meninggalkannya. "Kau lihatkan!" sambung Aru.

"Mereka sudah lama berteman." Terang Genta memang telah banyak mencari tahu tentang kehidupan Sahyun termasuk kehidupannya di Luar negeri.

"Benarkah?" ragu Aru dengan penjelasan Genta.

"Mereka sama-sama pernah tinggal di Taiwan, dan berteman dekat sejak itu. Sahyun banyak membantu Andra waktu awal-awal dia tinggal di Taiwan."

"Tapi sepertinya mereka lebih dari sekedar teman." Ucap Aru masih menaruh curiga. "Ah, bagaimana jika kita bermain golf." Tiba-tiba Aru mengubah topic obrolan mereka.

"Hentikan ide gilamu, sebelum kau menyesalinya." Peringat Genta yang sudah tahu trik mana lagi yang akan digunakan Aru untuk menjahili Sahyun.

"Jika kau tidak mau, aku tidak memaksa. Aku akan membawa Sahyun bermain bersama. Ini pasti menyenangkan."

To be continue.


Duh si Aru maunya apa sih!!

keep vote & tinggalin jejak ya, thank you for read

Once AgainWhere stories live. Discover now