1. Pernikahan yang Menyakitkan

Bắt đầu từ đầu
                                    

*

Tanpa bisa Karinka cegah, kedua netranya mengucurkan bulir bening setelah Ravel dan Karinna mengikat janji suci di depan pendeta. Pria di depan sana itu perlahan membuka tudung kepala Karinna lalu menempelkan bibirnya pada milik sang gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu sesuai dengan instruksi sang pendeta.

Karinka segera memalingkan wajahnya karena nggak tahan dengan pemandangan yang disuguhkan dari depan sana. Gadis itu juga nggak tahu apa penyebab pasti dari menahan air matanya, entah itu karena terharu dengan janji suci yang Ravel dan Karinna ucapkan tadi atau malah merasa tersakiti atas kejadian tersebut.

Karinka baru berani menghampiri pasangan yang sudah resmi menjadi suami istri itu setelah memantapkan hatinya sembari mengusap lelehan air mata yang terjatuh di kedua pipinya. Gadis itu tidak mau mengundang spekulasi dari orang-orang ketika melihat wajahnya yang sembap seperti habis patah hati dan ditinggal nikah oleh pacaranya. Ya, meskipun terakhir itu terdengar hampir sedikit benar.

"Nangis lagi, Neng?" goda Karinna ketika sang adik angkat sudah berdiri di hadapannya. Gadis itu jelas bisa menangkap kemerahan pada kedua netra Karinka dan pipinya yang tampak sedikit basah.

"Nggaklah. Siapa juga yang nangis?" tepis Karinka cepat seraya menggelengkan kepalanya. "Mbak ini mah terlalu percaya diri. Masa gini aja nangis, sih? Nggak mungkinlah," lanjut gadis itu menyeletuk tanpa beban seolah-olah memang sesantai itulah kepribadiannya. Namun, tidak ada satu pun orang di dalam gereja itu yang tahu betapa sesaknya bagian dadanya seperti ada ribuan tangan tak kasat mata yang sedang meremas-remas di sana sampai membuat Karinka merasa kesakitan.

Hanya Tuhan dan gadis itu sendiri yang tahu bagaimana ia berusaha mengontrol dirinya agar tidak menampilkan ekspresi kesakitan di wajahnya dan membuat Karinna dan Ravel memandang penuh tanya ke arahnya.

Kamu memang artis yang handal, Karinka. Udah pantas mendapatkan Piala Oscar dan bersaing dengan para artis Hollywood yang fenomenal itu, batin Karinka menyindir diri sendiri di dalam hati. Gadis itu merasa salut pada dirinya ketika menyadari betapa lebar senyum yang kini sedang terpatri bibir seolah tidak terjadi apa-apa di dalam dirinya.

"Untung kamu masih bisa datang, ya, Rin, meskipun jadwal perkuliahanmu rasanya lebih padat daripada jadwalnya presiden," seloroh Karinna dengan nada bercanda. "Mbak pasti bakal nangis gara-gara sedih kalau kamu nggak datang tadi," lanjut gadis itu menambahkan sebelum menarik tubuh Karinka secara tiba-tiba lalu memeluknya dengan erat.

Bagi Karinna, Karinka adalah satu-satunya orang yang paling dekat dengannya dari dulu hingga sekarang, terlebih lagi setelah mereka dikembalikan ke panti asuhan pasca kematian kedua orang tua angkatnya. Ia menyayangi gadis situ selayaknya adik kandung sendiri karena mereka hanya memiliki satu sama lain untuk saling menguatkan ketika di panti asuhan dulu.

"Ih, Mbak lebay, deh," ledek Karinka lalu menjulurkan lidahnya. "Tapi nggak apa-apa. Khusu hari ini Mbak Iin boleh lebay karena Mbak cantik banget hari ini," lanjut gadis itu memuji sang kakak angkat. Pujian itu benar-benar berasal dari hati Karinka. Gadis itu tidak berbohong ketika mengatakan bahwa Karinna tampak sangat cantik saat ini.

"Makasih loh, Rin. Kamu juga cantik banget hari ini. Mbak sampai pangling. Ya 'kan, Mas?" Karinna bertanya pada pria di sebelah yang sudah resmi menjadi suaminya. Ravel mengangguk singkat. Pria itu memang tipikal pria yang kaku dan datar sehingga tidak heran jika ia hanya memberikan reaksi seperti itu.

"Selamat, ya, Mas, Mbak. Semoga langgeng terus dan cepat dapat momongan," kata Karinka dengan senyum lebar yang ia ukir sekuat tenaga di bibirnya.

Kretak!

Itu adalah suara yang berasal dari hati Karinka. Hati gadis itu patah dan hancur berkeping-keping setelah meluncurkan kalimat penuh pengharapan untuk sepasang pengantin yang baru saja resmi menjadi suami istri itu dari mulutnya. Namun, tidak ada yang bisa Karinka lakukan pada hal tersebut. Ia tidak punya kapabilitas apa-apa untuk berbuat apa-apa. Karinka hanya bisa menerima nasibnya yang menyedihkan. Cintanya sudah lebih dulu kandas bahkan sebelum sempat berbunga.

(Bukan) Pernikahan Turun RanjangNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ