Prolog

27 2 0
                                    

Derap langkah kaki saling bersahutan. Kini suasana di studio sedang gaduh dan rusuh karena Peony, gadis itu belum juga datang.

"Bagaimana sekarang? Jika seperti ini tidak seharusnya kita memilihnya," para staff hanya diam dan menundukan kepala saat atasannya sedang memarahi mereka. "Cepat telpon manajernya!" titahnya tak terbantahkan.

"Sudah Pak, katanya Mbak Peony sedang mengikuti acara perpisahan bersama teman-temannya, jadi agak sedikit terlambat," salah satu staff menjawab ucapan dari atasannya. Ia mundur secara perlahan-lahan ketika  atasannya terus menerus menyalahkan mereka.

"Sedikit? Ini sudah lebih dari lima belas menit!" murkanya, "Saya tunggu lima menit lagi, jika belum sampai juga, kita batalkan!"

"Mbak Peony!" panggil salah satu staff yang menyadari kedatangan Peony.

"Saya minta maaf atas keterlambatan saya," ucap Peony dengan penampilan jauh dari kata rapi. Bayangkan saja selesai acara ia harus cepat-cepat berganti pakaian dan menuju ke lokasi.

"Kurang lama!"

"Oh gitu ya Pak, tau gitu saya tadi nongkrong dulu sama sahabat saya," ucap Peony dengan polosnya. Mbak Anggi mengisyaratkan Peony agar tetap diam karena melihat raut wajah atasan yang semakin suram dan memerah akibat menahan amarah.

"Bukan begitu Pak maksud Peony, sekali lagi kami minta maaf Pak," ucap Mbak Anggi sambil membungkukkan sedikit badannya.

"Lain kali terlambat lima menit saja akan langsung saya batalkan!" Mbak Anggi kembali meminta maaf. "Jika mau main-main bukan disini tempatnya, disini hanya untuk orang-orang profesional. Siapa Anda menyuruh saya untuk menunggu hampir setengah jam, banyak artis lainnya yang lebih populer dan juga profesional dari seorang remaja yang baru saja lulus dari bangku SMA ini," ucapnya kesal, setelah itu langsung pergi menuju ruangannya.

"Kalau ada yang lebih populer, kenapa tawarin kontraknya kesini sih?" gerutu Mbak Anggi sedangkan orang yang disindir tadi tentu hanya diam sambil bersiap-siap menunggu untuk diberi make up terlebih dahulu.

"Besok kalau diajak kerjasama lagi, langsung gue tolak!" kesal Mbak Anggi, ia tau bahwa mereka memang salah, tapi apakah Peony harus mendapatkan kalimat tak pantas tadi?

"Gue akuin Peony emang belum populer, tapi tunggu aja ntar. Gue yakin dia pasti bakal populer." Mbak Anggi terus menggerutu sambil merapikan pakaiannya Peony yang berantakan.

"Sabar mbak, Pak Bos emang gitu orangnya," ucap Anjani tertawa mendengar gerutuan dari Mbak Anggi.

"Asli Mbak, baru pertama kali saya lihat kerjasama malah menjatuhkan seperti ini. Untung aja Peony orangnya loading lama, kalo nggak bakal sakit hati dia," ucap Mbak Anggi melirik Peony yang sama sekali tak paham dengan apa yang sedang diucapkan Mbak Anggi.

"Kenapa Mbak, kok panggil Peony?" tanya Peony.

"Nggak, nggak apa-apa," ucap Mbak Anggi sambil tersenyum seolah tak terjadi apa-apa.

"Kok bisa sabar sih Mbak," heran Anjani, jika ia jadi Mbak Anggi ia akan angkat tangan tak kuat menghadapi kelemotan Peony.

"Ya harus disabarin Mbak, namanya juga kerja. Sebenarnya Peony itu baik Mbak cuma ya kelemotannya aja yang kadang bikin saya jadi naik darah," Anjani tertawa menanggapi ucapan dari Mbak Anggi.

.....

"Mama ngapain kesini?" tanya Lantana.

"Emang Mama nggak boleh ya mampir kesini? Jadi cuma Papa aja yang boleh kesini gitu," ucap Liana sambil tersenyum.

"Ya bukannya gitu, tumben aja Mama kesini biasanyakan sibuk banget," ucap Lantana sambil duduk disebelah Liana.

"Gimana sama rencana kamu, udah pastikan kamu ambil jurusan yang berhubungan dengan bisnis, kan?" ucap Liana sangat antusias, "Mama punya teman yang anaknya juga baru lulus, gimana kalo kalian daftarnya bareng aja?" Lantana hanya bisa menghela napas jika seperti ini.

After Putih Abu-abu [Slow Update]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon