"Jadi Mama kesini cuma mau pastiin supaya Lantana ambil jurusan sesuai yang Mama mau?" ucap Lantana terkesan biasa saja namun didalam benaknya ia tak terima jika harus kembali mengikuti keinginan Mamanya.

"Ana, Mama suruh kamu buat ambil jurusan ini supaya kamu bisa meneruskan bisnis Papamu," Liana mencoba kembali memberi pengertian pada Lantana, "Kamu mau lihat adik tirimu yang memimpin bisnis Papa?" tanya Liana, "Kamu anak kandungnya Lantana, sudah seharusnya kamu yang wajib meneruskan bisnis Papamu itu."

"Mama taukan Lantana nggak pernah minat untuk meneruskan bisnis papa, jadi biarin aja keluarga baru papa yang ambil alih. Papa udah bilang sama Ana, kalau memang Ana nggak mau dan yang memimpin nanti Adiknya Ana, Papa udah kasih 40% buat Ana," ucap Lantana tetap akan mengambil jurusan sesuai yang ia mau.

"Ana, kalau kamu yang ambil alih kamu bisa dapat lebih dari 75%. Masa depan kamu sudah terjamin jika kamu meneruskan bisnis Papamu," ucap Liana tetap membujuk Lantana.

"Ana nggak mau Ma, jadi pemimpin itu nggak gampang. Ana bakal mau memimpin kalau Ana berhasil mendirikan bisnis sendiri dulu," Lantana tetap menolak.

"Ana banyak orang lain diluar sana yang pengen jadi kamu, kenapa kamu sendiri malah lebih pilih mulai dari awal," ucap Liana penuh penekanan.

"Karena Ana mau mewujudkan impian Ana dulu dan Ana juga nggak mau ketika langsung ambil alih salah satu perusahaan, takutnya pas lagi ada penurunan atau masalah lainnya Ana takut nggak bisa mengatasinya. Karena Ana nggak punya pengalaman bahkan bisa dibilang ambil jalan pintas langsung sukses tanpa menghadapi banyak rintangan."

"Sekarang Mama tanya, masalah yang kamu alami nanti itu udah termasuk rintangan kamukan? Jadi mau kamu ambil alih atau nggak pasti akan tetap ada rintangannya Ana!"

"Tapi Ma, jika Ana memulai dari awal Ana akan lebih bisa dan lebih siap untuk melewati rintangan itu," ucap Lantana.

"Apa yang kamu mau?" tanya Liana.

"Mama pasti udah taukan, Ana pengen banget punya butik sendiri," ucap Lantana penuh keyakinan.

"Lantana ...."

"Please Ma, izinin Ana untuk mewujudkan impian Ana dulu, kalau emang nanti Ana udah nyerah sama apa yang Ana mau. Ana bakal ikutin kemauan Mama," mohon Lantana.

"Pokoknya Mama mau kamu ambil jurusan manajemen bisnis!" paksa Liana.

"Ma, Mama aja bisa mewujudkan impian Mama untuk punya toko kue sendiri. Kenapa Ana malah Mama larang?" tanya Lantana, "Mama tinggalin Ana sendiri disaat Papa juga sibuk sampai akhirnya kalian pisah Ana tetap terima, kan?" ucap Lantana dengan air mata yang sudah mengalir tanpa ia sadari.

"Please Ma, kali ini aja Ana minta izin dari Mama supaya Mama setuju dengan pilihan yang Ana ambil," Liana tak menjawab dan malah mengalihkan pandangan.

"Pokoknya kamu harus turutin apa yang Mama bilang tadi, Mama nggak mau tau!" ucap Liana penuh penekanan dengan kesal ia berdiri mengambil tasnya dan langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun.

"Bahkan sekedar tanyain kabar Ana aja Mama nggak pernah," ucap Lantana penuh kecewa. Selalu seperti ini jika ia bertemu dengan mamanya, entah mengapa air matanya selalu keluar dengan sendirinya.

.....

Alista selalu seperti ini disaat malam hari, bayangan-bayangan akan apa hidupnya kelak terus menghantuinya. Ia beranjak kearah meja belajarnya membuka laptopnya mengetik sesuatu apapun itu yang terpenting ia tidak penasaran dengan apa yang ada di dalam pikirannya sekarang.

Rutinitasnya setiap malam seperti ini sejak ia lulus dari bangku SMA. Kuliah? Alista memutuskan untuk menundanya, targetnya hanya satu tahun untuk menunda melanjutkan pendidikannya. Namun, itu juga tergantung biaya yang bisa ia kumpulkan. Sedangkan satu tahun ini apa yang akan ia lakukan? Ia akan bekerja mencari uang untuk biaya pendidikannya kelak, tetapi itu tidak semudah yang Alista bayangkan.

Mencari pekerjaan, rasanya sangat sulit untuknya. Bidang yang ia inginkan tidak menerima tawaran lulusan SMA. Hal ini membuat setiap malam dipenuhi dengan ketakutan-ketakutan yang tak berujung. Ia sampai tidak bisa tertidur dan menangis di keheningan malam.

Sudah 2 minggu ia mengurungkan diri di dalam rumah tak mau keluar dari tempat persembunyian ini. Sejak hari perpisahan di sekolahnya waktu itu. Sesulit ini ternyata proses menuju dewasa.

Besok untuk pertama kalinya ia akan keluar rumah, menemui kedua sahabatnya. Kedua sahabatnya itu pasti sudah mulai sibuk hanya Alista yang kehilangan arah tak tau apa yang harus ia tuju.

Adzan subuh berkumandang, lagi-lagi sampai subuh ia tak bisa tertidur. Ia kembali menutup laptopnya, beranjak sambil menghapus air mata disela-sela pipi, setelah itu ia berjalan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

.....

Tidak ada yang sempurna di dunia ini, mau terlahir dari keluarga berada ataupun tidak setiap manusia akan tetap menghadapi rintangannya masing-masing. Delapan belas tahun, umur yang masih terbilang muda. Banyak mimpi-mimpi yang harus dikejar, semua tergantung pada dirimu sendiri yang mau berjuang dan beristirahat jika sedang letih, atau malah langsung menyerah begitu saja diawal perjuanganmu.

-After Putih Abu-abu-


.....

Hai, apa kabar?
Kisah ini akan berbeda dari karya-karya sebelumnya
Selamat membaca, semoga kalian suka dengan kisah dan perjuangan mereka bertiga❤
Dan untuk kalian yang sedang melewati masa ini, aku cuma bisa kasih semangat dan tetap semangat walaupun harimu penuh dengan hahaha, hihihi, dan huhuhunya👌

Sekian dan terima kasih yang sudah memberikan apresiasi dan supportnya🙏🙏

See you guys

1 Mei 2022
Publish : 8 September 2022

After Putih Abu-abu [Slow Update]Kde žijí příběhy. Začni objevovat