THE GIRL WHO WANTS TO BE A PRINCESS

6 0 0
                                    

Lilla. 13 tahun.

Seorang gadis remaja yang sungguh sangat ingin menjadi seorang putri. Ia sering berangan-angan, akan ada seorang pangeran yang gantengnya selangit yang tak sengaja menubruknya di mall, lalu mereka berkenalan, dan sang pangeran jatuh cinta setengah mati padanya. Dan iapun menikah dengan pangeran itu, dalam sebuah royal wedding abad ini yang diliput wartawan dari seluruh dunia, dihadiri para raja dan presiden berbagai bangsa, dan hidup dengan segala kemewahan dan kemudahan di sebuah kastil yang amat indah. Sungguh hidup seorang putri adalah hidup yang begitu sempurna bagi Lilla!

Lilla menghiasi kamarnya dengan poster-poster cowok-cowok tampan, artis, pangeran, semua idolanya. Kamarnya yang serba pink dengan sebuah ranjang besar yang dipenuhi boneka-boneka teddybear yang imut-imut. Semua perangkat sekolahnya ada gambar cowok-cowok cakep idolanya. Pangeran, aktor Hollywood, aktor Bollywood, aktor Hongkong, aktor Indonesia, bintang-bintang KPop dan JPop. Semua lengkap. Sebuah kelambu besar menutupi ranjangnya, biar seperti ranjang putri, pikirnya.

Papa dan mamanya sudah kehabisan akal mengenai bagaimana untuk mengingatkan putri semata wayang mereka ini bahwa bermimpi boleh, tapi jangan lupa pada hidupmu yang di alam nyata! Namun, Lilla tidak bisa diajak ngomong dalam hal satu ini. Ia akan ngambek habis-habisan kalau tidak diberi yang ia maui.

Seperti hari itu. Mama menolak membelikannya sebuah tempat pensil pink cerah dengan gambar Chris Evans, sang Captain America yang sungguh amat terlalu ganteng, yang diam-diam ia impikan menjadi pangerannya, kalau ia jadi putri.

Lilla berlari keluar rumah dengan airmata patah hati yang berderai. Ia sungguh butuh tempat pensil baru. Kelimabelas tempat pensil yang ia miliki semua sudah tua dan membosankan. Plus, ia baru punya 2 tempat pensil dengan gambar Chris Evans! Dua! Temannya si Kayla punya 4!

Lilla terus berlari menyusuri jalan setapak di belakang rumahnya. Ia marah! Ia ingin jadi putri! Ingin jadi putri! Jadi putri sangat enak, ia bisa membeli apa saja yang ia mau, dan mendapat perhatian semua cowok cakep sedunia!

Ah, langkah Lilla terhenti di depan sebuah rumah. Rumah itu mungil, terbuat dari kayu bercat putih.

Hmmm, sejak kapan ada rumah disitu ya? Pikir Lilla bingung. 2 minggu lalu ia kesini, belum ada tuh rumah, lanjut Lilla sambil menjulurkan lehernya untuk mengamati rumah itu dengan lebih jelas.

Dan dilihatnya seorang nenek sedang merajut di depan rumah itu. Nenek itu duduk berayun di kursi malasnya sambil merajut. Kacamata tebal menghiasi wajah keriput itu. Rambut ikal nenek itu benar-benar putih semua!

Hmmm, entah mengapa, kok rasanya ia pernah melihat nenek itu ya? Lilla mengenyitkan dahinya. Tidak yakin kapan ia pernah melihat nenek itu.

Lilla berjalan mendekat.

Nenek itu mengangkat kepalanya. Tersenyum lembut.

"Ahh, kau datang!" ucap sang nenek.

"Nenek siapa? Baru ya disini?"

"Tidak, tidak baru. Kau saja yang belum bertemu denganku..." nenek itu menatap Lilla dari balik kacamata tebalnya. Ada binar jenaka di mata kelabu si nenek.

"Oh! Aku Lilla, aku tinggal diujung jalan setapak ini!" Lilla memperkenalkan diri. Nenek itu terlihat baik, jadi gadis itu memutuskan berjalan semakin mendekat ke nenek itu.

"Oh, sungguh kebetulan. Namaku juga Lilla!" sahut sang nenek sambil mengangguk-angguk sehingga rambut putih ikalnya ikut bergoyang-goyang. Lilla tertawa kecil dan merasa hal itu sungguh sebuah kebetulan yang luar biasa.

Lilla duduk di sebuah kursi di samping kursi malas nenek itu. Hening sesaat saat sang nenek mulai sibuk merajut lagi.

Tiba-tiba, sang nenek bangkit. "Ayo, masuk! Kau boleh melihat-lihat rumahku!" ucap sang nenek perlahan. Ia bangkit dari kursi malasnya dengan sedikit susah payah karena tubuhnya yang lumayan besar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 09, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FROM MY MIND, TO YOURS, WITH LOVEWhere stories live. Discover now