CHARLOTTE

24 1 0
                                    

HARI INI:

Matahari bersinar cerah menerobos masuk melalui jendela-jendela besar di ruang kelas itu. Ruang kelas yang begitu cerah meriah dengan kursi-kursi dan meja-meja kecil warna-warni, tempelan lukisan berbagai ukuran dan bentuk dengan coretan kaku dan berani ala anak-anak TK, stiker, buku-buku warna-warni ...

Charlotte menghela napas dan memunguti kertas-kertas origami yang berceceran di lantai. Tersenyum kecil sambil melihat sekeliling ruang kelas itu. 20 anak-anak berumur 4-5 tahun yang menjadi murid-muridnya. Mereka sibuk mewarnai mahakarya masing-masing. 15 menit sebelum waktu pulang sekolah, lirik Charlotte pada jam dinding besar di ujung ruangan.

"Bu Guru, Aaron mencoret kertasku!" tiba-tiba seorang gadis kecil berkepang dua datang menarik-narik sweaternya.

OK, problem. Charlotte tersenyum dan berjalan bersama si kecil untuk mencari tahu akar permasalahan antara Aaron dan gadis kecil itu, Leila. Lima menit ia berjongkok diantara Aaron dan Leila, masing-masing siap dengan argumen tentang "Dia yang mencoret kertasku!" dan "Aku kan tidak sengaja! Lenganmu yang menyenggolku duluan!"

Sebuah kertas baru untuk Leila, dan "Ok, Aaron, lain kali hati-hati ya dengan crayonmu. Ibu guru tahu kamu tidak sengaja mencoret kertas Leila ..." menyelesaikan problem itu dengan cepat, lugas, dan happy ending tentunya.

Charlotte menikmati pekerjaannya sebagai guru di TK ini. Ia bisa tertawa lepas, menari dan menyanyi bersama murid-murid kecilnya yang begitu lucu menggemaskan. Satu hal yang benar-benar ia nikmati di kelas itu. Tatapan mata bening para muridnya yang begitu polos. Tidak ada pretensi. Tidak ada motif yang lain selain yang bisa ia lihat di mata itu.

Charlotte mengajak anak-anak itu menyanyi satu lagu lagi, "The Wheel on the Bus!" sebelum akhirnya membuka pintu kelas pertanda kelas telah berakhir. Teriakan bahagia anak-anak itu saat kelas selesai dan mereka keluar ke halaman sekolah menemui para orangtua yang sudah siap menunggu.

"Miss Charlotte," tiba-tiba sebuah suara kecil memanggilnya.

Charlotte menoleh, dan dilihatnya Aaron, muridnya yang berambut ikal dengan mata coklat dan tubuh lumayan tambun. Lucu dan sangat aktif!

"Ya, Aaron? Mamamu belum datang?" tanya Charlotte sambil mengelus kepala Aaron.

"Sudah, Miss Charlotte. Mama lagi ke WC, aku diminta untuk menunggu sebentar. Terus itu, ada bapak tua yang disana memintaku memberi kertas ini untukmu!" balas Aaron sambil mengangsurkan sebuah kertas terlipat kecil.

Charlotte menerima kertas itu sambil mengernyitkan dahi. Aaron kecil lalu berlari menemui sang mama yang baru keluar WC.

Perlahan, dibukanya lipatan kertas itu. Jantung berdetak kencang. Tulisan tangan itu.

"Dr. Charlotte Altair Vay. Temui aku, di taman di belakang sekolah ini. Aku akan menunggumu sampai kau muncul. H."

Dia.

Apa yang ia lakukan disini? Bisik Charlotte dengan napas memburu.

Ia tidak mau kembali!

Tidak mau!

MASA LALU YANG KEMBALI

Charlotte memacu kakinya secepat mungkin ke taman belakang sekolah.

Fragmen-fragmen berlarian di kepalanya. Ruangan temaram dengan bau-bau menyesakkan. Setumpuk kertas analisis. Jeruji besi di jendela dan pintu.

Penjara.

Tahanan kriminal kelas berat. Beberapa tahanan hukuman mati.

Tahanan 145367. Membunuh istrinya dan memotong-motong jasadnya.

FROM MY MIND, TO YOURS, WITH LOVEحيث تعيش القصص. اكتشف الآن