Chap 2

31 5 8
                                    

Beberapa hari berlalu Sahyun tetap dengan segala rutinitas pekerjaanya, hanya belakang bertambah pekerjaanya karena merawat pria tampan tak dikenal yang tidak tahu diri berprilaku sebagai boss yang bertindak sesuka hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa hari berlalu Sahyun tetap dengan segala rutinitas pekerjaanya, hanya belakang bertambah pekerjaanya karena merawat pria tampan tak dikenal yang tidak tahu diri berprilaku sebagai boss yang bertindak sesuka hati.

Bagaimana tidak, pria yang ditolongnya beberapa malam lalu tidak mau pergi meski keadaanya sudah cukup membaik, padahal Sahyun telah mengusirnya dengan cukup kasar. Dan yang dilakukan pria itu hanya bermalasan dengan menguasai satu-satunya kamar yang ada di rumah atap itu.

"Kau akan pergi?" Tanyanya setelah menghabiskan semangkuk bubur ayam yang disediakan Sahyun –dengan terpaksa- dan meninggalkan mangkuk itu begitu saja di atas meja, tanpa perlu repot-repot mencuci dan menatanya kembali di atas rak, sampai Sahyun sendiri yang melakukannya.

"Kau tahu jawabannya!" dengus Sahyun kesal. Hari-harinya selalu dibuat kesal oleh pria itu. Bagaimana tidak selama beberapa hari ini Sahyun telah menghabiskan banyak uang untuk membeli pakaian dan obat untuk pria itu, kesalnya lagi pria itu hanya mau memakai pakaian dengan merek tertentu, alasannya tubuhnya akan alergi jika memakai merek lain atau barang murahan, dan dia punya 1001 alasan untuk tetap tinggal di rumah Sahyun, sekalipun Sahyun berulang kali mengusirnya.

"dan kapan kau akan pergi?" sekali lagi pertanyan itu keluar dari mulut Sahyun yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya.

"Sampai kau memberitahu siapa namamu!" ucap pria itu santai sembari duduk di satu-satunya sofa yang ada di rumah itu. "Kenapa sulit sekali memeritahu namamu!"

"Kenapa kau harus tahu."

"Jika kau tahu siapa aku, pasti kau akan terkejut!"

"Ck! Maaf tapi aku tidak tertarik." Ucap Sahyun acuh. "Aku benar-benar sangat berterimakasih jika kau pergi hari ini." sambungnya lalu berbalik meninggalkan pria tampan itu.

"Aku mau daging pedas untuk makan malamku!" ucap pria itu tidak peduli dengan permintaan Sahyun dan hanya dapat lirikan tajam dari mata cipit gadis berkulit kuning langsat itu. Tapi pria itu tahu Sahyun akan pulang dengan membawa pesanannya seperti malam-malam lalu dan itu sudah cukup membuatnya senang.

.

.

.

"Direktur!" pria tampan itu terkejut saat matanya masih asik mengawasi langkah Sahyun yang semakin jauh dari pandangannya, dibelakangnya telah berdiri beberapa orang laki-laki lengkap dengan setelan jasnya.

"Wah cepat sekali kau datang." Ucapnya menghampiri pria berjas abu pemilik mata elang berahang keras yang tak kalah tampannya.

"Kami hanya menunggu gadis itu pergi." Ucap pria tampan bermata elang itu. "Sebaiknya kita pulang sekarang jika tidak mau berurusan dengan orang-orang ayahmu!"

"Aish, S**L! padahal aku masih ingin tinggal disini!"

"Tidak bisa, yang mereka tahu sekarang kau sedang pergi ke Surabaya."

"Ok. Kita pulang, tolong tinggalkan ucapan terimakasihku untuk gadis itu."

"Jangan khawatir sudah ku siapkan semuanya."

"Sh*t harusnya malam ini aku bisa makan daging pedas dengannya."

"Akan ku belikan!" ucap pria bermata elang itu dan hanya mendapat tatapan tajam dari pria tampan yang sudah dianggapnya seperti saudara itu.

"Kau tidak tahu nikmatnya makan sambil mendengar ocehan wanita itu. Wanita itu bisa mengeluarkan 2000 kata perhari." ucapnya melepas tawa.

***

Malam hari saat kembali ke rumahnya, Sahyun merasa aneh. Belakangan ini setiap kali dia pulang selalu dalam keadaan terang dan lampu menyala, tapi malam ini ia kembali pada malam-malam sebelum pria tampan tu hadir mengacaukan hidupnya.

"Apa dia sudah pergi?" ucap Sahyun pada dirinya. Melihat keadaan rumahnya sepi tanpa tanda-tanda kehidupan.

"Ck. Bagus sekali, di usir berkali-kali tidak mau pergi, sekarang dia pergi tanpa pamit ataupun berterimakasih padaku!" Sahyun tampak mengeluarkan umpatan kesalnya, tapi disatu sisi ia merasa sedikit kehilangan. Tak dapat dipungkiri kehadiran pria tampan beberapa malam terakhir ini cukup memberi warna tersendiri dalam hari-hari sepi Sahyun, ada yang menyambutnya saat malam dan mengantarnya saat pergi. Ada yang membantunya mengeluarkan 2000 kata setiap harinya, dan menemaninya saat makan malam meskipun dia harus merelakan kamarnya untuk pria itu dan tidur di sofa.

"Ah, akhirnya aku mendapatkan kedamaianku kembali." Ucap Sahyun tidak selaras dengan ekspresi wajahnya yang mengandung kekecewaan.

"Lalu untuk apa aku membeli daging pedas ini!" ucapnya semakin kecewa, sekali lagi ia harus mengeluarkan rupiah dari tabunganya hanya untuk membeli daging pedas kesukaan pria itu, ia bahkan rela mengantri di satu-satunya restoran yang menyajikan daging pedas terenak di kota ini.

"Aish, bodohnya kau Lisa!" Makinya pada diri sendiri, Lisahyun, nama yang cukup asing ditelinga masyarakat Indonesia, tapi itu adalah nama pemberian orang tuanya yang saat itu bekerja di Korea, mungkin juga mereka terispirasi dari nama-nama asli orang Korea tapi tidak mau meninggalkan identitas asli sebagai warga Indonesia, karena itu dia diberi nama Lisahyun yang berarti wanita penuh pesona dan berkarisma, pekerja keras, gigih, dan penuh semangat yang melekat sebagai karakter pribadinya.

To be continue


Thank you for Read, tinggalkan jejak ya & vote ya.

Once AgainWhere stories live. Discover now