9. Mengintip Kegelapan

Mulai dari awal
                                    

    Tampak pria paruh baya itu terbaring lemas di atas kasurnya dengan selimut yang menutup seluruh tubuhnya. Namun dia masih bersikap ramah, dia bahkan mencoba untuk duduk ketika mendapati keberadaan San ada di antara para pemuda itu.

  "Masih pusing sekali ya, Pak?" Tanya Yohan.

  "Nggak terlalu, kok. Cuma kadang keinget aja." Jawabnya.

  "Apakah monster itu melihatmu?" Tanya Changbin.

    Dia menggeleng, "Alhamdulillah-nya tidak. Tapi aku bisa mengingat detailnya, tubuhnya penuh darah, aku tak pernah ingin menemuinya lagi intinya."

  "Sebelumnya makhluk itu nggak ada di sana, kan?" Tanya Yohan.

  "Tidak, dia tak disana. Aku takut jika apa yang menimpa para anak bola itu adalah karena monster itu, aku ingin mengatakannya pada Tetua, namun aku juga berpikir, apakah dia akan percaya? Hanya aku yang melihatnya, warga yang lain mungkin juga akan berpikir jika aku hanya melihat penampakan." Jelasnya.

  "Tapi syukurlah kau baik baik saja, Pak." Kata Yohan.

    Pak RT itu tersenyum, menyetujui omongan Yohan. Tak lama istri Pak RT itu datang sambil membawa nampan berisi lima gelas teh hangat.

  "Maaf kalau lama, soalnya aku nggak tau kalian mau kesini. Aku harus menyalakan api di luwengan." Ucapnya.
 
 
*FYI : Luwengan adalah kompor tradisional berupa tungku api yang berasal dari batu bata. Cara menyalakan apinya juga masih manual, biasa menggunakan kayu, kardus bekas dan lainnya.
 
 
  "Maaf merepotkan." Ucap San menerima uluran gelas kaca itu. Dia meminumnya sedikit dan dia meringis karena teh itu terasa manis, dia tak terlalu menyukai teh manis. Wooyoung yang pengertian dengan senang hati menghabiskan teh di gelas San agar terkesan menghormati Tuan Rumah.

  "Mungkin kemarin Bapak kecapekan, karena itu kemarin melihat hal itu." Kata Changbin.

  "Dia orang yang nggak bisa nganggur," tawa sang istri, "kami masih punya banyak kayu untuk menyalakan api tapi dia tetap mencari. Aku selalu ingin membantunya ketika kami harus memberi minum sapi peliharaan kami dengan air hangat tapi dia selalu melakukannya sendiri."

  "Pak RT mungkin hanya tak ingin dirimu kesusahan, Bu." Yohan tertawa.

  "Apakah kalian ingin beberapa kue putu? Aku membuatnya tadi." Tawar sang istri.

  "Tidak perlu repot-repot, kami harus pulang sekarang. Pak RT harus banyak istirahat agar lekas sembuh." Kata Yohan.

  "Maaf tak bisa memberi apa apa." Kata Pak RT.

   Yohan menggeleng sopan. "Tidak masalah. Mengetahui jika Pak RT baik baik saja sudah membuat kami senang. Kalau begitu saya dan teman teman izin pamit. Wassalamu'alaikum."

.

  "Kau menemukan apa yang ingin kau pastikan?" Tanya Yeonjun pada Yohan.

  "Tidak terlalu. Aku hanya memastikan jika tak ada penambahan apapun dari cerita para saksi mata. Changbin dan Pak RT 04 sama sama melihat makhluk itu, namun keduanya juga tidak diserang." Jawab Yohan.

    Yeonjun diem doang, terus dia ngerasa deja vu karena liat telinganya San yang punya bekas tindikan. Dia tiba tiba kepikiran, kok bisa bisanya pertanyaan Yohan tentang tindik telinga untuk melindungi seorang anak beneran menuntun mereka ke kebenaran tentang keturunan darah pendiri Rejowerno.

  "Telingamu itu nggak mau kamu kasih anting atau apa gitu, San? Ntar kalo udah ketutup mau ditindik lagi sakit." Kata Yeonjun.

  "Aku nggak ada motivasi nindik telingaku, Yeon." San menjawab sambil sedikit ketawa.

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.2 : Jejak Kaki SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang