Bibir Sandi tersenyum lebar tanpa ditahan. Suara Bayu terdengar begitu saja seolah-olah dia ada di hadapannya sekarang sambil turut tersenyum lebar dan mungkin disertai gerak kecil tanda kegirangannya yang sudah terbayang oleh Sandi. Betapa manisnya, betapa gemesnya, betapa—

"ABAAAAAANGGG, AYO CEPETAN BERANGKAT ATAU MAU DITINGGAL LAGI???"

Teriakkan Mamahnya memecahkan pikiran Sandi dan seketika terbayang sosok Mamahnya yang sedang mencak-mencak di tempat.


ღ。◦◝。


Tiba di gereja, Sandi langsung celingukan mencari Bayu, namun keberadaannya gak lantas tertangkap pandangnya.

"Abang, sini kamu, jangan mencar sendiri!" Mamahnya berseru membuat mau gak mau Sandi mendekat sebelum Mamahnya semakin gencar berteriak seperti Sandi ini masih bocah lima tahun, padahal yang bocah itu adiknya Bayu yang hari ini akan menampilkan drama sebagai salah satu peserta sekolah minggu, kata Bayu.

"Mas Dedi," sapa seseorang pada Papah tapi yang nengok seluruh Keluarga Bintara. "Selamat natal."

"Eh iya, Mas Irdan, selamat natal juga, Mas."

Sandi mengerjap, Ayahnya Bayu, tapi Bayu-nya mana?

"Baru datang, Mas?" tanya Papah.

"Enggak Mas, udah dari tadi, cuman tadi saya baru mindahin parkir mobil sama sekalian bantu bawa barang."

"Oh iya,"

"Mas sekeluarga baru datang ya? Wah, ada si Mbak juga, udah lama gak lihat." begitu Ayahnya Bayu menyinggung keberadaan Sherly, maka itu beruntut pada basa-basi lain.

"Bayu sama Ibunya udah di dalem duluan, soalnya bantu persiapan si adek."

"Oh iyaaaa, Arga mau mentas drama kan ya bareng anak-anak sekolah minggu!" malah Mamah yang bersemangat.

Ya sudahlah gak mengapa, seenggaknya Sandi sekarang tahu keberadaan Bayu di mana.

Obrolan disudahi lantaran kebaktian hendak dimulai, Ayahnya Bayu yang pamit terlebih dahulu.

"Nak Sandi, mampir lagi ya ke rumah, sering-sering main juga gak pa-pa." kata Ayahnya Bayu buat Sandi langsung deg-degan seketika.

"I-iya Om, nanti kapan-kapan saya main. Hehe." Sandi nyengir.

Lantas setelah itu semuanya memasuki gereja.

Sandi masih mencari keberadaan Bayu diantara para jemaat, tapi pinggangnya disenggol pelan oleh kakaknya.

"Cie ciee, disuruh sering main ke rumah." ledek Sherly. "Kayaknya Kakak bakal dilangkahin nih."

Sandi mandang sepet. "Mending kuinjek aja sekalian dibanding ngelangkahin Kakak."

"Jangan kurang ajar." Sherly mencubit keras paha Sandi membuatnya menjerit.

"Abang! Sshh, kamu gak bisa yang tenang apa? Ribut mulu, bikin malu aja."

Sandi hendak protes kalau ini bukan salahnya, tapi pahanya masih nyut-nyutan habis dicubit dan memang dirinya jadi perhatian jemaat lain terlebih di suasana yang mulai tenang lantaran ibadah hendak dimulai.

Namun di tengah ringisan dan tolehan kepala itu membawa berkat lain, sebab Sandi jadi bisa menemukan keberadaan Bayu yang duduk berjarak tiga baris di depannya.

Mereka bertukar tatap. Bayu tersenyum lebar sambil melambai pelan, mengangguk sekali sebelum menarik diri.

Sandi melupakan sakitnya seketika, tapi enggak berlangsung lama karena bisikan tepat di telinganya.

Undercover ╏ SooGyu ✓Where stories live. Discover now