12.|| BERTEMU JOVAN

Start from the beginning
                                    

"Maaf Rion, Tiara. Sepertinya aku harus pulang duluan, soalnya mama tadi nelfon aku katanya udah nyariin. Aku duluan yah!" ucap Aurora lalu membuka pintu mobil dengan cepat tanpa menunggu balasan dari kedua pasangan kekasih itu.

Cukup, ia sudah tidak tahan dengan semua ini. Seharian penuh ini dia sudah menahan rasa sakit dan cemburunya. Dan kali ini ia benar-benar letih.

Tangannya melambai saat melihat taksi yang melintas dihadapannya lalu dengan cepat menaikinya dan menagis dalam diam didalam taksi.

"Hiksss hiksss, kamu keterlalua Rion, kamu jahat!" lirihnya.

Sedangkan dilain tempat, masih didalam mobil Arion. Kedua pasangan kekasih itu masih setia saling berpelukan.

"Sayang, aku ngerasa nggak enak sama Aurora. Dia tadi ngeliat kamu nyium aku, gimana kalau dia--"

"Sttttt" Arion meletakkan jari telunjuknya didepan bibir Tira "Kamu nggak usah mikir yang aneh-aneh. Dia pasti ngerti kok, lagian kan kita emang pacaran, dan hal itu udah biasa bagi orang pacaran!" ujar Arion santai.

Tiara mengangguk, lalu kembali mengeratkan pelukannya. Berbeda dengan Arion yang tersenyum puas seakan tak membuat kesalahan.

***

Langkah Arion terhenti di lorong apartemen saat melihat sosok Aurora yang masih berdiri didepan pintu dengan tatapan kosong. Perlahan senyum smrik tercipta dibibir Arion.

Dengan langkah besarnya, pria itu menghampiri Aurora lalu tanpa rasa kasihan menjambak rambut gadis yang tak lain adalah istrinya sendiri.

"Akkhhhh, shhhh--s-sakit hikss" Aurora merintih menahan sakit yang luat biasa pada kepalanya.

"Kenapa hmm, sakit? Tapi ini pantas sih buat lo, perempuan jalang kayak lo emang harus dikasarin karna udah berani ngelunjak. MASUK!!" sentak Arion lalu membuka kasar pintu apartemen dan menghempaskan tubuh Aurora dengan kasar dan untungnya tubuh kecil itu mendarat disofa singel.

"Shhhh awwshh" Aurora meringis merasakan perutnya yang sedikit kram.

Brak

Arion menutup pintu dengan kasar. Mata tajamnya menoleh menatap Aurora dengan tatapan membunuh. Tak sedikit terlihat adanya rasa kasihan di netra coklat pria itu.

Perlahan Arion melangkah kearah Aurora. Arion membungkuk menyetarakan tingginya dengan Aurora. Menatap gadis itu dengan tatapan penuh amarah. Tangannya terulur mencengkram dagu Aurora dengan kuat.

"Awww, Rion lepas hiksss, sakit!" isaknya kesakitan.

Air mata yang sedari tadi ia tahan kini luruh. Pertahanan yang sejak tadi ia tahan akhirnya runtuh didepan pria kejam yang sialnya adalah suaminya.

"Loh pikir dengan lo dekat sama Jovan gue bakal bebasin lo? Nggak akan bitch" ucap Arion dengan suara beratnya. Terdengar lembut namun mengandung intonasi yang mematikan.

"K--kamu salah p-aham Rion!" lirih Aurora berusaha nehana sakit yang luar biasa dikepalanya.

Arion semakin menajamkan tatapannya "Salah paham lo bilang?" pria itu terkekeh lalu menatap Aurora cukup lama hingga...

Plakk

Kepala Aurora menoleh kesamping, rasa perih bercampur panas menjalar diseluruh wajahnya setelah mendapat tamparan kuat itu. Arion dengan kejamnya menampar Aurora, tatapannya seakan ingin membunuh gadis itu.

"Sekali jalang tetap jalang. Selama ini gue udah sabar ngehadepin lo. Tapi kali ini nggak, anak itu harus mati. Dengan cara itu gue bisa ceraiin lo sialan!"

Arion menarik paksa tubuh Aurora. Menyeretnya dengan kasar menuju keadalam kamarnya.

"Hikss hiksss Rion plis jangan lakuin itu. Kamu harus ingat, anak ini juga anak kandung kamu hiksss?" isak Aurora berusaha memberontak untuk dilepas.

Namun kekuatan Arion lebih kuat dari pada kekuatannya. Dengan kasarnya pria itu menghempaskan tubuh Aurora keatas ranjang. Lalu menindihnya dengan kedua tangannya mencekal tangan Aurora.

"Bayi sialan itu harus mati. Gara-gara dia hubungan ini tercipta. Dan untuk mengakhiri hubungan ini---" Arion menjeda ucapannya, lalu menatap tajam manik mata sembab Aurora diiringi dengan cekalannya yang semakin kuat dikedua tangan Aurora.

"---bayi itu harus mati" lanjut Arion.

Dengan kejamnya, tangan yang tadinya mengunci pergerakan tangan Aurora kini beralih meremas perut Aurora yang sudah sedikit membuncit.

"Akkhhhhhh, Rion hentikan aku mohon hiksss!!" teriak Aurora kesakitan.

"DIAM!!"

Aurora berusaha memberontak, ia tidak ingin bayinya mati ditangan ayah kandungnya sendiri. Dia sudah sangat menyayangi bayi itu walaupun ia belum lahir. Nalurinya sebagai seorang ibu begitu kuat untuk melindungi bayinya.

"Rion pliss hikss, baby-nya nggak salah hikss, jangan bunuh dia" mohonnya dengan suara yang bergetar.

Tapi seakan tuli dengan permintaan Aurora, Arion tidak menghentikan aksinya. Tujuannya kini hanyalah melenyapkan bayi yang bahkan belum melihat indahnya dunia ini. Ia dibutahkan dengan dendam yang menguasai dirinya.

Hingga....

"Daddy hikss"

Jangan lupa vote dan komen vren!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dan komen vren!!

pub:24/11/2021

ARION [END]Where stories live. Discover now