1.0

164 48 2
                                    

"Ngedadak banget dateng, masih berantakan."

"Kapan rumah kamu rapi, Kai?"

Taehyun datang ke rumah Kai, suatu peristiwa yang harus diabadikan. Kenapa? Karena biasanya, Kai-lah yang datang ke rumah Taehyun dan bermain sepuasnya di sana. Rumah Kai lebih kecil, ia memiliki uang pas-pasan dari tabungannya, rasanya sayang kalau harus menjual mobil demi rumah yang lebih layak.

"Enggak pernah, sih." Kai mengusap wajahnya kasar, ia baru bangun tidur dan masih dalam masa mengumpulkan nyawa. "Mau minum apa?"

"Aku mau ajak kamu makan-makan," ujar Taehyun tanpa variasi nada.

Kai membulatkan matanya, "Serius?"

Mendapat anggukan dari Taehyun, lelaki blasteran itu kembali bertanya, "Di mana?"

"Di rumahku."

Kerutan di kening Kai tercetak, "Emang kamu bisa masak?"

"Kamu kira selama ini aku tinggal sendiri makan makanan instan mulu?"

Benar juga, Taehyun pasti bisa memasak. Namun, kenapa pemuda itu mendadak mengadakan acara makan-makan? Dia ini mau merayakan apa? Ada suatu hal yang penting atau bagaimana?

"Ajakin juga temen-temenmu."

"Semuanya?"

"Sekalian temennya Yeonjun."

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

"Kak! Kak!" Soobin berteriak memanggil sang kakak yang tengah menjemur pakaian di halaman belakang.

Yeonjun sudah pulih, jadi ia tidak diharuskan berbaring terus-menerus. Hari ini mereka membagi tugas, Soobin yang membereskan seluruh rumah dan Yeonjun yang mencuci serta menjemur. Saling mengandalkan, begitu. Tentu saja setelah menikmati sarapan yang diantar oleh Sunghoon.

"Kenapa, Bin?"

"Taehyun ngajak Kakak sama temen-temen Kakak makan malem hari ini."

Yeonjun mengerutkan keningnya, "Makan malem?"

Soobin mengangguk, "Aku sama temen-temenku juga."

Yang lebih tua tersenyum, semoga semakin lama Soobin semakin akrab dengan teman-temannya. Sekarang saja setelah bertemu kemarin sepertinya Soobin mulai dekat dengan sekelompok manusia itu.

"Jam berapa?"

"Err ... kalau enggak salah jam 7 malam." Soobin berkata sedikit gugup, memberikan tatapan ragu pada Yeonjun.

Yeonjun yang mengerti terkekeh pelan, "Sini Kakak yang baca chat-nya."

Ponsel Soobin ia ambil, lelaki itu membaca chat yang ada di sana. Ternyata benar, angka 7, Soobin terkadang melupakan beberapa huruf dan angka, bisa dibilang ia baru belajar.

"Iya, jam 7. Nanti Kakak ajak yang lain."

"Oke, Kak!"

•••

"Kalian enggak bosen apa ngumpul di rumahku terus?" Ni-ki berujar demikian, menatap sinis kedua sahabatnya, keduanya dengan santai menghabiskan cemilan yang mereka ambil dari dapur tanpa izin.

Jungwon mengangkat bahu, "Di sini kosong, di rumahku 'kan ada Nenek, di rumah Sunoo ada ortunya."

"Bener." Sunoo mengangguk setuju seraya meraih beberapa lembar kripik singkong.

Memang, Ni-ki tinggal sendiri, tapi bukan berarti makanannya harus masuk ke perut kedua sahabatnya. Kedua orang tua Ni-ki ada di Jepang, untungnya Ni-ki adalah anak yang diajar mandiri sejak kecil, makanya ia tidak keberatan ketika orang tuanya tidak bisa kembali karena keuangan yang tidak mencukupi.

Kedua orang tua Ni-ki sedang bangkrut, Ni-ki yang tadinya ditinggal ke Jepang untuk sementara waktu karena pulang kampung, malah tidak bisa kembali lagi. Alhasil, Ni-ki harus tinggal sendiri 6 bulan terakhir ini.

Namun tenang, ia masih dikirimi uang jajan setiap bulannya, dan itu cukup.

"Nanti malem, mau dateng?" Ni-ki bertanya tiba-tiba, membuat kedua sahabatnya berpikir.

Jungwon mengangguk duluan, "Ayo."

"Naik mobilku aja enggak, sih?" Sunoo menawarkan kendaraannya.

"Enggak numpang sama Kak Kai?"

Ni-ki menoleh ke arah Jungwon dengan malas, "Peka dikit, dong. Lagian, dia pasti bantuin Kak Taehyun di rumahnya."

"Ohh." Jungwon ber-oh ria dan kembali menikmati cemilan yang ada di tangannya. "Di sini, 'kan?"


















Bersambung ....

ChangeWhere stories live. Discover now