The Non-Differentiae

37 10 0
                                    

Saat ini sepertinya ada butiran air yang jatuh ke atap rumahku. Aku duduk memeluk lutut, di tanganku terdapat sebuah jam transparan berisi beberapa simbol. Bentuk hati berdetak menunjukkan angka 98 dan bentuk awan menunjukkan angka 21. Aku menarik napas dalam, lalu membuangnya pelan. Angka di samping gambar hati itu perlahan turun--menjadi 85. Ya, denyut nadiku sudah stabil.

Kakiku melangkah pelan, menuju salah satu jendela berbentuk setengah lingkaran, menekan sebuah tombol di belakang telinga kiriku dan seketika tirai di sana terbuka. Benar, turun hujan. Air hujan jatuh membasahi tanah yang retak, aku menghela napas. Membayangkan akan seperti apa di luar sana.

Dengan malas aku menaiki tempat tidur berbentuk kapsul, merebahkan tubuhku di sana, dan seketika kapsul itu tertutup dengan kaca transparan. Aku memejamkan mata.

Aku mematut diriku di cermin. Rambut yang sudah tertata rapi, dasi kupu-kupu berwarna merah biru dan rompi serta jas kecokelatan. Hari ini hari ulang tahunku yang ke delapan belas tahun. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku akan melihat dunia luar. Bibirku tersenyum lebar, memandang jam yang mengelilingi tanganku menunjukkan detak jantung 95, cukup antusias. Aku menekan tombol di bawah telinga kananku, kemudian pintu terbuka. Pandanganku mengedar ke sekeliling ruangan tempatku terkunci selama 18 tahun.

Setelahnya, aku berjalan ke luar menutup pintu dengan sensor di belakang telingaku, lalu berjalan menaiki sebuah mobil putih beroda enam. Setelah pintu tertutup, mobil itu melayang di udara dan mengeluarkan sayap di samping kanan kirinya. Mataku membulat takjub, baru kali ini aku melihat mobil terbang. Padahal, di tahun 2112 ini, semua sudah berubah begitu cepat.

Sangat cepat malah, termasuk segala aturannya. Di tahun ini, hanya ada dua golongan, golongan anak kecil dan dewasa. Setiap rumah hanya diperbolehkan memiliki satu orang anak, nanti anak tersebut akan diberikan pada pemerintah untuk diurus. Pemerintah akan menempatkan setiap anak di dalam bangsal dengan kapsul tidur seperti milikku. Kami tidak diperbolehkan keluar dan bertemu dengan anak-anak seusia kami. Di tangan kami akan ditaruh gelang penanda keaktifan manusia; denyut jantung, suku ruangan, beberapa langkah.

Di usia 18 tahun, kami akan dikeluarkan dari bangsal dan melalui beberapa tes untuk ditempatkan di dunia pekerjaan yang sesuai bidang kami. Namun, ada beberapa yang tidak beruntung dan menjadi kaum terbuang. Nantinya, mereka yang terbuang akan tinggal di sisi pantai dan hidup dari melaut. Semua kebutuhannya tidak dipenuhi, hanya diberi modal alat berbentuk kendi dengan berbagai tombol yang mampu menangkap ikan.

Aku sudah sampai di tempat ujian, kubuka pintu mobil dan berjalan menuju bangunan megah yang terbentuk dari kaca begitu tinggi. Tanah di sekitarku berwarna hijau, subur dan tampak sangat indah. Namun, sekitar satu meter di belakang sana, tanah yang dipijak cokelat dan kering serta mengeluarkan bau yang tidak menyenangkan--kota buangan.

Dengan percaya diri aku berjalan memasuki mesin yang akan memeriksa identitas diriku. Mulai dari sidik jari, laser merah yang mendeteksi bola mataku, dan kotak berasap yang mendeteksi suhu serta kerja organ tubuhku. Aku yakin, aku akan ditempatkan di tempat terbaik. Aku cukup mahir berhitung, berasumsi dan mandiri.

Setelah masuk, aku diminta duduk di sebuah kursi. Seorang dokter memasangkan beberapa kabel di kepala dan dada bagian atasku. Kemudian menyuntikkan sesuatu tepat di bawah tulang selangkaku. Aku mengernyit, lalu memejamkan mata.

Ketika aku membuka mata, aku merasa ada di sebuah ruangan gelap yang pengap. Aku bangun, berusaha berjalan, mencari apa pun yang bisa aku temukan. Tanganku terasa berat, aku menengok, dan menemukan sebuah kotak besar di tangan sebelah kananku. Bagaimana mungkin kotak ini tiba-tiba saja berada di sana?

Saat aku menyentuh kotak tersebut, sebuah bayangan papan ketik muncul, seperti terproyeksi. Aku memandang kotak itu beberapa kali, mengelilinginya, mencari celah yang mungkin bisa membuatku menemukan kata kunci untuk membukanya. Namun, nihil. Pandanganku kembali bergerak, mencari apa yang bisa aku temukan. Sebuah kunci, di ujung kursi yang aku duduki tadi. Aku menemukan dua buah kunci dengan kode yang berbeda di dalamnya.

B342 dan G555. Aku memandang kotak yang terus memproyeksikan gambar papan ketik. Bingung, aku berusaha membawa kedua buah kunci itu, mungkin saja bisa kucoba satu per satu. Namun, kunci dengan kode G555 akan hilang begitu aku mengambil kunci B342, begitu pun sebaliknya. Tanpa berpikir panjang, aku segera mengambil kunci bertuliskan kode G555 dan memasukkan kode tersebut ke papan ketik terproyeksi. Papan ketik itu tidak merespon apa-apa, aku nyaris mengutuk diri sendiri, sebelum akhirnya aku menemukan ide aneh. Kuletakkan kunci dengan kode di atasnya pada layer papan ketik, satu detik kemudian layer berubah, dan kotak terbuka.

Dengan rasa penasaran aku melihat ke dalam isi kotak itu. Namun, semakin dekat dengan kotaknya aku merasa terhisap masuk ke dalamnya dan pandanganku menggelap.

Suara riuh yang aneh terdengar, berisik memang, tapi cukup menenangkan. Aku berusaha membuka mata, merasakan butiran halus yang bergerak di sekitar tubuhku. Aroma yang baru aku temukan tercium, seperti air? Sesaat setelah sadar, aku membuka mata dan menemukan diriku berada di sebuah pesisir pantai.

Terkejut, aku segera bangun dan menemukan sebuah jam baru dengan lambang berbentuk dua buah huruf S yang menyatu di dalamnya. Aku berjongkok, mengambil benda itu dan memakaikannya di lengan kananku. Sebuah layar muncul dari dalam sana. Menampilkan informasi tentang diriku. Nama, foto dan segala informasi lain. Namun, mataku terbelalak saat menemukan sebuah pesan.

"Merupakan seoran Non-Differentiae (mereka yang tidak memiliki tempat di kota. Tidak akan tinggal berdampingan dan akan menghabiskan hidupnya sendirian. Ia dimasukkan dalam kategori ini karena dianggap salah dalam memilih dan tidak reaktif."

Seketika suara debur air ombak terdengar begitu keras dan menyeramkan. Aroma yang tidak menyenangkan tercium dan aku hanya bisa berdiam diri mematung di sana. Aku ... terbuang?

GenFest 2021: Sci-FiWhere stories live. Discover now