HOLD MY HAND
by Naverschecaniah
Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
Genre: Drama, Romance, Tragedy, Slice of Life
Rated : R/13+
Cast:
Sakura Haruno
DILARANG COPY PASTE, SEBAGIAN ATAU KESELURUHAN DARI CERITA INI!
KARYA INI MENDAPATKAN PERLINDUNGAN HAK CIPTA.
💟💟💟
Langkah-langkahku terasa berat saat aku memasuki taman itu lagi. Seolah setiap kerikil di jalan setapak menyimpan jejak kakiku dari tahun-tahun lalu, ketika aku berjalan di sini bersamamu. Udara sore berhembus lembut, membawa aroma bunga sakura yang mulai mekar. Orang-orang selalu bilang musim semi adalah musim yang penuh harapan, musim di mana hidup dimulai kembali setelah kegelapan musim dingin. Tapi bagiku, musim semi kini hanyalah pengingat akan sesuatu yang hilang.
Aku masih bisa membayangkanmu duduk di bangku kayu itu-bangku yang catnya mulai pudar, tapi selalu menjadi tempat favorit kita. Kau duduk dengan sikap santai, salah satu tanganmu dimasukkan ke saku jaket, dan tangan lainnya selalu meraih tanganku tanpa kau minta izin. Genggamanmu hangat, seakan-akan dunia ini tidak akan pernah cukup dingin untuk memisahkan kita.
"Pegang tanganku dan terbanglah," katamu waktu itu, saat kelopak sakura berjatuhan menempel di rambutku. Kau mengucapkannya seolah-olah itu kalimat yang wajar, seolah-olah benar kita bisa begitu saja meninggalkan dunia ini dan melayang di langit. Aku tertawa, bukan karena kau lucu, tapi karena aku merasa bodoh-aku percaya.
Kau tahu aku tidak pernah percaya pada dongeng. Bagiku, hidup adalah kenyataan pahit yang harus dijalani. Tidak ada selamanya, tidak ada kebahagiaan tanpa akhir, tidak ada cinta yang bisa menaklukkan segalanya. Tapi setiap kali kau menatapku dengan sorot mata itu-mata hitam yang jernih, tenang, dan penuh keyakinan-aku goyah. Aku mulai membayangkan bahwa mungkin, hanya mungkin, selamanya itu nyata.
"Kita akan melintasi langit yang terbuka, tinggalkan dunia, dan hidup bahagia selamanya," lanjutmu. Suaramu rendah, nyaris seperti bisikan yang hanya bisa kudengar. Kau mendekatkan wajahmu, seakan ingin memastikan kata-kata itu menembus ke dalam hatiku.
Aku tidak tahu harus menjawab apa. Jadi aku hanya memandangmu, berharap senyumku cukup menjadi jawaban.
Tawa anak-anak kecil di taman membuyarkan momen itu. Mereka berlarian, mengejar kelopak sakura yang jatuh seperti salju merah muda. Aku menatap mereka lama, lalu tanpa sadar bergumam, "Mereka terlihat bahagia."
"Ya," katamu, menatap mereka juga. "Karena mereka percaya bahwa kebahagiaan itu sederhana. Hanya perlu berlari, tertawa, dan menggenggam tangan seseorang."
Aku menoleh padamu. "Apa kau benar-benar percaya kita bisa bahagia selamanya?"
Kau balas menatapku, tanpa ragu, tanpa jeda. "Aku akan membuatmu percaya."
---
Itu musim semi beberapa tahun lalu. Dan kini, aku kembali duduk di bangku yang sama, tapi sendirian.
Kelopak-kelopak sakura masih jatuh dengan indah, angin masih berhembus lembut, anak-anak masih berlarian dengan tawa riang. Tapi dunia tidak lagi sama. Karena kau tidak lagi di sini.
Aku meletakkan telapak tanganku di bangku kosong di sebelahku, membayangkan genggamanmu yang dulu selalu ada. Kursi itu dingin, kosong, bisu. Tidak ada suara tawamu yang memecah hening. Tidak ada bahu untuk kusandari ketika aku lelah. Tidak ada tangan yang menarik tanganku ke dalam genggaman hangatnya.
YOU ARE READING
C • E • R • P • E • N
Short StoryCerpen adalah sebidang kaca kecil tempat kehidupan memantul. Ia lahir dari kata-kata yang singkat, tetapi menyimpan samudra rasa. Di dalamnya, dunia tak perlu berlarat-larat untuk menjelma; cukup beberapa halaman, sudah mampu mengguncang hati dan pi...
