❝ ketika riuh samudra
menyuarakan gemuruhnya,
pula kanvas bumantara nan
melukiskan kelam abunya,
kurajut seutas frasa tentangnya,
aku merindukanmu, bagaskara!
⇢ [ NCT정재현 's local au ] ˎˊ˗ ꒰ end ꒱
@𝐣𝐮𝐬𝐭𝐚𝐩𝐫𝐭𝐦 𝟐𝟎𝟐𝟏
#1 in Ma...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
0:58 ━━❍─────── 3:35 ↻ ⊲ Ⅱ ⊳ ↺
blue jeans - gangga
- bait puisi ke-50
dua warsa telah mencumbu, jua rindu membasuh rungu sukma nian mengandung pilu, penuh liku yang menderu
kala ini kurajut waktu lalu, lantas kuingat jelas parasmu saat hujan turun dari kabut abu, sadar kutatap ukiran senyummu
menghapus sembilu, membuncah rindu, pula menghadirkan intuisi baru
hai rindu ! bagaimana kabarmu?
sudah dua warsa lamanya kita tak lagi saling bersua, sudah duapuluh empat sasi lamanya kita tak lagi merakit klausa cinta, menghadirkan gejolak rindu pada aksa baswaramu, lalu terbenam dalam sendu mengingat frasa yang kamu rajut di akhir temu.
di malam penuh mega kelabu, aku sendiri mengingatmu, lantas kutatap layar gawaiku, hanya pekat gelap tanpa akara wajah tampanmu,
Jingga.. aku rindu suaramu, ingin sekali kutemukan kata 'rindu' yang kudengar dari rakitan lisanmu.
Jingga.. apa kamu tidak merindu? Yogyakarta masih menunggu kedatanganmu
-biru
Di sini, di Yogyakarta 1 Mei 2018
Tepat dua tahun selepas si tuan tak lagi membagi dekapan untuk sang puan. Sudah duapuluh empat sasi lama dimana sang dara tak lagi mendengar selarik klausa renjana dari sang taruna.
Lagi lagi hanya satu kata yang menyeru ; rindu
Sang batari terbungkus pilu, memandang redup bintang di jumantara kelabu. Terbayang akara senyum manis si pandu lantas mengedipkan netra ketika banyu turun dari manik yang beradu.
Anila malam tidak terlalu kencang, namun mampu mengguncang relung kalbu untuk tetap mengenang. Ditatapnya bumantara kelam, ada sekerlip bintang yang mulai samar dan menghilang, selayak relung sukma nan tengah mendamba tuan yang tak kunjung pulang.
Lagi lagi, tirta nirmala turun dari pelupuk manik tanpa ragu. Sudah hampir lima sasi ini selepas denting telepon menyeru, suara indah sang pemuda belum juga membasuh rungu, itu sebabnya kalbu si ayu belum juga sembuh dari luka yang memilu.
Dialihkannya pandang, menuju gawai hitam nan masih saja belum ada kabar dari si tuan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.