Elena mengelilingi dan mencari di setiap sudut ruangan. Namun, tak menemukan apa pun. Saat berhenti di atas karpet yang menjadi pijakannya, kaki Elena tak sengaja menginjak sesuatu. Ia pun akhirnya, membuka karpet tersebut untuk mencari tau apa yang baru saja ia injak.

Ternyata, ia menemukan sebuah pintu yang ada di bawah karpet. Ruang bawah tanah? Batin Elena. Lalu, tanpa berpikir panjang lagi, Elena pun segera membuka pintu tersebut dan ia melihat tangga yang gelap.

Elena pun memasuki ruang tersebut dengan menuruni anak tangga. Lalu, saat berbelok ke arah kiri ia melihat sebuah lorong. Ia pun berjalan mengikuti arah lorong dan melihat cahaya yang samar samar di sana.

Sesampainya di cahaya itu, ternyata ia sampai di ruangan yang Elena yakini ia akan menemukan petunjuk di sana. Elena melihat banyak senjata tajam di dinding dan di sebuah lemari kaca.

Lalu, ia terus berjalan dan di sana lah ia menemukan sebuah etalase yang berisikan high heels berwarna merah. Kaki Elena terkulai lemas, ia pun terduduk di sana sembari menutupi mulutnya karena terkejut melihat sepatu - sepatu tersebut.

Elena baru saja tau bahwa manusia yang selama ini ia layani adalah pembunuh berantai yang sedang dicari - cari oleh seluruh penjuru negeri. Ia masih terpaku melihat sepatu - sepatu itu sampai ia tak sadar..

"Aku tak seceroboh itu Elena, kau pikir aku tak tau rencanamu?" Bisik Dax dari belakang yang mampu membuat tubuh Elena menegang dan bulu halus di sekitar lehernya meremang. Ia perlahan menoleh ke belakang. Lalu, Dax dengan cepat mengambil alat penyadap yang ada di baju Elena dan menginjaknya hingga hancur. Mata Elena terbelalak. Ia tak bisa berpikir lagi. Ia yakin hari ini adalah hari terakhirnya di dunia.

Elena yang terduduk pun mulai memundurkan dirinya secara perlahan. Namun, tanpa aba - aba, Dax tiba - tiba menarik rambut Elena dan menyeret perempuan itu ke ruangan yang lebih dalam lagi.

Dax membawa Elena ke sebuah ruangan yang bernuansa gelap dan cukup luas dengan jendela yang menerangi ruangan itu secara samar - samar. Namun, suasana di ruangan itu sangat mencekam bagi Elena, tidak seperti saat ia berada di kamar Dax.

Dax langsung menampar Elena dengan kerasnya hingga perempuan itu langsung tak berdaya. Ia pun segera mengikat kedua kaki dan tangan Elena. Lalu, menggantung perempuan tersebut di tengah ruangan.

Setelah tubuh Elena tergantung, Dax pun merobek seluruh pakaian Elena hingga tak ada sehelai kain pun yang menempel di tubuhnya.

"APA YANG KAU LAKUKAN, BRENGSEK?!!" Teriak Elena sembari meronta - ronta agar bisa melepaskan ikatan yang ada di tangan dan kakinya.

"Ssttt." Ucap Dax sembari menyentuhkan jari telunjuknya ke bibir Elena. "Ada anak kecil, sayang." Lanjutnya sembari menunjuk ke arah kiri dengan lirikan mata. Elena pun menoleh ke arah yang Dax maksud dan ia terkejut ketika melihat Ace ada di sana sedang membelakangi keduanya.

"Ace.. Apa yang kau lakukan di sini?!" Ujar Elena dengan sedih. Ace tak menoleh ke belakang, ia hanya mengangkat ponsel yang memperlihatkan sebuah permainan.

"Tetap mainkan game-mu Ace. Jangan melihat ke arah sini, apa pun yang terjadi." Ucap Dax yang terdengar sangat serius.

"Apa yang kau lakukan pada anakmu?!!" Teriak Elena lagi sembari meronta - ronta mencoba menendang Dax.

"Aku selalu menyukai suaramu." Ujar Dax.

"Baiklah Elena, buat aku puas hari ini.. sebelum aku ada di balik jeruji besi." Ujarnya lagi. Lalu, tanpa isyarat apa pun, Dax tiba - tiba mencambuk tubuh Elena dengan kerasnya dan mengukir punggung, paha, dan dada Elena dengan pisau kecil bertuliskan 'DAX'. Lalu, darah yang mengucur dari tubuh Elena, akan dijilat oleh Dax. Hal tersebut berulang - ulang ia lakukan. Saat ini, ia benar - benar menyiksa Elena. Mencambuk, mengukir, dan menjilati lukanya.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now