Chapter 2

359 77 30
                                        

"Gun! Dasar lo ya kutu air!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gun! Dasar lo ya kutu air!"

Krist mengomel saat tiba di lapangan kampus. Di sana Krist menemui Gun yang tengah menonton ketampanan anak basket.

"Gatel dong," sahut Gun santai dengan wajah polos.

Krist mengepal tangan kuat-kuat. Takut kelepasan saja menoyor kepala Gun karena bisa santai dan sepolos sekarang.

"Sumpah ya... gara-gara lo nih! Mampus deh gue. Bisa-bisa nggak lulus mata kuliahnya Pak Prachaya," cerocos Krist .

Gun memasang wajah polos bercampur pura-pura bego dan nyengir selebar cengiran kuda.

"Ya, Tuhan... kok bisa-bisanya gue punya sahabat setengah pinter kayak lo," dumel Krist gregetan.

"Gue sampai harus kabur gara-gara Pak Prachaya udah tau itu gue!"

"Pak Prachaya seneng, kan?"

"Seneng kepala lo peyang!"

"Perasaan kepala gue nggak peyang."

Krist mengepal tangannya semakin gemas. Tahan, tahan. Katanya orang sabar bokongnya selebar Kylie Jenner. Sabar. Menghadapi Gun perlu kesabaran tingkat tinggi.

"Kalo sampai nanti gue nggak..." Krist berhenti bicara saat melihat Prachaya yang tengah berjalan ke lapangan kampus.

"Faaaak! Pak Prachaya ke sini. Gue cabut dulu ya. Bye!"

Bukannya kabur, Krist ketiban sial lagi. Dia kesandung batu sampai jatuh telungkup, persis kayak bayi yang baru bisa telungkup.

"Ya amplop! Kit bayiku!" Gun mendekati sahabatnya dan menusuk punggung belakangnya.

"Lo baik-baik aja, kan? Tas Giorgio Armani lo baik-baik aja, kan?"

Krist langsung bangun sendiri. Jatuh sendiri, bangun sendiri. Sungguh mencerminkan kesialan berlapis hari ini. Bukan malu, dia malah emosi mendengar Gun. Bisa-bisanya yang dikhawatirkan malah tasnya, bukan dirinya.

"Heh! Lo jadi sahabat nggak ada perhatiannya. Gue jatoh malah nanyain tas!"

Gun mengabaikan Krist dan mengusap permukaan tas tenteng merk Giorgio Armani yang dipakai Krist.

"Aduh, Baby Giorgio Armani. Kasihan banget kamu kena aspal. Kotor gini."

Krist menahan emosinya.

"Sabar, sabar. Kalo masih ngelunjak, gue toyor beneran kepala nih anak," gumamnya pelan.

Terlalu sibuk kesal sama sahabatnya, Krist sampai lupa kalau Prachaya sudah berada di dekatnya. Pada saat itulah Prachaya dan Krist saling beradu pandang. Krist berbalik badan dan kabur. Prachaya di belakang sana mengejar dengan santai sambil memanggil nama Krist.

"Pak Gulf!"

Krist meraih lengan dosen lain yang kebetulan sedang berdiri di dekat lapangan sendirian. Dia memasang wajah memohon.

Wrong Target [On Going]Where stories live. Discover now