Misteri Gadis di Ruang Bawah Tanah (Part 5)

56 7 4
                                    

"Ayo, masuk kak."

Octavia membuka pintu kamarnya, mempersilahkanku untuk masuk ke dalamnya.

Aku gugup. Aku hanya pernah melihat Anna melalui mimpi dan "penglihatan" itu. Apakah aku akan melihat sosok Anna untuk pertama kalinya di alam nyata?

Aku melangkah ke dalam kamar Octavia. Lututku gemetar, badanku bermandikan keringat dingin.

Aku disejukkan oleh angin sepoi-sepoi dari jendela kamar Octavia yang terbuka. Angin malam berhembus masuk, menerbangkan gorden berwarna ungu tua dari bingkai jendela kamarnya. Di luar jendela, terhampar petak kebun yang hijau namun kosong. Hanya pepohonan tinggi dan semak belukar di sana.

Kini aku berada di dalam kamar Octavia. Suasananya begitu dingin dan begitu redup. Sumber cahaya yang menerangi kamar itu hanya dari cahaya bulan purnama yang masuk lewat jendela yang terbuka dan lampu tidurnya. Jam dinding di kamarnya menunjukan pukul 9.30 malam.

Octavia meletakkan makanan dan minuman yang ku berikan kepadanya beberapa waktu yang lalu di atas meja belajarnya. Dia berjalan menyusuri kamarnya, mengambil karpet lipat dan menghamparkannya di atas lantai yang dingin. Lalu Octavia melambaikan tangannya, memberikan aku gestur untuk mendekat kepadanya yang sekarang sedang duduk di atas karpet yang sebelumnya ia hamparkan.

Suasananya begitu dingin dan mencekam. Aku ingin lari. Aku ingin meninggalkan kamar ini sekarang juga. Mungkin, jika sejak awal aku tidak ikut campur ke dalam semua urusan ini, aku tidak akan berakhir di sini. Namun, aku merasakan ada energi aneh yang menahanku untuk pergi. Entah mengapa, aku merasa yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat.

Tentu saja ini bukan hal yang ku harapkan akan terjadi. Aku sedikit gugup, tapi belakangan ini aku sulit tidur. Setiap aku membaringkan tubuhku, aku selalu terpikir dengan sosok Anna dan ibunya yang misterius. Mengapa mereka memberikanku semua 'penglihatan' ini? Apa sebenarnya tujuan mereka? Pikiran itulah yang terus membuatku terjaga sepanjang malam.

Untuk itu, aku harus berbuat sesuatu, dan setidaknya mencoba berkomunikasi dengan Anna dengan perantara Octavia terasa seperti sebuah tindakan yang tepat. Lagipula, Anna tidak pernah menunjukan ketidaksukaannya kepadaku. Walaupun aku tahu, Anna lebih menyukai Octavia daripadaku. Setidaknya, mungkin itulah alasan mengapa Octavia dapat melihat sosok Anna dan ibunya sedangkan aku dan ibuku tidak. Mereka percaya kepada Octavia. Mereka tahu gadis lugu itu tidak memiliki niat jahat kepada mereka.

Aku perlu mencari informasi sebanyak-banyaknya dan bukti-bukti yang konkret yang tidak bisa terelakan. Aku tahu sejak awal ada sesuatu yang tidak beres sedang coba disembunyikan oleh Pak Freddy. Saat semua kebenaran terungkap, aku akan membongkar semuanya. Namun, aku juga harus mempertimbangkan perasaan Octavia. Karena bagaimana pun juga, Octavia merupakan anak kandung dari Pak Freddy.

Aku berbisik kepada Octavia, menanyakan kepadanya dimana Anna berada sekarang. Namun, Octavia meletakan satu jari di depan bibirnya, menyuruhku untuk diam.

Octavia berbisik kepadaku, "Kak, dika. Apa kamu pernah bertemu dengan Anna sebelumnya?"

"Pernah, namun tidak begitu jelas, aku tidak dapat melihat wajahnya. Aku melihatnya hanya dalam mimpi. Aku tidak pernah melihatnya secara langsung."

Octavia berkata, "Anna bertanya, apa yang kau inginkan dari dirinya?"

Aku bimbang, aku pun tidak tahu mengapa aku begitu terobsesi untuk memecahkan semua misteri ini. Aku bisa saja mengabaikannya dan membiarkan semua ini terjadi.

Namun ketika aku melihat Octavia dan Anna, aku seperti melihat adik kandungku sendiri. Adik perempuanku yang tidak pernah sempat hadir di dunia ini.

Omah Londo (Rumah Belanda) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu