Misteri Gadis di Ruang Bawah Tanah (Part 3)

57 6 0
                                    

Setelah kejadian itu, Octavia menjalani kehidupan normal seperti biasanya. Aku kira itu lah hari terakhir aku mengalami kejadian mistis di dalam rumah itu. Namun ternyata aku salah.

Aku menyadari bahwa tingkah Octavia berubah drastis setelah kejadian itu. Sebelumnya ia adalah seorang gadis pendiam dan penyendiri. Namun kini ia berubah 180 derajat. Ia bagaikan orang yang berbeda. Kini ia adalah Octavia yang semangat dan periang.

Saat pagi hari, ketika kami mulai sarapan bersama, Octavia sudah duduk rapi di meja makan. Sebelumnya, kami harus memanggilnya terlebih dahulu untuk turun dari kamarnya. Dan kini, ia sering tersenyum, menyapaku dan ibuku terlebih dahulu, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

Pagi ini, seperti biasa aku bangun pagi-pagi membantu ibuku menyiapkan sarapan. Aku menata piring, gelas dan alat makan dan meja. Octavia sudah ada disana, duduk rapi bersama dengan boneka kelincinya yang selalu ia bawa.

"Selamat pagi, kak Dika" Octavia menyapaku dengan senyum ramah.

"Selamat pagi juga."

Setelah sarapan siap, Pak Freddy dan Ibu Adelia turun dari kamarnya. Mereka mengenakan pakaian resmi. Pak Freddy memiliki jadwal pertemuan rutin bulanan dengan lurah dan perangkat desa lainnya, sedangkan Ibu Adelia berangkat kerja sebagai PNS seperti biasanya.

Memang semenjak kejadian malam itu, sifat Octavia berubah. Octavia memang menjadi semakin ramah kepadaku dan ibuku, tetapi sifatnya terhadap orangtuanya sangat berbeda. Sifatnya menjadi dingin terhadap kedua orangtuanya. Setiap kali mereka mencoba berbicara atau mendekatinya, Octavia pasti marah dan langsung menjauhi mereka.

"Nak, bagaimana keadaanmu? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ibu Adelia kepada Octavia yang tengah sarapan.

Octavia tidak menjawab. Ia bergeming.

"Octavia, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau tidak mau menjawab pertanyaan ibumu?" tanya Pak Freddy.

"DIAM!" Octavia tiba-tiba menggebrak meja. Piring, gelas dan semua peralatan makan terbang dan jatuh ke lantai. Kami semua terkejut, termasuk aku dan ibuku.

Selama sepersekian detik, aku seperti mendengar suara Octavia berubah ketika berteriak. Aku menyadari suara itu. Suara itu adalah suara yang ku dengar malam itu. Malam ketika Octavia dirasuki makhluk halus.

Octavia berlari dan menaiki tangga.

"Octavia, tunggu!" teriak ayahnya, namun terlambat, Octavia sudah masuk ke dalam kamarnya.

Aku dan ibuku saling bertatapan. Kami tidak menyangka hal ini akan terjadi. Di tengah kebingungan kami, Pak Freddy menghampiri kami berdua.

"Tolong jangan bilang-bilang siapa tentang kejadian ini." ucapnya. Kami berdua hanya bisa mengangguk pasrah.

Pecahan kaca dari piring-piring dan gelas berhamburan di lantai. Selepas Pak Freddy dan Ibu Adelia pergi, Aku dan ibuku berusaha membersihkan kekacauan yang ada. Ibuku memperingatkanku untuk berhati-hati, pecahan kaca dapat melukai kami. Tetapi aku tidak mendengarkan peringatan ibuku. Pikiranku sibuk memikirkan kejadian tadi. Dimana Octavia tiba-tiba menunjukan sifatnya yang tersembunyi. Kekuatan macam apa yang Octavia miliki, mengapa ia mampu menyebabkan semua kekacauan ini?

"Aww.." aku meringis, pecahan kaca yang tajam mengiris ujung jari telunjukku.

"Kan sudah ibu bilang. Kamu harus berhati-hati." ujar Ibuku. Ia mengambil handuk kecil bersih dan menutup lukaku. Tetapi sebelum ibuku sempat menutup lukaku, setetes darahku menetes ke lantai berubin.

Aku memperhatikan tetesan darahku jatuh ke ubin. Tepat ketika tetesan darahku menyentuh lantai. Aku jatuh terkulai ke lantai. Aku pingsan, tak sadarkan diri.

Omah Londo (Rumah Belanda) जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें