[E] Prolog

99 16 8
                                    

Tristan tidak pernah ingin terlibat dengan apapun yang membuatnya harus melenceng dari akal sehat. Hingga suatu saat Azra berkeinginan untuk memecah batu dalam kepala Tristan dan membuatnya melihat sendiri apa yang selalu ia anggap bualan. Sayangnya, tak semudah itu untuk Tristan agar benar-benar percaya pada Azra.

Membuat Tristan mengalami sendiri hal-hal aneh jauh lebih mudah untuk Azra. Tapi ikatan pertemanan yang mendarah daging tak memberikan ia perasaan tega melepas Tristan sendiri. Azra belum pernah mengalami hal aneh dalam hidupnya yang melibatkan hantu. Ada masa di mana ia sangat ingin merasakan sensasi rasa takut yang belum pernah ia rasakan.

"Kau tahu. Ku dengar rumah itu berhantu."

"Aku tidak peduli."

"Ayo ke sana."

"Tidak."

Seperti itulah kira-kira yang selalu terjadi saat Azra mengungkapkan ide di kepalanya. Hingga suatu saat terbersit sebuah cara agar Tristan bisa dibuat percaya tanpa harus diberitahu.

Kota tempat mereka tinggal memiliki banyak kenangan dalam sejarah berdirinya. Entah dari bangunan atau wilayah yang tidak pernah lepas dari cerita-cerita rakyat. Baik yang menyenangkan atau penuh dengan tragedi. Entah yang sudah beredar luas, atau hanya sebatas dari cerita mulut ke mulut.

Tiap jengkal kota sudah ada dalam bayangan Azra dengan beragam kisahnya. Sebuah catatan tertoreh manis pada buku kecil miliknya yang akan menjadi ide hal-hal seru.

Lihat saja. Tristan pasti akan menikmati ide-ideku.





















***
Mohon bantu penulisnya untuk tetap semangat berkarya dengan memberikan vote serta komennya, ya ^^

Berani Coba?Where stories live. Discover now