Asrama Uke

412 29 3
                                    

Arthit Ruangroj namaku, sepertinya kalian sudah tahu siapa aku dari cerita milik p'Singto dan Krist di asrama uke, iya kan?

Atau kalian ingin aku memperkenalkan diriku lagi?

Baiklah

Aku anak ke dua dari tiga bersaudara, kakakku bernama Singto dan adikku bernama Beam, sedangkan namaku Arthit. Aku duduk di kelas 4 tingkat Matthayom, aku bersahabat baik dengan (calon) pasangan p'Singto yang tak lain adalah Krist.

Ayahku Boonrod, pemilik yayasan Ruangroj, yayasan sosial terbesar di Thailand.

Aku malas bercerita panjang lebar, kalian pasti sudah tahu, bukan?

Disini aku tidak akan menceritakan kehidupan kakakku, untuk apa? Aku mempunyai cerita lebih baik daripada p'Singto.

Let's begin

"selamat pagi, p'Arthit" sapaan itu yang aku dengar pertama kali setiap aku melangkah masuk ke area sekolah.

Saking seringnya aku mendengar ini selama setahun terakhir membuatku hanya membalas sapaan adik tingkat itu dengan anggukan kepala saja

"ah.. sepertinya lelakimu sudah menunggu, aku harus menemui seseorang juga. Kita bertemu di kelas, sampai jumpa!" setelah berucap, Krist sahabatku buru-buru meninggalkanku berdua dengan adik tingkat pengganggu ini.

Sial! Suasana hatiku memburuk!

"apakah tidur p'Arthit nyenyak semalam?" tanya pemuda itu dengan senyuman menjijikan dari wajahnya.

"iya, aku pergi dulu. Hari ini ada penilaian" aku berusaha meminimalisir interaksiku dengan pemuda itu dengan berbicara seperlunya.

Tapi sialnya pemuda itu tak sepemikiran denganku dan malah menahan pergelangan tanganku

"ada apa?" ketusku sambil berusaha melepaskan tangannya.

"aku mempunyai cokelat untuk phi, mungkin bisa membantu mengembalikan suasana hatimu"

Aku hanya memandangi cokelat yang berada di tangannya, aku sangat menyukai cokelat, tetapi aku sedang diet untuk kontes fashionku bulan depan. Cokelat adalah satu-satunya makanan yang membuat berat badanku naik drastis, aku tidak ingin hal itu.

"tidak, terima kasih, aku sedang diet, berikan saja pada orang lain" ucapku datar lalu meninggalkan adik tingkat itu di depan gerbang sekolah.

Dingin dan cuek bukan sifatku sebenarnya, tetapi keadaan yang memaksaku. P'Sing sangat posessif terhadapku dan melarangku memiliki kekasih, ataupun sahabat dekat selain Krist. Entahlah, apapun alasannya aku tak peduli, toh aku masih di izinkan untuk menjalani hobiku, selain itu aku tak bermasalah.

Yang jadi masalah disini adalah...

Aku menyukai adik tingkat itu, dan aku tak menyangkal hal itu.

Tutur kata yang lembut dan perilakunya yang sopan serta penampilan yang cukup menarik, siapa sih yang tidak tertarik? Kongpob tidak baik untuk keadaan jantungku dan beruntung ayah dan kakek tidak memiliki penyakit jantung.

Oh iya, namanya Kongpob. Putra tunggal pemilik perusahaan tekstil yang cukup terkenal di Thailand, ibunya merupakan designer yang namanya sudah melambung tinggi di kancah internasional. Anak dengan sendok perak. Yah... Meskipun aku juga begitu, aku tak menyangkalnya.

Kembali ke pembicaraan!

Sebenarnya ada satu faktor utama aku tak menerima asik tingkat itu. Bukan karena p'Singto yang galak, tetapi aky terlalu takut untuk memulai suatu hubungan karena...Trauma? Entahlah aku tak bisa menganggap itu sebagai trauma karena aku tak pernah memeriksakannya.

Kongpob Arthit OneshootWhere stories live. Discover now