Yoongi hela nafas kasar. Ia bisukan suara ponselnya agar tak mengganggu tidurnya. Yoongi kembali menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Sepuluh menit kemudian, selimut tersebut ia sibak. Ponsel ia sambar. Pesan obrolan lainnya kembali masuk. Sekali lagi, tanpa membaca pesan-pesan itu, Yoongi mencari sebuah nama namun tak ia dapati.

"Geurae, Andrea masih menguasai dirinya. Ku maklumi" batinnya lalu kembali mengabaikan ponselnya.

....

Sedangkan yang ditunggu Yoongi baru selesai menutup laptopnya dan bersiap untuk tidur.

"Hoamm..."

Tiba-tiba ponselnya bergetar, sebuah panggilan video membuatnya mendecak. Ia angkat sebentar kemudian berkata, "Aku mau tidur ! Dasar owls !"

"Ya ! Ya ! Andrea. We just-"

"Bye !" Aera langsung mematikan sambungan tersebut secara sepihak dan langsung menutup dirinya dengan selimut setelah mematikan lampu tidur.

.

.

.


Suatu siang, masih di bulan Maret, Aera menyusuri trotoar jalan dengan berjalan kaki sendirian. Langkahnya agak berat. Tatapannya terkadang kosong. Jika dilihat dari penampilan Aera yang saat ini terkesan sangat formal dengan balutan blazer hitam dan sepatu heels senada, bisa diterka, Aera sedang mengalami hari yang melelahkan dan mengecewakan.

Aera berhenti melangkah di depan sebuah tempat akademi. Dulu, Aera pernah menempuh pendidikan non formal bersama sahabat kecilnya disana. Kenangan tersebut masih membekas dalam benaknya.

"Ya ! Gatti ka !!"

Aera remaja berlari meninggalkan sahabatnya jauh dibelakang sembari membawa ransel cukup besar di belakang punggungnya. Sang sahabat lari tergopoh-gopoh untuk menyusul langkah panjang Aera.

"Ya ! Shin Aera !!" Pekiknya lagi.

Aera berhenti berlari lalu memutar tubuhnya, ia lirik jam tangannya, "Tiga detik kau tidak sampai, aku pulang !"

Sang sahabat mencoba berlari menyusul Aera yang sedang menghitung mundur, "Sa.. I.."

"Ppali, Kimchi Sundubu jiggae. Kau mirip tahu kalau begini. Lemah dan gemulai ! Ppali, Il !"

Sang sahabat meraih jaket yang dikenakan Aera, "Ya !!" Ucapnya sebal.

Aera tepuk bahu sang sahabat, "Itulah mengapa ni eommeonim menyuruhmu ikut ekskul olahraga. Temani aku di tenis, heum ?"

Tubuh ditegapkan, botol air minum dikeluarkan dari dalam tas dan meneguknya sedikit, "Aku lebih suka menonton film, membaca novel dan fotografi. Arra ?"

Aera mendecih

"Baegeoppa" kata sang sahabat.

"Tteokbeokki, eotte ?" Saran Aera.

"Kkol !" Tangan dilingkarkan di lengan Aera, "Kajja ! Kajja !"

...

Aera sampai di toko penjual tteokbbeoki favoritnya dan sahabatnya. Masih sama, tak ada perubahan yang berarti bahkan tempat duduk favorit mereka disudut ruangan tak berubah. Dinding yang penuh coretan menjadi memori sendiri untuknya. Meski coretan-coretan tersebut telah memenuhi dan menimpa tulisan-tulisan sebelumnya, Aera masih dapat menemukan coretannya dan sang sahabat dulu.

YUNGIVERSEOnde histórias criam vida. Descubra agora