Alasan Rita

224 21 0
                                    

Raya duduk dibalkon kamarnya. Ia memandang bintang bintang yang bertebaran dilangit malam. Ia termenung memikirkan kata kata Rita tadi.

Rita masuk kekamar Raya. Duduk di samping Raya. Ia mengelus rambut panjang milik putri semata wayangnya itu.

"Mama tuh kepengin kamu cepet nikah neng. Mama sudah capek dengerin tante tante kamu yang selalu memojokkan kamu. Bilang kamu nggak laku lah. kamu itu belok lah. Pokoknya banyak yang mereka jelek jelekin dari kamu. Mama tuh nggak suka anak mama diginiin. Mereka selalu bangga banggain anak anak mereka yang baru lulus kuliah langsung nikah. Apalagi tante Mila...." Rita menjeda kata katanya sebentar untuk mengambil nafas panjang.

"Wulan. Dia dilamar oleh seorang pengusaha Batik. Katanya nanti ia dilamar dengan cincin berlian dan mobil mewah. Tante kamu semuanya. Tante Nilam, tante Amel dan tante Fatma. Mereka terus membanding bandingkan kamu dengan wulan. Mama nggak suka itu neng. Mama..." tak terasa air mata Rita mengalir begitu deras. Raya pun memeluk Rita erat. Ia menyesal telah marah marah tadi sama Rita. Padahal Rita hanya menginginkan yang terbaik untuknya.

"Maafin eneng ma..." ucap Raya tulus..

"Iya neng. Mama juga minta maaf ya kalau mama selalu maksa kamu. Tapi besok kamu mau kan ketemuan sama Sebastian..??" Ucap Rita diakhir katanya.

Raya yang tadi menangis, ia kini jadi memberenggut kesal. Ujung ujungnya Rita tetap saja memaksnya untuk datang diacara perjodohan itu.

"Iya ma..." putusi Raya mengalah.

Rita tersenyum senang. Air matanya sudah tidak terlihat lagi. "Makasih neng... kalau gitu mama bilang papa dulu... kamu istirahat gih..." ucap Rita sambil mencium kening Raya kemudian berlalu meninggalkan Raya yang masih termenung dikamarnya.

"Apa keputusan gue bener ya..?? Apa gue emang harus datang kesana..??" Gumam Raya lirih. Angin malam yang menerpa tubuhnya tak membuatnya kedinginan. Ia seakan nyaman dengan hembusan angin ini.

07.10 wib

Raya berjalan gontai menuju kubikelnya. Ia duduk dengan malas. Tak ada semangat hidup dalam dirinya. Mengingat perjodohan yang semalam Rita bicarakan padanya.

"Lo kenapa Ray... pagi pagi udah manyun aja...??"tanya Ratih yang baru saja datang. Ia duduk disamping Raya.

"Gue pusing nich.. mama sama papa mau jodohin gue... dan siang ini gue harus datang keacara perjodohan itu. Lo... punya temen cowok yang bisa gue ajak kerja sama nggak Tih...?" Tanya Raya menatap Ratih penuh harap. Ratih ini kan temen cowoknya banyak. Pasti dia punya banyak kenalan cowok cowok kece buat dikenalin ke Raya.

"Temen...?? Banyak sih... gini aja dech... ntar sore lo main kerumah gue. Kebetulan abang gue baru pulang dari Amrik. Nah... biasanya kalau bang Gani pulang. Banyak tuh temen temennya yang maen kerumah. Sapa tau ada yang cocok buat lo.." usul Ratih.

"Emang lo punya Abang..???" Tanya Raya penasaran. Pasalnya kalau ia main kerumah Ratih. Hanya ada ia dan kedua orang tuanya saja.

"Punya lah. 2 bulan lagi abang gue bakal nikah. Jadi dia pulang dech ke Indo."

"Abang lo mau nikah..??? Emang berapa usianya...?? Bukannya lo baru 24 tahun kaya gue...??" Tanya Raya makin kepo.

"Gue sama dia itu beda 5 tahun. Sebenernya gue punya 3 kakak harusnya. Tapi yang 2 itu nggak bisa dislametin. Keburu keguguran waktu masih usia 2 bulan dikandungan." Cerita Ratih.

"Oh... pantes... yaudah dech. Nanti sore gue ikut lo balik... Lovi diajak nggak nich..??"

"Boleh.. sekalian aja nginep dirumah gue. Lo kan udah lama nggak nginep dirumah gue.."

"Gue coba tanya ema gue dulu dech ya... takut nggak dibolehin nginep.." jawab Raya.

"Gue ketinggalan apa nich...??" Tanya Lovi yang tiba tiba datang dan merangkul pundak Raya dan Ratih.

"Ini... si Raya mau ketemu acara perjodohan nanti siang.." celetuk Ratih yang sukses bikin Raya melotot kearahnya. Pasalnya Ratih berbicara dengan suara yang lantang. Untung saja keadaan kantor masih sepi.

"Ratih...!! Kondisiin suara lo dong...!! Kantor ini..." ucap Raya tak terima

"Hehee... sorry..." jawab Ratih sambil menunjukkan 2 jarinya membentuk huruf V

"Ini serius...?? Terus lo mau Ray..??" Tanya Lovi yang kepo. Lalu Ratih menceritakan semuanya kepada Lovi. Termasuk tentang rencana mengajaknya nginep dirumahnya.

"Gue... kayanya nggak bisa ikut. Sorry... gue ada janji ama bebeb Vino..." tolak Lovi. Diantara mereka bertiga, cuma Raya yang masih jomblo. Lovi sudah tunangan dengan Vino, seniornya waktu kuliah dulu. Sedangkan Ratih, dia juga sudah punya pacar, bedanya belum bertunangan. Pacar Ratih itu Dosennya sendiri waktu skripsian. Mereka cinlok. Dan sampai sekarang hubungan mereka masih berjalan namun belum diresmikan. Mungkin Ratih masih menunggu kakaknya untuk menikah lebih dulu.

"Yaudah. Lo aja dech Ray. Lo coba ijin dech sekarang. Dibolehin kagak..??" Tanya Ratih memaksa Raya untuk ijin sekarang.

"Sabar dong. Ini kan masih pagi. Ntar yang ada emak gue ngiranya gue mau kabur dari perjodohan itu lagi." Jawab Raya. "Lagian lo kenapa dech... Lovi aja mau malmingan. Lo biasa juga malmingan sama Pak Yudi kan..??" Tanya Raya pada Ratih.

"Emang lo nggak tau yak..??" Tanya Lovi menatap Raya penuh tanya.

"Tau apa...??" Raya sepertinya ketinggalan berita ini.

"Pak Yudi kan lagi diluar kota selama dua minggu. Katanya sih pertukaran dosen. Pak Yudi kan salah satu calon Rektor..." cerita Lovi pada Raya. Ia sesekali melirik Ratih untuk melihat ekspresinya.

"Wah... selamat ya Tih... kok lo nggak cerita sama gue..??" Tanya Raya antusias pada Ratih.

"Gimana gue mau cerita. Orang lo sibuk mulu berduaan sama bos baru..." jawab Ratih yang membuat Raya mengingat sesuatu.

"Gawat...!!" Ucap Raya sambil berdiri cepat dan berhasil membuat Lovi dan Ratih kaget.

"Gawat kenapa..??" Tanya Ratih yang kepo

"Gue disuruh bersihin ruangan dia sebelum dia berangkat. Aduh mati...!! Jam berapa ini. Gue harus cepet cepet nich. Gue tinggal dulu dech... babay.." kata Raya sambil gelagapan dan berlalu menuju ruang direktur.

Keberuntungan masih berpihak pada Raya hari ini. Ia berhasil membersihkan ruangan Galang sebelum Galang sampai dikantor.

Raya juga sudah membuatkan kopi untuk Galang saat tadi Galang sampai diruangannya.

"Pagi ini saya belum minum teh. Bisa buatkan saya teh. Jangan terlalu manis." Ucap Galang saat Raya hendak keluar dari ruangannya.

"Lah itu kopinya nggak mau pak..??" Tanya Raya yang menyesali inisiatifnya sendiri. Ternyata salah.

"Memangnya saya minta kopi sama kamu tadi..???" Tanya Galang dengan wajah sinis kearah Raya. Raya menggeleng.

Tersenyum sinis "kalau begitu bawa kopi itu dan ganti dengan teh. Jangan memberi saya minuman sebelum saya memintanya sendiri sama kamu." Perintah Galang.

Lagi lagi Raya hanya menggangguk saja. Ia hanya ingin cepat menyelesaikan tugasnya dan ia bisa mengerjakan tugas lainnya.

"Baik pak.." jawab Raya kemudian membawa Kopi itu kembali dan menggantinya dengan teh sesuai permintaa Galang tadi.

"Ini tehnya... silahkan diminum pak. Kalau begitu sekalian saya permisi. Mau mengerjakan tugas lagi." Pamit Raya sebelum ia melihat Galang meminum tehnya.

Pria Misterius (Tamat)Where stories live. Discover now