Kopi Dingin

5 0 0
                                    

Orang bilang, minumlah kopi sebelum dingin karena tentunya kopi lebih nikmat ketika masih panas, masih hangat, ketika kamu masih bisa menghirup aromanya dari uap yang menyeruak. Sedangkan kopi dingin? Orang cenderung sudah malas menyesapnya, kadang meninggalkannya begitu saja di dalam cangkir walau isinya masih separuh lebih.
Itulah yang aku rasakan sekarang, seperti secangkir kopi dingin. Aku berbicara tentang seorang pencari kerja berusia diatas 35 tahun. Tidak, Aku tidak akan berbicara tentang cinta dulu, karena bagiku itu bahkan lebih pahit dari secangkir kopi dingin.
250 hari sudah aku berkutat dengan semua platform yang mambagikan informasi lowongan kerja, Aku yakin aku tidak sendirian, banyak diluar sana yang berganti kesibukan dari pekerja menjadi pencari kerja apalagi dimasa pandemi Covid -19.


Percayalah, mimpi besarku adalah menjadi entrepreneur. Dulu, saat aku masih aktif bekerja sebagai karyawan perusahaan, kumulai setiap hari dengan mengeluh dan mengkhayal apa yang akan aku jalani jika aku bukan seorang karyawan. Baiklah, itu buruk. 30 hari setelah hari pengunduran diriku (kapan-kapan akan aku ceritakan alasannya), aku mencoba bisnis jualan online . Pandangan orang-orang disekitarku adalah jika kamu bukan karyawan di sebuah perusahaan, tidak menghabiskan waktu dari jam 08.00 sampai dengan 17.00 di perusahaan milik atasan dan tidak menerima gaji setiap bulan kamu adalah pengangguran dan kamu adalah beban. Aku goyah, aku merasa sendiri dan aku pun merasa menjadi beban. Aku tahu, tidak seharusnya membiarkan pandangan orang mempengaruhiku tapi bagaimana kalau orang tersebut adalah orang-orang terdekatmu, pengisi inner circle yang kamu harapkan menjadi support system.


Mengapa aku merasa seperti secangkir kopi dingin?
Aku memiliki pengalaman, begitu gemilang terbaca di curriculum vitae yang aku kirimkan dalam setiap lamaran kerja. Tapi bahkan sebelum itu dimulai, aku sudah merasa tidak diinginkan karena semua lowongan yang tersedia seakan hanya terbuka untuk para pencari dengan usia tidak lebih dari 35 tahun, dan itu 4 tahun lalu bagiku. Tidak adil? Ya, bagiku. Tapi sungguh, izinkan aku bertanya apa yang sebenarnya menjadi pertimbangan sebuah perusahaan sehingga mengkesampingkan pengalaman karena usia? Sebagian mungkin akan berpikir, salahku sendiri memutuskan untuk resign di usia ini. Tapi, kembali lagi apakah memang kita harus kehilangan banyak kesempatan dan pilihan karena usia?
Sering aku bertanya, adakah diluar sana yang merasakan sama? atau hanya aku ? Apakah aku berada ditempat salah? apakah aku sudah membuat pilihan yang salah?


Sudahlah.
Tapi jangan khawatir, aku yakin, secangkir kopi dingin ini masih bisa dinikmati, bukankah banyak Cafe yang menawarkan kopi dingin dalam menunya.

Panggil Aku, VanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang