;- 2

397 54 11
                                    


"Tae, ada kenalan nggak?"

Wajah Taehyung menyiratkan pertanyaan. Mulutnya masih penuh dengan makanan. Jadi matanya berbicara seolah menjawab kalimat Yoongi, kenalan apa maksudnya?

Yoongi di seberang mejanya seakan mengerti kode-kode yang dikirimkan. Lalu dia juga menjawab tanpa kata. Yoongi mendorong lidahnya ke pipi kiri. Berulang kali. Sambil sebelah alisnya terangkat. Kemudian tersenyum miring ketika melihat Taehyung membulatkan mata, memahami apa maksud seniornya itu. Fuck.

"Yang kemarin?"

"Udah nggak, dia baper soalnya. Padahal enak."

Jimin tersedak. 

Dengan cekatan Yoongi menyodorkan air mineralnya pada Jimin. Mengingatkannya agar tidak perlu terburu-buru saat makan. Tangan Yoongi sambil mengelus punggung Jimin, dan sesekali memijat leher belakang lelaki di sampingnya.

"Ada, dia manis banget anaknya. Polos. Lo suka yang polos kan, Bang Yoon?"

"Tahu aja lo."

"Tapi gue yakin, dia pasti baper sih sama lo. Soalnya—"

"Yaudah skip . Nggak usah kalau baperan."

Yoongi yang memotong kalimat Taehyung kemudian menggabungkan nampan makanannya yang sudah kosong dengan milik Jimin. Setelahnya, beranjak menuju counter untuk mengambil makanan penutup mereka.

"Bang Yoongi sudah kosong lagi tuh. Lo masih nggak mau ngaku?"

Jimin menggeleng. Jimin memang senang, kini Yoongi akan semakin sering tinggal di asrama. Meski yakin, tidak akan bertahan lebih dari satu bulan. Karena dalam kurun waktu tersebut, Yoongi pasti sudah akan mendapatkan teman ranjang baru.

Dalam waktu satu bulan itu sebenarnya bisa menjadi kesempatan emas untuk Jimin. Sayangnya, lagi-lagi dia kalut dengan ketakutannya sendiri. Yoongi akan menolak, mencampakkannya, bahkan bisa jadi tidak mau bertemu dengan Jimin lagi. Melupakan semua pertemanan mereka selama ini. Meski hati kecilnya kadang sedikit membuah harap, mungkin Yoongi tetap akan berteman dengan Jimin meskipun perasaannya tak berbalas. Tetapi, apakah itu cukup untuk Jimin?

"Nunggu apaan sih?"

"Lo mau kenalin Yoongi ke siapa?"

"Ada temen baik gue, namanya Park Jimin."

"Gila ya lo!"

Taehyung langsung diserang botol air mineral yang sudah tidak berisi. Berkali-kali botol itu mendarat di kepala Taehyung. Sambil sesekali Jimin berusaha mencakar lengan temannya itu, "nggak lucu kalau Yoongi tahu gue suka!"

"Lo? Suka sama siapa?"

Seperti kepergok mencuri, kedua manusia yang baru saja ribut itu mendadak beku. Taehyung merapikan rambutnya dengan acuh, dan tidak menatap sekalipun pada pasangan sahabat yang mendadak canggung itu.

"Satu jurusan? Atau bukan? Kenalin lah. Lo gitu ya, nggak pernah cerita sama gue."

Jimin menatap Taehyung yang masih menghindari mata Jimin. Sialan. Jimin tidak mendapatkan pertolongan yang berhak dia terima. Taehyung seolah mencuci tangan dari andilnya membuat Jimin tertangkap basah begini. Selang beberapa menit, dia angkat kaki dari kecanggungan yang melanda meja makan. Meninggalkan Jimin yang masih bungkam bersama Yoongi yang sedang mengaduk es kopi.

"Min, kenapa jadi diem? Kalau lo nggak mau cerita nggak papa kok. Nggak maksa, sumpah. Gue bercanda kali, itu hak lo mau cerita atau nggak, ke gue atau siapapun, terserah."

"Ya nggak enak aja, karena detail hidup lo selalu lo ceritain ke gue. Tapi gue nggak pernah cerita apa-apa sama lo."

"Kita temenan udah berapa tahun sih? Gue udah paham. Nanti kalau lo siap, lo pasti cerita 'kan? Kalau lo takut inceran lo gue rebut, nggak bakal deh. Kita kan bro."

Jimin meringis palsu. Kalimat terakhir Yoongi seolah mengingatkan status mereka. Bro. Mengingatkan Jimin agar tidak berharap banyak selain persahabatan mereka.

"Meskipun gue anti cinta-cintaan, nggak percaya begituan, tapi kalau lo mau cerita soal begitu, gue tetep dengerin kok. Gini-gini, gue juga tahu gimana rasanya jatuh cinta."

Jimin tahu itu. Yoongi pernah mengaku dia jatuh cinta. Namun sampai bertahun-tahun setelahnya, Yoongi tidak pernah memberitahunya siapa orang beruntung itu. Padahal, Jimin tahu siapa saja orang-orang yang pernah menghabiskan malam dengan Yoongi, di bar, di kamar mandi, di hotel, di mobil, Jimin tahu siapa mereka satu-persatu. Tapi tidak dengan seseorang yang Yoongi biarkan membawa hatinya pergi.

Pernah satu waktu, Jimin kembali mengungkit seseorang yang berhasil membuat Yoongi jatuh cinta, namun lelaki pucat itu hanya memberikan pernyataan singkat sebagai jawabannya.

"Dia jauh, nggak terjangkau. Gue invisible di matanya."

Mata Yoongi yang menerawang tak terbatas melewati sekat-sekat fisik di hadapannya dan senyum kecil yang terukir manis membuat Jimin menyadari, dirinya tidak bisa bersaing dengan orang itu. Ekspresi Yoongi berbeda setiap kali membicarakan satu orang spesifik yang membuatnya jatuh cinta itu. Ada binar harapan, ada rona merah muda. Seolah orang tersebut benar-benar ingin Yoongi dekap saat itu juga.

THANKS TO THE ALCOHOL • yoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang