Lan Wangji 6

1.7K 149 17
                                    

⚠️please don't be a silent reader.

tekan tombol bintang jangan lupa🙂 ada typo maklumi, ya, ngetinya tengah malam!

Suara lonceng membuat telinga Wei Wuxian berdengung. Ia membuka mata dengan susah payah. Pemuda Jiang itu menatap ke sekelilingnya. Tidak ada siapapun, bahkan ia berada di atas batu dengan kepala benjol. Untung saja batu itu tidak memecahkan kepalanya.

Perutnya sangat lapar, entah beberapa hari ia terjebak di dalam lubang itu. Ia mengambil pedangnya bermaksud untuk pergi mencari jalan keluar. Subian terlempar beberapa meter darinya. Entah bagaimana ia tidak bisa menyadari lubang sebesar itu ada di bukit Dafan.

Wei Wuxian sedikit mengingat bagaimana dulu berlatih dengan Jiang Fengmian di sekitar Dafan. Tapi tempat ini telah banyak berubah, atau hanya Wei Wuxian yang tak pernah menyadarinya.

Baru saja ia melangkah mengambil subian, tiba-tiba saja babi hutan yang entah dari mana asalnya ingin menerjangnya. Wei Wuxian dengan spontan menghindar. Jatungnya seperti hendak melompat keluar karena terkejut.

Dengan geram ia mengikuti babi gemuk itu berlari. Menyusuri setiap jejak babi hutan dengan hati-hati. Adanya lumut membuat jalan kecil itu sedikit licin.

Lubang ini cukup besar, seperti gua dibawah tanah. Wei Wuxian menatap sekeliling dengan kagum. Seindah ini mengapa tak ada manusia yang mengetahuinya? Tetapi jika tidak ada manusia siapa yang membuat jalan setapak ini? Apa kawanan babi?

Banyak pertanyaan yang memenuhi kepala Wei Wuxian. Sayangnya, ia hanya sendiri. Tak ada seseorang yang bisa membantunya untuk menjawab rasa penasarannya. Saat sibuk dengan sekelilingnya. Wei Wuxian tak sadar babi hutan itu telah menghilang.

Kaki rampingnya terus berjalan menyusuri gua itu. Menemukan sungai kecil yang mengalir begitu jernih.Namun, sayangnya tak ada ikan yang bisa ia tangkap untuk mengisi perutnya.

Wei Wuxian memutuskan untuk mengambil air dengan kedua telapak tangan untuk melegakan tenggorokannya yang kering. Rasanya tidak buruk, ia baru merasakan air sedingin ini dan rasanya seperti mengguyur tubuhnya.

Hampir sama dengan kolam dingin di Gusulan. Tanpa sadar ia tersenyum mengingatnya.

"Ini terlalu segar," gumamnya.

Setelah merasa cukup, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalananya. Setelah berjalan sedikit lama, ia belum menemukan apapun selain air yang mengalir dibawah kakinya.

Rasa kenyang dari meminum air tidak akan bertahan lama. Ia harus segera menemukan sesuatu sebelum perutnya lebih melilit.

Wei Wuxian berjalan kembali dengan hati-hati. Pasalnya jalan yang ia pijak sediikit licin dan berlumut. Ia sedikit heran, mengapa di dalam lubang seperti ini seakan ada kehidupan lain.

Jalan yang ia lalui seakan memang sering digunakan oleh seseorang. Mungkin benar dugaanya jika kawanan babi telah tinggal di sekitar goa ini.

Baru saja memikirkan babi tiba-tiba saja hewan itu muncul dari belakang Wei Wuxian. Lagi-lagi hampir menerjang Wei Wuxian, jika sajaa pemuda itu tidak segera menghindar.

Wei Wuxian menatap babi gemuk itu dengan geram. Ia mengikuti arah lari hewan gemuk itu. Hingga semakin jauh dari titik awal dia terjatuh. Babi itu menghilang ke arah semak-semak dengan bunga biru yang pertama kali Wei Wuxian lihat.

Entah jenis bunga apa itu, dia tumbuh dengan daun sekecil kancing baju dengan kelopak seindah mawar.

"Kemana hewan gemuk itu?"

Lan WangjiWhere stories live. Discover now