6. Pelukan yang Menenangkan

112 17 13
                                    

Seungheon meletakkan pulpen dan memijat kepalanya pelan. Masih ada bertumpuk kertas yang harus ia periksa. Laporan dari lapangan juga banyak yang terlambat. Dulu, ia sering dimarahi karena laporannya selalu terlambat. Habis mau bagaimana? Ya kalau ditempatkan di konservasi atau laboratorium alam. Kalau ditugaskan di pantai, tengah laut, atau tengah hutan, mana ada sinyal dan peralatan memadai untuk membuat laporan?

Seungheon tidak pernah berpikir akan jadi pihak yang memarahi sekarang. Dimarahi saja melelahkan apalagi memarahi orang.

Drrrttt.

"Hmm... Hana," Seungheon bersandar di kursinya, menatap langit-langit, masih sambil memijat kepalanya.

"Halo, Oppa. Sedang sibuk, ya?"

"Mmm. Sepertinya pulang larut. Ada yang bisa ku bantu?"

"Harusnya aku yang tanya begitu ke oppa."

Seungheon tersenyum kecil. Dulu ia sering merasa heran dengan orang yang suka senyum-senyum karena mendengar hal yang biasa-biasa saja dari pasangannya, padahal bukan digoda atau dirayu. Sekarang ia merasakan sendiri, kalimat biasa, yang tidak ada romantis-romantisnya sama sekali, mampu membuatnya tersenyum.

"Kalau begitu datang ke sini," jawab Seungheon.

"Permisi, Gwajangnim. Ini harus ditandatangani sekarang," sekretaris Seungheon masuk setelah mengetuk pintu.

"Hana, sudah dulu, ya. Jangan lupa kunci mobil."

"Oke."

Seungheon meletakkan ponselnya dan menghela napas sebelum mulai melirik kembali tumpukan dokumen di mejanya. Saat akhirnya bisa meregangkan badan, matahari sudah turun dan langit sudah merah muda.

Seungheon menghela napasnya lalu menoleh saat ada ketukan di pintu. "Masuk."

Lalu kepala seseorang menyembul dari balik pintu. Hana, dengan senyum lebarnya menyapa Seungheon lalu berjalan masuk ke ruang kerjanya. "Orang-orang sudah mulai pulang," dia menunjuk beberapa karyawan yang terlihat dari kaca transparan.

Seungheon berdiri menghampiri Hana, "Satu tumpukan itu lagi, lalu aku pulang."

"Kalau dikerjakan besok enggak keburu, ya?"

Seungheon mengangguk. "Kenapa ke sini? Susah ya, cari ruangannya?"

Hana menggeleng. "Kan tadi oppa yang suruh."

"Huh? Kapan?"

"Waktu telepon," Hana meletakkan lunchbox di meja Seungheon.

"Dimakan, ya. Kalau enggak suka, bawa pulang lagi."

Seungheon membuka lunchbox Hana. Ada kimbab dan ttokpokki. "Wah... Padahal tadi aku cuma bercanda."

"Oppa bercanda dengan sangat lemas aku jadi khawatir tidak menanggapi candaan oppa."

Seungheon tersenyum, "Terima kasih, Hana."

"Hmm. Aku pulang, ya. Tadi langsung masak jadi belum sempat siram tanaman."

Seungheon mengangguk dan Hana berjalan pergi. Seungheon menatap punggung Hana yang semakin menjauh.

"Hana!"

Hana yang sudah sampai di pintu menoleh dan berbalik, "Hmm?"

Seungheon berjalan menghampiri Hana, lalu berhenti di jarak yang sangat dekat. "Bisa peluk aku?"

Hana berkedip. Untuk sesaat, dia ingin diam lebih lama, ingin lihat reaksi seperti apa yang akan diberikan pria di depannya. Tapi Seungheon terus menunggu. Dan Hana sadar, pria ini sangat butuh untuk dipeluk, tapi tidak akan memeluk Hana duluan sebelum perempuan itu setuju.

Seungheon masih terus menatap Hana, menunggu jawabannya. Yang ia dapatkan adalah dua tangan yang melingkar di pinggangnya dan dagu yang beristirahat di pundaknya. Seungheon berkedip, sedikit terkejut.

Ia merasakan tangan Hana mengusap-usap punggungnya pelan. "Semangat, Oppa. Tidak usah buru-buru kerjanya. Kalau pusing berhenti sebentar, jangan dipaksa."

Pelan Seungheon membalas pelukan Hana, ia benamkan wajahnya di pundak Hana. Satu tangannya memeluk pinggang Hana, mengeratkan pelukan mereka, yang satu lagi melingkari punggung Hana. Ia menghela napasnya.

Tidak ada lagi yang bicara, yang ada hanya suara napas stagnan Hana dan Seungheon, usapan punggung, dan pelukan yang semakin hangat.

"Kalau aku minta kamu untuk menemaniku di sini, pasti berlebihan, ya?" ucap Seungheon sangat pelan, pun masih didengar Hana karena tepat di samping telinganya.

Hana tersenyum lalu melepaskan dagunya dari pundak Seungheon, menatap lelaki yang wajahnya sangat dekat dengannya. "Oppa mau aku temani?"

Seungheon menggeleng. "Hari ini kamu pulang cepat, pasti besok mau inspeksi dadakan."

Hana tertawa dan mengangguk.

"Sudah mendingan?" tanya Hana. Seungheon membalas dengan anggukan.

Seungheon mengantar Hana sampai lift. Ia lihat Hana tersenyum sampai pintu lift tertutup. Seungheon masih tersenyum menatap lift selama beberapa lama. Lalu ia menoleh ke sekeliling, kantor sudah sepi. Seungheon menghela napasnya sambil berjalan kembali ke kantor.

"Song Seungheon, mari selesaikan pekerjaan biar cepat pulang," dan mungkin saja, dapat pelukan lagi.



-|-|-|-|-|-



Bergerak dengan pelan, istirahat kalau lelah. Yang penting jangan terus diam. Semangat untuk yang sedang berusaha bergerak, juga yang sudah lama bergerak tapi belum sampai-sampai ke tujuan. Semua ada waktunya :)




https://write.as/kikiyay/ --> gudang fanfiction pendek aktor-aktor

Comfortable With You | Seungheon × HanaWhere stories live. Discover now