New chapter

3 2 0
                                        

Untuk kesekian kalinya aku harus bangun dari tidurku, rasanya tubuhku tidak memiliki tenaga sama sekali, sangat lelah, aku memegang kepala ku yang berdenyut nyeri, cukup sakit

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Untuk kesekian kalinya aku harus bangun dari tidurku, rasanya tubuhku tidak memiliki tenaga sama sekali, sangat lelah, aku memegang kepala ku yang berdenyut nyeri, cukup sakit.

Aku mengusap mataku yang sembab, semalam aku menangis, lagi. Untuk beberapa saat akhirnya aku bangun dari tidurku dan menghela nafas berat, menatap sekeliling kamar yang sedikit terang karena sinar matahari yang muncul dari sela-sela jendela yang tak tertutup tirai, sudah 5 tahun aku tidak melihat dirinya membuka tirai jendela sambil menunjukkan senyum hangatnya, aku merindukan ibu.

Aku menurunkan kakiku yang langsung bersentuhan secara langsung dengan dinginnya lantai, aku melihat kearah nakas dan melihat jam yang menunjukkan pukul 5 pagi, masih ada 1 jam untuk bersiap-siap kesekolah jadi tidak perlu buru-buru. Aku membuka laci paling atas dan mengambil remot pendingin ruangan dan menekan tombol on/off lalu mengembalikan remot ke tempatnya. Aku berjalan menuju kamar mandi yang ada dikamar ini.

15 menit telah berlalu, aku selesai membersihkan diri dan telah rapih dengan seragam khas anak SMA, putih abu-abu. Aku melihat pantulan diriku di cermin, wajahku terlihat lesu dan mataku juga bengkak, rambutku yang pendek dan juga tipis. Aku membenci diriku sendiri, sangat jelek untuk dipandang.

Aku menghela nafas berat lantas berjalan perlahan menuju ke meja belajar dan mengemas beberapa buku yang aku perlukan dan memasukannya kedalam ransel dan mengenakannya. Semoga saja hari ini tidak ada masalah yang menghampiri diriku, aku ingin kedamaian.

Pintu kamarku terbuka, memperlihatkan seorang gadis yang seumuran ku, "Ayo sarapan," Ajak gadis itu. Lintana Risa Samara, saudara kembarku sekaligus kakakku, kita hanya berbeda 15 menit saja tapi sepertinya itu membuat perbedaan diantara kita sangat terlihat.

"Iya." Aku berjalan menuju kearahnya, aku melihat dirinya, Risa tampil dengan wajah yang ceria dan berbanding terbalik dengan ku, rambutnya yang tergerai panjang itu terlihat sangat indah, aku melihat wajahnya lagi, ia tersenyum, lalu berjalan pergi mendahului diriku dan aku mengikutinya dari belakang.

Hubungan ku dengan dirinya tidak buruk, tapi kita hanya jarang berkomunikasi saja, lebih tepatnya aku yang tidak ingin berkomunikasi dengan dirinya, bukan karena alasan aku tidak menyukainya atau membencinya hanya saja aku tidak ingin melakukannya.

Kami berdua sedang menuruni tangga, aku bisa melihat ayah dan istri barunya sedang menikmati sarapan dengan suasana yang terlihat harmonis, yang aku pertanyakan adalah apakah mereka tidak merasa sedih? Lebih tepatnya apakah ayah tidak merasa kehilangan sedikit pun setelah kepergian ibu?

Aku menoleh dan melihat Risa, ia sedikit berlari menuju meja makan, bergabung dengan yang lain dan tak lupa senyum lebar yang tak pernah luntur sedikitpun. Sedangkan aku, tanpa menunjukkan ekspresi menyenangkan, aku dengan malas ikut bergabung dan mengambil duduk yang berada didepan Risa, jadi sebelah kanan dan kiri ku kosong, aku tidak suka terlalu dekat dengan mereka.

"Lisa, makanlah yang banyak, ayah tadi menyuruh bibi Wati untuk memasak makanan kesukaan mu dan juga setelah makan jangan lupa minum obat mu." Aku tidak menoleh kearahnya ataupun melirik ayah, aku tetap fokus kepada beberapa hidangan yang ada didepan ku, jujur suaranya sangat hangat ketika kudengarkan, aku tau kalau ia peduli pada kesehatanku tapi aku tidak bisa memungkiri tentang rasa benci yang aku punya untuk dirinya.

part of my memoryМесто, где живут истории. Откройте их для себя