Dia adalah potongan puzzle yang hilang, dia adalah bab selanjutnya dari cerita ini.
He's part of my memory.
Information :
Ini remake dari cerita my memory is dream.
Thanks yang udah mampir ^^
hope you enjoy this story >-<
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Author POV
Dari kejauhan tepatnya disalah satu dahan pohon, terdapat seorang siswa sedang duduk disana, ia sedang memperhatikan satu siswi yang sedang duduk sendirian, ia mengagumi dirinya, rambut pendeknya yang sesekali terhembus oleh angin, membuat kadar kecantikannya meningkat. Tapi rasanya lelaki itu seperti mengenal wajah siswi itu, wajahnya benar-benar sangat tak asing baginya.
"Oi Bim, ngapain lu?" "Gue mau cari mangga."
Siswa yang berada dibawah itu mengerutkan keningnya bingung, pasalnya, tidak ada pohon mangga di sekolah ini. "Lah, disini mana ada pohon mangga, bodoh." Siswa itu melihat ke atas dimana temannya itu berada, temannya ini memang sangat random, hingga terkadang ia sangat lelah menghadapi kerandomannya apa lagi kalo ada..
"Abima, Ilham, ayo ke kantin, aku luwe." (aku lapar). Nah kan baru aja mau dibicarakan, orangnya udah datang.
Abima Gibran Rahaprasta cowok yang ada diatas pohon, Ilham Alatas cowok yang sedang berdiri disamping pohon dan terakhir Leo Narasatya Braman cowok yang baru aja datang. Mereka adalah trio macan. Bukan, trio surganya sekolah dong, sebenernya menurut mereka itu, mereka gak tampan tapi kelewat ganteng pakai banget aja, kenapa mereka disebut trio surga? karena mereka itu melampaui sebuah tipe cewe, punya duit? ada dong tapi duit orang tua, pinter? jangan ditanya, ya ngga lah, pencicilan? nggak kok, mereka anak baik-baik, hanya (sangat) random aja.
Leo melihat Abima yang hanya diam diatas pohon, Leo jadi takut kalau-kalau temannya satu ini sedang kesurupan setan penunggu pohon. Tapi Leo masih waras sehingga ia sadar kalau Abima sedang memperhatikan sesuatu, ia pun mengikuti arah pandangan Abima dan dapat melihat seorang gadis berambut pendek sedang duduk sendiri dibangku taman sekolah.
"itu loh, si Abim lagi liatin cewek," ucap Leo saat tau apa yang sebenarnya Abima lakukan. "Tak kiro, penyuka sesama." (Aku kira, penyuka sesama/homo). Untung saja yang melayang cuma ranting pohon, kalo sampai sepohon-pohonnya apa ngga alamat si Ilham itu.
Abima tidak melepaskan pandangannya satu detik pun dari siswi itu, ia tetap menerka-nerka apakah siswi itu memang benar si dia atau hanya mirip saja, Abim bingung ia lelah, ia butuh makan. hingga ia harus menggerang kesal karena kepalanya yang terkena lempar batu dari seseorang.
"Anj*ng! Iki sopo seh." (ini siapasih), Abima melihat kearah bawah, mendapati Ilham yang mengangkat kedua bahu seakan dia tidak tau apa-apa sedangkan Leo sedikit terkejut karena ia sekarang sedang memegang batu.
"bukan gue, bangs*t, Ilham!!" Leo melempar asal batu yang ia genggam dan berlari sejauh mungkin dari pandangan Abima.
Ilham pelakunya tapi ia malah pura-pura tidak melakukannya dan memfitnah Leo dengan memberikan beberapa batu yang belum sempat ia lempar ke genggaman tangan milik Leo, alhasil ia tidak kena marah dari Abima dan malah sih Leo yang kena. Emang temen laknat.
Lisa POV
Aku melihat kearah jam tangan yang aku gunakan, tinggal sekitar 5 menit lagi istirahat pertama akan selesai, lebih baik aku cepat-cepat bergegas dari pada harus menerima marah dari beberapa anggota OSIS yang bertugas sebagai kedisiplinan.
Aku menutup buku yang aku baca tadi lalu berdiri dan berjalan menuju kedalam gedung sekolah, melewati koridor panjang yang dipenuhi oleh beberapa siswa-siswi yang berlalu-lalang kesana kemari, ah jangan sampai menabrak seseorang, itu akan menyebabkan sebuah masalah.
Dan yang lain-lain, aku merasa kurang percaya diri jadinya, apa seburuk itu ya aku? sampai-sampai disandingkan dengan Risa saja sudah kalah telak, rasanya aku jadi kasihan pada Risa karena harus memiliki seorang kembaran yang membawa aib untuk dirinya, tapi apa Risa merasa marah pada orang-orang itu? Atau... Dia hanya akan diam saja? Seperti biasanya?
Aku sudah sampai didepan ruangan yang digunakan sebagai kelas sementara, sebelum pembagian kelas, kalau tidak salah ingat, besok akan diumumkan diaula sekolah, aku tidak tau harus berharap dengan siapa aku harus sekelas, nyatanya aku memang tidak dekat dengan siapa-siapa dikelompok ini.
Aku membuka pintu dengan perlahan, masuk kedalam lalu menutup kembali pintunya, rasanya aku seperti jadi pusat perhatian sekarang, aku langsung saja duduk dibangku ku, yang letaknya berada paling depan, karena bagaimanapun aku tidak suka duduk dibelakang karena dibelakang tempat langganannya untuk mereka yang pemalas saja and the bad one.
"Kamu Lisa ya?" Karena sedang melamun, aku sedikit terkejut dan menoleh kearah sumber suara, ada satu siswi yang sedang duduk dibangku sebelahku, aku melihat ekspresi wajahnya, dia tersenyum manis sepertinya ia ramah.
"Kenalin, aku Siara, mama aku guru disini dan katanya aku sekelas sama kamu." Siara, dia cukup cantik, kulit tan, rambut hitam tergerai panjang itu sangat cocok dengan dirinya dan juga matanya yang bulat menambah kesan manis pada dirinya.
Aku bingung harus menjawab apa, tapi karena dia akan sekelas denganku nanti, aku rasa, aku harus mencoba akrab dengan dirinya. "Oh benarkah? baguslah kalau begitu." aku sangat tidak pandai merangkai kata-kata jadi, aku hanya mengucapkan seadanya saja, sepertinya ini akan sangat canggung.
"Gak perlu canggung, santai aja, oh iya mungkin kita bisa ngobrol bentar biar kita lebih akrab."
Ah dia cukup pengertian, kurasa ia tidak terlalu buruk, ya walau humornya sedikit.. receh, tapi menurutku ia lumayan asik juga, ya walau aku selalu menjawab dengan singkat, tapi dia sangat pintar mencairkan suasana disekitar kita.
"Oh iya, denger-denger ada rumor yang sedikit kurang enak tentang kamu, tapi aku harap kamu ngga ambil ke hati ya, rumor akan tetap rumor, nanti juga akan hilang gitu aja." Oh dia peduli padaku? Benarkah? Haruskah aku percaya pada perkataannya? Dia terlihat sangat baik, kurasa aku harus mempercayai dirinya dan menjadikannya sebagai seorang teman. "Iya, makasih ya."
"Emm Siara, wanna be friend?" Aku gugup, apakah ia akan menolak? kumohon jangan.
"eh? aku pikir kita udah temenan, ya udah, kalo kamu tanya gitu, let's be friend then." Dia memelukku, rasanya sedikit asing bagiku tapi aku bisa merasakan kehangatan sekarang, ia membuat hatiku hangat.
"Anak-anak ayo duduk ke tempat masing-masing." Itu suara guru yang baru saja masuk kekelas, Siara melepas pelukannya dan kembari ketempat duduknya semula. Aku masih tidak percaya kalau aku punya teman sekarang, rasanya melegakan.
•
Guru laki-laki tadi datang untuk menginformasikan tentang kegiatan esok hari, besok akan ada penampilan dari kakak tingkat yang mengikuti ekstrakurikuler dan juga akan ada beberapa kios makanan, minuman bahkan aksesoris dan akan digelar disepanjang sekolah, ya seperti festival tahunan, kurasa besok akan sedikit menyenangkan, kurasa, tapi aku sudah punya teman, jadi aku tidak akan sendirian lagi, jadi aku tidak perlu khawatir kan.
~🌺~
Maaf kalau bahasa Jawanya rada aneh dan ngga nyambung, soalnya aku ngga terlalu bisa, tapi tetep maksain buat pakai bahasa Jawa. T-T