Part 10 : Hukuman

3 0 0
                                    

Angin berhembus kencang, deruh ombak menyambut kehadiran kami. Yah, kami sekarang ada di pantai. Master Citra memang memberi hukuman sebab kekalahan pada waktu pertandingan kemarin, tapi ia tetap membawa kami ke pantai, sebagai hukumannya, kami disuruh membersihkan sampah di sekitar pantai.

Wah, kalau begini tetap aja seru, master Citra sungguh baik.

Sekarang kami ber-30 murid sudah berseru riang, berlarian ke arah pantai.

"Hati-hati, jangan terlalu menengah, nanti kalian diseret ombak." Master Citra memperingati.

Kami mengangguk.

Master Citra membiarkan kami bermain-main terlebih dahulu. Sebagian sudah main siram air, sebagian bermain pasir, sebagian menangkap kepiting-kepiting, sebagian mencari kerang. Sementara Bedul berakting layaknya pengendali air.

"Lihat ini." Ia berdiri di bibir pantai, lantas menggerakkan tubuh dan tangan layaknya mengendalikan air. Ketika ombak pasang ia mengangkat tangannya, ketika ombak surut ia berlagak mendorong air, layaknya Avatar.

"Bagaimana? Bagaimana? Hebat kan?" Bedul cengengesan.

Hani yang memperhatikannya menatap dengan wajah datar, "Dasar bocah." Katanya. Aku menggaruk kepala, padahal dia kan juga bocah.

Pengunjung di pantai cukup ramai, bersenang-senang, berfoto ria, makan-makan, bermain. Sesekali melintas kuda di hadapan aku yang sekarang duduk di pondok, memperhatikan pantai.

Indah sekali ciptaan Tuhan, panorama di hadapan kami sekarang benar-benar memanjakan mata, langit dan laut seolah menyatu dalam balutan warna biru.

20 menit kami bersenang-senang, Master Citra mulai berseru.

"Cukup main-mainnya anak-anak, sekarang berkumpul." Master Citra melambaikan tangan. Kami tanpa dipanggil dua kali sudah berlarian menuju ke arahnya. Berbaris.

"Bagaimana? Seru, tidak?" Tanya master Citra.

"Seru Master!!" Kami menjawab kompak.

"Eh, tapi kalian di sini bukan tujuan untuk bersenang-senang, ingat, kalian sudah kalah tanding kemarin." Master Citra nyengir. "Sebagai hukuman sebab kalian kalah, maka kalian master tugaskan untuk memungut sampah di sekitar pantai. Ini sekaligus materi pelajaran untuk kelas kita, nanti master jelaskan penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari sampah-sampah ini."

"Eh, boleh menggunakan sihir, Master?" Tanya salah satu murid.

"Tidak boleh. Kalian akan menarik perhatian pengunjung jika menggunakan sihir di sini."

Kami mengangguk, paham.

"Baiklah, mulai kerjakan tugas kalian. Ingat, belum boleh berhenti jika di sekitar pantai belum bersih. Paham?"

"Paham Master!!" Kami menjawab kompak.

"Baiklah, mulai kerjakan!!!"

Kami bubar barisan, mengambil plastik sampah yang kami bawa barusan. Mulai memunguti sampah.

Banyak sekali sampah berserakan di sini, sampah plastik,kaleng, botol bekas minuman, hingga juga ada popok bayi, menjijikkan.

Banyak dari pengunjung melihat ke arah kami, tampak takjub dengan aksi-aksi bersih kami.

"Kalian dari sekolah Teratai Hitam, ya?" Tanya ibu-ibu pengunjung.

"Iya buk, kami disuruh master untuk membersihkan pantai sebab hukuman kalah tanding kemarin." Aku menghentikan sejenak memunguti sampah, menjawab pertanyaan ibu-ibu itu.

"Memang kalian tanding apa?" Tanyanya lagi.

"Kami sekelas melawan master Citra buk, dan hasilnya kami kalah telak." Aku nyengir, menggaruk kepala.

Teratai HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang