3. Riki remaja

181 22 2
                                    

2038

Riki sekarang telah remaja, tepatnya umur 16 tahun. Riki sudah banyak berubah, bahkan sekarang Riki jauh lebih tinggi dari Davia.

"Riki, kamu bolos sekolah lagi?" Tanya Davia begitu Riki masuk rumah padahal ini masih jam sekolah. Ahh iya, Davia sekerang udah punya warung sendiri dan rumah ngontrak. Kehidupan Davia dab Riki jauh lebih baik dibandingkan dulu.

"Riki, jawab bunda, kamu bolos lagi?" Tanya Davia ke Riki. Bukannya jawab Davia, Riki malah langsung masuk kamar.

Davia menghela napas kasar, sekaranf Riki susah banget diatur. Sering ketauan bolos, tawuran, bahkan ngerokok. Sifat Riki persis banget kaya Satya — ayah Riki. Kadang kalau liat kelakuan Riki, Davia jadi keinget Satya.

Davia ngelayanin orang beli, tapi tiba tiba Riki keluar dan udah ganti baju jadi baju main.

"Mau kemana?" Tanya Davia ke Riki.

"Nongkrong sama temen," jawab Riki.

"Jangan pulang malem malem," ucap Davia. Riki emang sering pulang malem kalau udah nongkrong sama temen nya bahkan kadang sampai engga pulang.

"Riki, ini buat kamu jajan," ucap Davia ke Riki sambil memberikan uang 50ribu ke Riki yang udah pake helm dan siap pergi. Davia sendiri engga tau Riki bisa beli motor dari mana, soalnya Davia aja ga pernah beliin Riki motor karena ga ada uang, tapi tiba tiba Riki bisa beli motor sendiri.

"Ga usah," jawab Riki singkat kemudian Riki langsung tancap gas meninggalkan Davia. Riki juga udah jarang banget manggil Davia dengan sebutan bunda.

Begitu Riki pergi, Davia masuk lagi ke warung buat ngelayanin orang beli. Warung Davia cukup ramai, jadi penghasilan Davia sekarang juga sudah lumayan.

Malamnya, Riki tidak pulang ke rumah, dan ga izin juga sama Davia. Davia sampai khawatir banget, Riki ga bisa dihubungin. Padahal, biasanya walaupun pulang malem Riki pasti ngasih tau Davia.

Davia mondar mandir di ruang tamu, nungguin Riki pulang. Davia mau keluar cari Riki, tapi Davia ga punya kendaraan.

Tiba tiba HP davia berbunyi, ada telepon dari nomor ga di kenal.

"Halo tante, ini Riki mabok," ucap seseorang di seberang telepon.

"Bisa tolong antarkan Riki ke rumah?" Pinta Davia. Davia ingin menjemput Riki, tapi Davia tidak punya motor maupun mobil.

"Bisa tante, tunggu sebentar ya," ucap orang tersebut. Davia cukup lega begitu tau kabar Riki, setidaknya Riki engga kenapa napa dan cuma mabuk.

Ga lama kemudian, ada mobil berhenti di depan rumah kontrakan Davia. Riki keluar dari mobil di bopong temannya, Riki mabok parah.

"Makasih ya nak," ucap Davia ke teman Riki. Kemudian Davia menuntun Riki untung masuk ke dalam rumah, Riki bau alkohol banget.

"Riki, kok mabok sih? Kan bunda udah pernah bilang, jangan sampai mabuk," ucap Davia khawatir.

"Berisik anjing," umpat Riki mendorong Davia sampai terjatuh. Davia kaget, ini pertama kalinya Riki mengumpat didepan Davia. Walaupun selama ini memang Riki kasar sama Davia tapi Riki ga pernah ngumpat di depan Davia.

"Lu bukan bunda gue, ga usah peduliin gue," ucap Riki lagi.

"Riki, kamu anak bunda," ucap Davia. Davia terkaget, apa yang membuat Riki sampe bilang kalau Davia bukan bundanya.

Riki langsung menbanting pintu kamarnya dan meninggalkan Davia yang masih termanggu didepan pintu kamar Riki.

-------

Sudah seminggu sejak kejadian Riki mabuk dan bilang kalau Davia bukan bundanya. Sejak kejadian itu, Riki makin jarang pulang kerumah dan jadi sering mengumpat di depan Davia.

"Riki, bunda udah masak, di makan ya," ucap Davia ke Riki yang barusaja pulang setelah 4 hari tidak pulang.

"Gue ga laper," ucap Riki.

"Bunda bungkus mau? Buat kamu makan malem nanti," ucap Davia.

"Ga," jawab Riki singkat. Riki pulang ke rumah cuma buat ambil baju, kemudian langsung pergi lagi.

Davia udah ga tau lagi harus gimana supaya Riki mau pulang, bahkan Davia juga ga tau Riki kenapa. Davia nanggis, Davia cape. Davia ga nyangka, anak yang dia lahirin bakal kaya gini.

Riki ga peduli Davia mau nanggis atau gimana, Riki tetep ninggalin Davia sendirian.

Lagi lagi Riki pergi ke bar sama teman temannya. Tiap malem Riki bakal ke bar buat minum minum atau engga main cewe.

"Gue kira lu pulang rik," ucap Ruto — salah satu teman Riki.

"Ga, sumpek gue di rumah," ucap Riki. Semua teman teman Riki ini masih sekolah semua tapi mereka remaja salah pergaulan jadilah begini, mabok mabokan.

"Bunda lu cantik rik, masih muda ya?" Tanya Ruto, kemarin waktu Riki sakit, Ruto yang nganterin Riki pulang dan Ruto sempet ketemu sama Davia.

"Iya," jawab Riki singkat sambil menyalakan rokoknya.

"Wih, gue embat boleh dong?" Ucap Ruto.

"Jangan bangsat," umpat Riki. Riki tau Ruto cuma bercanda kok. Riki memesan beberapa minuman alkohol dan riki meminumnya.

Lagi lagi Riki mabuk, tapi kali ini tidak ada yang nganterin Riki. Riki ngendarain motornya sambil mabuk. Karena mabuk parah, Riki pusing, motor yang dikendarain Riki juga oleng tidak jelas. Tiba tiba saja, Riki tak sengaja menabrak pembatas jalan, dan Riki terjatuh ke dalam sungai. Sungai yang cukup dalam.

Gelap, dingin, sunyi, sepi itu semua yang Riki rasakan saat badannya menyentuh dinginya air sungai di malam hari. Mata Riki terpejam, Riki merasa seluruh tubuhnya kaku dan tak bisa di gerakan. Riki pasrah apapun yang akan terjadi kepadanya, Riki serahkan pada Tuhan.

Jangan lupa vote dan komennya

Unexpected • Ni-ki Where stories live. Discover now