02. Suara

33 2 1
                                    

____

Alesha Roseanne Gardapati

Alesha atau akrab dipanggil Al terus memegangi pipi kanannya, dia merasa ada yang aneh dengan dirinya akhir-akhir ini. Dia merasa ada yang memanggilnya namun, tidak tahu siapa yang memanggilnya. 

Saat ini Alesha sedang berada di perjalanan menuju ke rumahnya, kebetulan juga jalan ke rumah si kembar berbeda. jadi, dia memutuskan untuk pulang sendiri. Hari semakin larut, tapi perasaan Alesha, dia tidak juga sampai ke rumahnya. 

Alesha Roseanne Gardapati

lagi dan lagi, dia mendengar seperti ada orang yang memanggilnya. Alesha juga bukan tipe orang yang parnoan atau penakut. Entah suatu kebetulan atau tidak tapi, suasana di sore ini sangat sepi. Biasanya masih ada beberapa anak-anak yang bermain di taman. 

Alesha mempercepat langkahnya agar cepat sampai ke rumah. Namun, perasaan tidak enak itu terus saja menyelimutinya. Sialnya, Alesha tersandung tali sepatunya sendiri yang ternyata lupa Ia ikat. Lututnya berdarah, sekarang dia harus berhati-hati.

ALESHA

Alesha tersentak, suara itu terdengar lagi. Alesha menatap sekitarnya, tidak ada apa-apa. lantas siapa yang memanggilnya dengan keras tadi. Karena merasa terancam, Alesha bangkit dan melanjutkan perjalanannya. 

"Eh, ini siapa sih yang iseng ngelemparin batu?" Alesha mengedarkan pandangannya, di balik pohon Ia melihat jelas bayangan hitam. Alesha sangat terkejut sampai-sampai dia tidak dapat memnggerakkan seluruh badannya. Dalam batinnya Ia terus memanjatkan doa agar bayangan hitam tadi segera menghilang. 

Jantungnya sudah tidak dapat dikendalikan, matanya terus menatap bayangan hitam itu yang semakin lama semakin mendekat ke arahnya.  

"Anak Cewek gabaik sore-sore gini bengong di tengah jalan." 

____

Sore itu di lapangan basket komplek perumahan Altura, beberapa anak sedang bermain basket.

Alesha, satu-satunya anak perempuan yang ada waktu itu. Dia sedang menemani kakaknya yang  memang rutin berlatih basket. Al terus memerhatikan pergerakan kakaknya. Terlihat sangat mahir untuk usia yang masih muda. Sepertinya Al akan tertarik dengan olah raga yang satu ini.

"Adek cantik, lagi nungguin siapa?" Al menoleh, ternyata itu adalah kakaknya. Abryan Ishara Gardapati, biasanya sih pada manggil Ian. Kakaknya yang satu ini memang senang menggodanya. Bahkan, Papa dan Omanya sampai angkat tangan dengannya. 

"Kak, adek mau dong diajarin main basketnya."  Ian tertawa mengejek adiknya. "Ish, kak Ian mah gitu sama adek. Nanti adek aduin ke Papa!"

"Eh, jangan dong. Nanti kak Ian ajarin, tapi ada syaratnya." Al merotasi bola matanya dengan malas. Selalu saja begini, katanya dalam hati. Dengan penuh kesiapan akhirnya Al menerima syarat dari kakaknya itu. "Oke, tapi, jangan aneh-aneh!" 

____

"Kamu sudah siap belum?" Aleshamengangguk dan berjalan mengikuti Papanya. Sesuai janji Papanya seminggu yang lalu, Malam ini mereka akan pergi ke pemakaman. Tepat 6 tahun yang lalu, Kakaknya, Abryan Ishara Gardapati menghembuskan nafas terakhirnya. 

Alesha sangat terpukul atas kematian kakaknya. Bahkan sampai sekarang dia masih kehilangan akan sosok kakak yang selalu menghiburnya. Baik Alesha dan Papanya tidak pernah menyangka bahwa di hari itulah mereka terakhir kali berinteraksi dengan Ian. 

Alesha terus menyeka air matanya, lagi pula dia tidak ingin membuat Papanya khawatir. Alesha terus saja menatap kaca jendela yang hanya menampilkan lampu jalan. 

Alesha Roseanne Gardapati

Alesha tersentak, suara itu muncul kembali. Kali ini dia mengedarkan pandangannya lebih lama. Dia sangat penasaran, suara apakah itu dan berasal dari mana? Itu sangat mengganggunya. Papanya yang menyadari tingkah aneh putrinya itu menepikan mobilnya. 

"Ada yang salah, Al?" Tanya Papanya dengan khawatir. Al hanya menggeleng sebagai jawabannya. Merasa aman, Papanya kembali melajukan mobilnya. hanya butuh 10 menit untuk sampai di pemakaman jikalau tidak macet. 

Alesha menepuk-tepuk wajahnnya pelan, dia tidak sengaja melihat bayangan hitam yang sama seperti kemarin. Suasananya memang sepi dan minim penerangan jadi semisal ada orang yang tidak tahu pasti akan mengira mereka melakukan ritual. 

Pelukan hangat Papanya membuyarkan kekosongan pikiran Alesha. Dia tersenyum seperti menguatkan dirinya sendiri. Untuk mempersingkat waktu, Alesha dan Papanya segera menuju makam Ian. 

Dengan takut-takut, kembali, Alesha mengedarkan pandangannya. Hanya ada pohon, lampu penerangan, dan juga nisan yang berwarna putih. Alesha mencoba untuk menetralkan pikirannya, namun sosok bayangan hitam dan juga suara yang memanggil namanya masih saja menghatui pikirannya. 

ALESHA ROSEANNE GARDAPATI

LO GAPANTAS BUAT HIDUP

ALESHA ROSEANNE GARDAPATI

Mendengar itu, Alesha hanya bisa berdoa dan merapatkan pelukannya.

Don't Know

____

Hola, gimana kabar kalian? Semoga baik-baik aja ya. Oiya, ini hanya fiksi ya. Btw, aku rubah untuk nama castnya tapi, aku mau buat visualisasinya sama idol kpop. So, jangan dikaitkan dengan kehidupan dari masing-masing member ya. Untuk alur cerita 85% masih sama.

Ditunggu vote and comment kaka, hehe. Thank you~

Don't KnowWhere stories live. Discover now