NC 2

5.3K 263 2
                                    

Sentuhan terakhir pada bibirku dengan lipgloss soft pink favoritku menyudahi sesi merias diri pagi ini. Aku harus mensugestikan diri kalau semuanya akan tetap berjalan lancar seperti biasanya, tidak peduli dengan keberadaan si kutu kupret Daffa dikantor selama seminggu terakhir ini.

Fighting^^

"Bunda, Nayla berangkat yah." Kataku saat menghampiri beliau di ruang makan untuk pamit.

"Loh, ngga sarapan dulu sayang?" Wajah Bunda terlihat khawatir, aku memang punya penyakit Maag yang bisa kambuh kapan saja kalau aku telat makan.

"Nanti di kantin kantor ajah, Bun. Sekalian mau bahas kerjaan sama temen."

"Kamu tuh kebiasaan dehh, ngga inget sama tuh lambung. Kerja sih kerja, tapi jangan lupa makan." Protes Kak Luna yang sedang menikmati nasi goreng buatan kakak iparku.

Aku mencibir ke arahnya "Bawel." Bang Yoga yang baru tiba langsung menjawil hidungku "Yang sopan sama kakakmu, Nay!" Katanya yang hanya kubalas dengan cengiran.

"Ya sudah kalau ngga bisa sarapan dirumah, tapi diminun dulu dong susunya Nay, biar perut kamu ada isinya. Bahaya loh nyetir dengan perut kosong."

Mba Dira memang yang terbaik, Kakakku yang cantik inilah yang selalu membuatkan susu untukku, sangat berbeda jauh dengan Kak Luna yang malasnya ngga ketulungan, boro-boro bikinin aku susu, urusan beresin kamar aja sampe minta bantuan Bi Darsih. Sama sih kaya aku, hahaha.

Bang Yoga bener-bener beruntung memiliki isteri seperti Mba Dira.

"Tante Nay, katanya mau ngajak aku sama Bang Arga, Bang Dirga ke Dufan. Kapan?" Celoteh si kecil Naura, keponakan kecilku yang kini sudah masuk Play Group.

"Hmm... kapan yah. Nanti Tante Nay pilih waktunya dehh, sekarang tante lagi banyak kerjaan. Oke sayang!" Ucapku sambil menyodorkan telapak tanganku untuk melakukan toss dengannya.

"Okeeeee....." sahutnya riang, diikuti anggukan oleh kedua kakak laki-lakinya.

Segera kusambar gelas berisi susu putih di meja makan, meminumnya hingga tandas. Lalu tanpa membuang waktu aku mengecup pipi seluruh anggota keluargaku kemudian berlalu menuju garasi menghampiri Honda Jazz merah milikku.

Sepertinya hari ini jalan raya bersahabat denganku, tak ada kemacetan berarti hingga tak sampai setengah jam aku sudah tiba di kantor. Suasana masih sepi karena jam 8.30 aktivitas kantor baru akan dimulai, kulihat meja Dian masih kosong dan hanya satu orang saja yang sudah nangkring dengan antengnya di divisi kami. Dan kenapa harus dia sih?? Awal yang buruk.

"Pagi..." sapaku yang hanya dijawabnya dengan anggukan kepala, sekesal apapun aku padanya. Dia tetaplah timku dan suka tidak suka dialah yang nantinya akan menunjang pekerjaanku. Memvisualisasikan apa yang sudah kurancang.

"Makan siang nanti, kita akan survei lokasi. Pak Dani sudah menginteruksikan padaku kemarin sore."

Aku hanya mengangguk pasrah, memangnya aku bisa apa. Dialah yang pegang kendali setelah rancanganku kemarin disetujui oleh pihak klien.

Tapi aku masih kepikiran deh, ini yang duduk disampingku beneran si Kutu kupret Daffa kan yah? Kok dia serius banget sih kerjanya, padahal jam kantor kan belum dimulai. Yang aku tahu dia itu tipe orang yang akan melakukan sesuatu jika memang sudah tiba waktunya, dia tidak akan dengan sukarela membuka buku pelajaran selama bel masuk belum berbunyi. Makanya aku heran kenapa dia bisa menjadi rivalku dulu. Belajar jarang tapi prestasi menjulang, aku saja  yang tekun belajar siang malam tidak pernah meraih posisi pertama. Malangnya nasibku.

"Heii.. cewek kuda. Ngapain baca buku, biar kamu baca buku itu habis setiap harinya. Kamu tidak akan bisa merebut rangking satu dari tanganku. Denger ngga."  Selorohnya yang langsung disertai tawa anak-anak sekelas kami.

Nayla CanggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang