-twenty four

999 99 6
                                    


.
.
.
.
.

"Jadi... Ada urusan apa kau kemari lee?"

"Berhenti menyukaiku!" Renjun menatap jeno terkejut. Apa maksud dari perkataan teman segrupnya itu. Siapa yang menyukai siapa? Dia? Menyukai jeno? Heii apa pemuda sipit itu sedang mabuk?

"H-hah? Siapa yang kau maksud?" Jeno memutar matanya bosan. Si pendek itu mencoba mengelak pikirnya.

"Kau. Kau yang aku maksud." Ujarnya ketus. Renjun membulatkan matanya.

"Aku tidak menyukaimu sialan!"

"Kau berbohong renjun!!! Jika kau tidak menyukaiku mengapa kau mencoba merusak acaraku saat aku ingin menyatakan cinta pada Nana hah? Jika kau tidak menyukaiku mengapa kau mencoba menjauhi nana dariku sialan! Kau jangan berbohong la——"

"AKU MENYUKAI NA JAEMIN BAJINGAN!" Teriakan renjun memotong ucapan jeno. Membuat pemuda sipit itu terdiam dengan raut wajah terkejut.

"K-kau jangan berbohong renjun! T-tidak mungkin kau menyukai nana. Nana seorang submisif sama sepertimu." Jeno berujar tidak percaya. Membuat renjun mendecih,

"Cih. Atas dasar apa kau mengira aku seorang submisif? Dan atas dasar apa kau menentukan posisi seseorang. Entah dominan, ataupun submisif, cinta itu tidak memandang apapun. Submisif dan dominan hanyalah posisi yang di Ciptakan oleh manusia itu sendiri. Jika kau memang jatuh cinta pada seseorang kau tidak akan mempermasalahkan apapun. Gender, posisi, kasta, dan bahkan fisiknya." Jeno terdiam. Ucapan renjun menampar nya. Jeno menatap renjun dalam. Mencoba mencari kebohongan dari kedua mata tajam renjun. Tidak ada. Tidak ada sedikitpun kebohongan disana. Pemuda mungil itu benar-benar jatuh cinta pada kekasihnya, pada jaemin-nya, bukan kepadanya.

Mengetahui fakta bahwa renjun jatuh cinta pada jaemin membuat jeno ketakutan. Renjun Sempurna, dia tampan, dia dewasa, dia seseorang yang penyabar dan lemah lembut. Pengendalian emosinya juga sangat bagus. Berbeda jauh dengan dirinya yang mudah emosian, egois, kekanak-kanakan. Dia jika di bandingkan dengan renjun jelas kalah. Jeno takut jika jaemin mengetahui fakta ini, dia akan beralih jatuh cinta pada renjun. Dilihat dari kedekatan keduanya.

"Kau tenang saja. Aku tidak akan merebut nana-mu. Cukup sekali aku melakukan hal bodoh." Seperti mengerti apa yang dipikirkan oleh teman segrupnya itu, renjun berujar menenangkan jeno. Membuat pemuda sipit itu dapat bernapas lega sedikit, iya hanya sedikit. Karena bagaimanapun juga tidak ada yang tau hati seseorang.

"Kau hanya perlu percaya padaku jen! Aku tidak akan melakukan hal seperti itu. Walaupun aku sangat mencintai jaemin, aku tidak akan merebutnya darimu. Karena aku tahu bahwa jaemin hanya akan bahagia ketika bersamamu. Aku tidak ingin egois." See? Sudah dikatakan jika renjun sangat dewasa. Pemikirannya selalu selangkah lebih maju dibanding dirinya. Ughh jeno merasa insecure sekarang.

"Kau... Benar-benar tidak akan merebut jaemin dariku kan huang?" Tanya jeno memastikan. Renjun mendengus.

"Iya lee. Aku tidak sejahat itu." Jawab pemuda mungil itu. Jeno menganggukkan kepalanya.

"Aku pegang ucapanmu huang. Jika kau sampai merebut jaemin dariku berarti kau sudah melanggar ucapanmu sendiri." Ancam jeno. Mendengar ucapan jeno membuat renjun terkekeh.

"Aku tidak akan merebut jaemin jika dia bahagia bersamamu lee. Tapi jika dia tidak bahagia. Percayalah bahwa aku akan menjadi orang pertama yang membawanya menjauh darimu." Renjun berujar dingin. Tatapan matanya tidak berhenti menatap tajam lawan bicaranya. Mencoba mengintimidasi jeno.

"Hemm. Aku akan pastikan jaemin bahagia. Sehingga kau tidak akan memiliki celah apapun." Jeno menyeringai setelah mengatakan itu. Berbalik, dan keluar dari kamar renjun tanpa sepatah kata lagi.

'brakk'

"Mari kita lihat lee..."

********

"JENO-YAAAAAAAAAAA"

"Ya tuhan. Jaemin jangan berteriak seperti itu! Kau mengejutkanku na." Gerutu jeno yang baru saja memasuki kamarnya dengan jaemin. Jaemin mencibir,

"Kau saja yang seperti orang tua, mudah terkejut." Cibirnya. Jeno menghela napas berat. Kekasihnya itu sedikit menyebalkan semenjak kemarin.

"Jadi kenapa? Kenapa berteriak seperti tadi?" Tanya jeno sembari mendudukkan bokongnya di kasur, tepat di samping jaemin.

Jaemin merengut ketika mendengar pertanyaan jeno. Dirinya ingat apa yang akan ditanyakan pada sang kekasih. Menyebabkan rasa kesalnya timbul.

"Untuk apa kau ke kamar renjun-ie? Kau tidak berniat untuk selingkuh dariku kan? Oh ayolah jeno. Bahkan belum ada setengah tahun kita berpacaran. Masa kau sudah ingin berselingkuh saja. Kau tidak bla bla bla bla....." Jaemin terus saja berceloteh. Membuat jeno memilih diam dan membiarkan kekasih manisnya itu puas mengoceh. Jeno tidak ingin memotong Omelan si manis.

Sedangkan jaemin yang sadar tidak ada balasan ataupun reaksi dari jeno pun mendengus kesal. Hei apa Jeno sudah tidak mencintainya lagi?

Dia ingin menangis saja rasanya. Hiks eomma jaemin tidak ingin diselingkuhi, batin si manis miris. Tidak lama kemudian air matanya pun turun tanpa di komando.

"Ka-hiks ka kau jahat jeno-ya. HUWEEEEE EOMMAAAAAA JENO JAHAT PADAKUU..." Jeno terkejut ketika mendengar tangisan sang kekasih. Hei ada apa ini? Kenapa jaemin-nya menangis? Apa yang harus jeno lakukan ya tuhan.

"Na heii kenapa kau menangis sayang?" Tanya jeno lembut. Dia mencoba mendekati jaemin. Memegang wajah si manis, dan mengarahkan wajah jaemin agar menghadap ke arahnya.

"Dengarkan aku ya manis. Aku sangat mencintaimu. Masa remaja ku dulu hanya seputar tentangmu. Aku sudah lebih dari 5 tahun mencintaimu diam-diam. Dan untuk mendapatkanmu itu aku bahkan membutuhkan waktu yang sangat lama. Kau berharga untukku na. Bagiku kau adalah separuh dari jiwaku. Bagaimana mungkin aku menduakan dirimu hmm? Tidak ada seorangpun yang pantas untukku selain dirimu sayang. Jadi hentikan pikiran negatif-mu itu. Aku hanya mencintaimu, mencintai lee jaemin." Ujar jeno lembut. Matanya tidak berhenti menatap dalam sepasang mata indah di hadapannya. Tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi si manis. Membuat si manis merona.

"J-jen..." Cicit jaemin ketika sang dominan semakin memajukan wajahnya.

'cupp'

Ciuman jeno begitu lembut. Lumatan-lumatan kecil dia berikan. Menarik Tengkuk jaemin untuk memperdalam ciuman mereka. Tangan yang satunya pun tidak dia biarkan diam, dia memberikan usapan lembut di pinggang si manis. Berusaha membuat si manis lebih rileks.

Lidahnya menjilat bibir jaemin, meminta izin untuk menyapa lidah si manis di dalam. Jaemin yang mengerti kode dari jeno pun membuka mulutnya. Membiarkan jeno menginvasi ke dalam mulutnya. Mengajak lidahnya berdansa dengan sensual. Saling mendorong, membelit, dan menjilat bibir satu sama lain. Membiarkan saliva keduanya bercampur.

"Eunghhh jenhhh—" jaemin melenguh ketika jeno mendorong badannya pelan. Membuat tubuhnya yang lebih ramping dari jeno terlentang di kasur, dengan jeno yang menindihnya.

Kehabisan napas, jaemin mencoba mendorong jeno menjauh. Mengerti akan keadaan sang submisif membuat jeno melepaskan bibir keduanya. Jeno tersenyum menatap jaemin yang terengah-engah.

Tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi bulat sang kekasih. Menikmati keindahan wajah cantik jaemin yang memerah.

"Kau sangat seksi na. Membuat sesuatu di dalam diriku memberontak." Bisik jeno sensual di telinga si manis. Jaemin semakin merona malu. Kekasihnya ini sangat mudah terangsang batinnya.

Jaemin merasa jika Jeno terlalu dekat. Jadi dia berusaha bergerak untuk memundurkan sedikit tubuhnya. Namun itu menjadi kesalahan terbesarnya saat ini. Karena saat dia bergerak, lututnya tidak sengaja menggesek selangkangan jeno yang mengeras.

"Eunghhhh.... Na kau benar-benar membangunkan singa yang sedang kelaparan hmm?" Geram jeno.






.
.
.
.
.

TBC

BLUE SKY [NOMIN || JENJAEM] Where stories live. Discover now