#22 MAKAN BANG

Start bij het begin
                                    

Dahlia mengangguk setuju. Nah gitu dong, kali-kali nurut kek jadi manusia. Aku mengambil nasi yang lebih terlihat seperti bubur tanggung. Disebut nasi tapi lembek, disembut bubur masih bertekstur. Biasanya kalau di rumah nasi begitu karena kebanyakan air pas dimasak.

Dengan penuh kasih sayang aku menyuapi Dahlia dengan perlahan, kini giliran ku yang menyuapi dia yang sakit. Cepet sembuh dong, Dah. Kamu udah sakit batin harus juga sakit badan. Cuman menyakiti diri sendiri karena orang yang nggak peduli sama kamu sendiri.

"Malah ngelamun, lagi!" tegur Dahlia. Bisa-bisanya malah ngelamun di momen sepenting ini.

"Eh maaf-maaf." Aku kembali menyuapi Dahlia dengan penuh hati-hati.

"Mikirin apa sih?" tanya dia.

"Nggak ada sih."

"Masa? Itu tadi ngelamun."

"Masa sih? Biasa aja padahal."

"Eh, Nu. Lu belum cerita deh kenapa lu bisa jadi ojol, terus ketemu gue."

Tiba-tiba Dahlia bertanya dengan wajah penasaran. Sekian lama kami berteman, baru kali ini ditanya, sungguh terharu.

"Tumben nanya," jawab ku sok jual mahal.

"Oh jadi nggak boleh? Ya udah, nggak usah dijawab," ketusnya.

Lagi sakit juga masih sempat-sempatnya nge gas ya, Bund. Aku kira kalau lagi sakit mah diem aja gitu nggak marah-marah. Emang aneh banget ini bocah.

"Idih, ngambekan terus. Aaa buka mulutnya." Aku kembali menyuapkan makanan ke mulutnya, yang bikin gemas adalah ekpresi dia mengunyah seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan permen.

"Kenapa senyum?" semprotnya.

"Mukanya lucu," jawab ku sambil tersenyum.

"Ih ... lu suka ya sama gue?" tanya dia penuh selidik.

Masih sakit juga ekpresinya tetep aja ngeselin, mana pertanyaanya bikin deg-degan lagi. Mau jawab iya nanti dia ilfil, mau jawab nggak nanti juga diledekin. Emang susah berhadapan cewek kayak dia mah, perlu jam terbang yang banyak.

"Emmm gimana ya, tunggu nanti sore."

"Idih sok ganteng lu."

"Emang ganteng, dari pada kamu."

"Apa?"

"Cantik."

"Emmm kan, kan. Lu suka sama gue fix," celanya cengengesan.

"Untung masih sakit, kalau lagi sehat aku racun juga."

"Racun apa?"

"Racun cinta."

"Idih ... mau dong bang, diracun cinta." Lagi-lagi dia membuat ku gelagapan, ini dada udah mulai sesak karena bahagia. Ternyata Dahlia bisa juga seasik ini, dibercandain nyambung. Astaga! Kalau Dahlia bukan jodoh ku, nggak apa-apa kembaran dia juga mau.

"Kan senyum-senyum mulu," celanya.

"Udah ah capek ketawa liat kelakuan kamu lagi sakit."

"Kenapa? Gemes ya? Uluuuu."

Stop Dahlia stop! Aku mau meninggal ini liat muka kamu yang imut banget! Ishh pengen aku emut itu pipi.

"Plis lah, jangan sampe bikin akubsuka beneran sama kamu," jawab ku. Dahlia tiba-tiba langsung terdiam, aku jadi merasa bersalah akibat itu.

"Kok diem? Sorry kalau salah ngomong."

'Breeeeeet' suara kentut yang menyerupai suara terompet akhir tahun yang gagal diproduksi terdengar ke permukaan. Lagi makan bisa-bisanya malah kentut.

"Perasan jauh sama alfa deh, kenapa peluit kang parkir kedengeran sampai sini."

"Aku kentut hehe," jawabnya dengan senyum penuh keimutan.

"Iya tahu."

Tanpa harus mengaku juga aku tahu itu sura kentut, tapi dengan muka polosnya dia mengakui kalau suara tadi timbul dari kentutnya. Nggak apa-apa, kentut kamu mah aku isep! Aroma kentut tak seburuk asap rokok ini.

"Gue ke air dulu."

"Dih, lagi makan juga."

"Ya kalau mules gimana?"

"Ya ke air sih."

"Ya udah."

"Ya biasa aja."

"Iya!"

"Oke."

Melihat Dahlia berusaha turun dari kasur membuat ku ngilu, infusan di tangannya jika terlalu banyak gerak bisa berdarah. Aku berinisiatif membantu dia turun.

"Aku anter sampai depan toilet ya?"

Dahlia hanya mengangguk setuju. Aku menuntun dia ke jalan yang benar—nggak juga sih, cuman menuntun dia sampai depan toilet.

"Aku ikut apa gimana?"

"Oh mau dipukul pake infusan apa ditampar sampe ungu?" tawar Dahlia.

"Mohon maaf tidak tertarik," jawab ku.

"Ya udah jangan aneh-aneh!"

"Baik, mbak."

Dahlia masuk ke dalam toilet dan aku menunggunya di balik pintu dengan setia. Namun setelah itu langsung menyesal, mendengar suara terompet semakin keras dan bau sesajen yang semakin menyengat. Dari sana aku belajar, cewek secantik apapun kalau lagi di air tetep aja bau!

"Rame amat suara terompet di dalem. Ada yang lagi ulang tahun?" teriak ku.

"Berisik! Pergi sana!"

~NANTI DILANJUT!~

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA

SILAHKAN TINGGALKAN VOTE DAN KOMENTAR JIKA BERKENAN

ANJAAAY FORMAL BANGET WKWKWK 

TIDAK ADA QUOTE UNTUK HIDUP, JIKA KALIMAT JANJI HANYA DIDUSTAI

~MAAUL~

Belum Ada Judul (New Version)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu