sebenarnya renjun sangat tidak suka dengan dendam terlebih lagi kepada wanita, hanya saja renjun penasaran dengan motif wanita yang mendorongnya.

setelah mandi, renjun menyusul jaemin ke dapur, bau masakan jaemin dapat ia rasakan saat berjalan menuju dapur.

renjun melihat jaemin yang masih memasak tapi ia juga dapat melihat makanan di meja makan, mungkin jaemin memasak banyak makanan.

renjun memeluk tubuh jaemin, kepalanya bersadar pada punggung jaemin.

"ada apa sayang?" tanya jaemin

"tidak ada, apa masih lama memasaknya?"

"sebentar lagi, ini masakan yang terakhir"

"kenapa memasak banyak makanan"

"hanya ingin, lebih baik kamu duduk, aku takut kamu terkena minyak panas"

"baiklah, segera selesaikan masakanmu"

"tentu"

renjun melepaskan pelukannya lalu berjalan menuju meja makan, renjun duduk sembari menatap jaemin yang masih menyelesaikan masakanya.

renjun terpesona dengan jaemin, ketampanan seorang jaemin kini berlipat ganda, rambut berwarna hitam, baju putih polos, dan celana training yang selalu jaemin kenakan saat dirumah.

"tampan" ujar renjun tanpa sadar dapat jaemin dengar

"aku tau, aku tampan sayang, jangan terus menatapku seperti itu" ucap jaemin menatap renjun

renjun yang mendengar jaemin menjadi malu lalu menundukan kepalanya, pipinya pasti sudah merona.

sedangkan jaemin, ia tersenyum lalu menghampiri renjun dengan piring berisi masakan yang ia buat.

"hei... jangan menunduk, aku jadi tidak bisa melihat wajah yang membuatku terpesona"

renjun masih menunduk, ia sangat malu, pipinya sangat panas rasanya.

"sayang... jangan menunduk"

renjun mendongak, menatap jaemin yang kini tersenyum, renjun tidak tau ia harus bagaimana dengan senyuman jaemin yang selalu membuatnya terpesona.

"pipi mu sangat merah, apa karena ucapan ku tadi?"

"t-ti...tidak, a-a-aku ha-hanya" renjun tidak tau harus mengatakan apa, ia gugup sekarang.

"hahaha, jangan gugup seperti itu. sudah, sekarang kita makan"










































------------









































setelah makan renjun dan jaemin kini tengah berada di ruang tv, menonton tv dengan berpelukan.

"ah iya, tadi ibu menelfon mu" ujar renjun

"lalu?"

"aku mengangkatnya telfonya"

"apa yang dibicarakan?"

"ibu bilang, jika ibu dan ayah sedang menyelidiki orang yang mendorongku"

"memang, aku juga sedang menyelidiki orang itu"

"apa sudah ada kemajuan?"

"belum, saat kau tenggelam tidak ada yang melihat orang itu selain jeno"

"lalu, setelah orang itu tertangkap apa yang akan kamu lakukan?"

"kamu ingin aku melakukan apa padanya?"

"tidak ada, biarkan saja. tapi aku ingin melihat wajahnya"

"tapi aku ingin memasukannya ke penjara"

"apa tidak terlalu berat?"

"tentu saja tidak, itu malah terlalu ringan bagi ku"

"tapi aku kasihan dengan keluarganya nanti"

"salah dia sendiri, aku hanya ingin dia menebus kesalahanya"

"sudah, jangan bahas itu lagi"

"baiklah, sekarang ingin melakukan apa?"

"tidak tau"

"ingin keluar?"

"eum, boleh. aku ingin membeli ice cream"

"tidak boleh"

"boleh!"

"tidak, sayang"

"ish, aku ingin ice cream"

"kamu sudah menghabiskan 2 cup ice cream"

"itu kemarin"

"lusa saja ya?"

"sekarang~"

"lusa atau tidak sama sekali"

"ish, oke lusa"

renjun turun dari pangkuan jaemin lalu berjalan meninggalkan jaemin. jaemin yang melihat renjun terkekeh karena sikapnya yang menggemaskan bagi jaemin.

"menggemaskan sekali"

















































----------

maaf kalo ada typonya

MY BOSS, MY LOVES - ENDWhere stories live. Discover now