19

287 32 3
                                    

Berada di pulau tropis untuk liburan bukanlah tempat liburan yang Chika idam-idamkan. Dia bahkan tidak tahu apa yang membuatnya ikut pergi ke liburan singkat ini, tapi semuanya pasti akan baik-baik saja, selama teman-temannya juga ada di sana.



Yah, Chika pikir liburannya kali ini pasti akan menyenangkan.



“Chika!” Teriak Celine sambil tersenyum, dia memanggil gadis itu supaya mendekat padanya, ada satu hal yang ingin dia sampaikan pada gadis itu.


Selama beberapa hari terakhir ini, Celine dan Chika juga semakin dekat. Karena kini, mereka bukan lagi sebagai saingan yang memperebutkan gadis yang sama.

Celine menjadi kakak yang bisa diandalkan Chika dan begitupun sebaliknya.



“Ada apa, Ci?” Chika bertanya pada Celine sambil mencondongkan tubuhnya lebih dekat dan mencoba mendengarkan baik-baik perkataan gadis itu.



"Kamu tahu nggak sih, beberapa malam kedepan, akan di adakan pesta pertunangan aku dan Ara… apa yang harus aku lakukan, Chika?”


Ya, apa yang harus dia lakukan? Chika tidak tahu harus menjawab apa. Karena singkat saja, dia bahkan tidak tahu bagaimana perasaan Celine dan Ara yang sebenarnya untuk pertunangan mereka.



Ara sendiri yang bilang padanya, alasan kenapa gadis itu memilih melakukan ini, itu karena mereka melakukannya untuk Mira dan dirinya, tapi entah kenapa terkadang dia merasakan ada alasan lain.



Dia juga masih merasa bersalah, karena dirinya, dua gadis itu harus mengorbankan hati mereka hanya untuk kebahagiaannya. Dia ingin menebusnya dengan cara apa pun yang dia bisa tetapi tidak tahu bagaimana ..




"Lah kok nanya aku sih Ci ... memang Ci Celine mau bagaimana sih?" Chika bertanya, mengangkat bahunya karena dia tidak tahu harus berkata apa atau melakukan apa. Bahkan hanya memikirkan Ara dan Celine bertunangan dan menikah tidak terdengar benar untuknya.


“Hmmmm… kamu kan tahu sendiri, aku belum Cinta sama Ara? .t-tapi... entahlah... Akhir-akhir ini, perasaan ku jadi aneh. Perlakuan Ara ke Aku itu manis banget dan meskipun dia suka bercanda, dia dengan mudah bisa membuat aku tersenyum dan membuat jantungku berdebar. Dan Kurasa aku mulai suka sama dia…”




Chika mendengarkan dalam diam saat gadis di depannya berbicara. Entah kenapa saat Celine menceritakan segalanya padanya, dia mulai merasakan sesuatu di dadanya, sesuatu yang sangat tidak nyaman baginya. Dia tidak tahu kenapa atau bagaimana, tetapi dia perlu mencari tahu perasaan itu. Apa sebenarnya yang dia rasakan…?



Perlakuan Ara padanya juga sama dengan gadis itu… sewaktu-waktu anak itu akan menjadi sangat baik dan manis padanya. Ara juga tidak pernah gagal membuatnya tersenyum…dan apakah Ara membuat jantungnya berdebar juga? .



Jawabannya IYA, meskipun Chika tidak mau mengakuinya, menyangka bahwa itu mungkin hanya karena pengaruh cuaca atau senyuman khas Ara yang akan membuat semua orang merasa seperti itu.



Dan alasan mengapa dia merasa tidak nyaman saat melihat Ara dan Celine bersama masih belum diketahui oleh nya.



.“A-apa yang salah dengan menyukai Ara, Ci?” Chika mencicit, pertanyaan itu hampir merujuk padanya daripada Celine sendiri.




kalau mau jujur sih, aku hanya takut kalau sampai Ara tak merasakan apapun pada Cici… rasanya nggak adil saja gitu, masa aku jatuh cinta sama dia, sedangkan dia hanya menganggap aku seperti seseorang yang dipaksa untuk bersama dia… Aku tahu dia tidak mencintaiku... aku tahu itu, tapi apa yang harus aku lakukan…?”.





Menghela napas panjang, Chika mengangkat bahu, “Kurasa itu bukan masalah besar Ci… maksud aku, Kan Ara sendiri yang melamar Ci Celine. Dia tidak akan merasa bahwa itu sebuah paksaan. Aku mungkin dekat dengan Ara baru belakangan ini… tapi aku berani mengatakan bahwa anak itu pasti melakukan apa yang dia anggap benar dan yakini. Dia sendiri yang melamar Ci Celine, dengan berpikir bahwa dia akan bisa mencintai Ci Celine juga, yang berarti Cinta kalian tidak akan bertepuk sebelah tanganjadi Ci Celine nggak perlu khawatir…”






Celine kemudian berterima kasih padanya karena telah mendengarkan masalahnya, meskipun dia menganggap permasalahan gadis itu kedengarannya konyol.



Bersamaan dengan itu, mereka mendengar ketukan di pintu. .Chika beranjak untuk membukanya, hanya untuk melihat Ara kini berdiri tepat di depannya, terlihat sangat rapi. Yang membuatnya terlihat lebih baik dari biasanya. Poni yang biasanya berjajar lurus di dahi gadis itu kini hilang. Warna rambutnya juga berubah dari hitam menjadi warna cokelat yang lebih gelap.



Oh iya, Ara kan memang baru saja memotong rambut beberapa hari yang lalu, dan dia masih belum terbiasa karena entah kenapa, Chika rasa, rambut gadis itu terlihat sangat bagus untuknya.
Dari image nya yang seperti anak kecil kecil kini berubah menjadi wanita yang agak dewasa.

Dan kini gadis itu tengah tersenyum menghadapnya, dan itu terlihat sangat manis dibandingkan dengan senyum pembuat onarnya yang dulu sangat mengganggu Chika. "Apa Ci Celine nya aku, ada di dalam?"




“H-huh?”



Ara terkikik dan menepuk pipi Chika yang seperti sedang melamunkan sesuatu. Ara lalu melangkah ke dalam ruangan  untuk mencari keberadaan Celine. Saat itu juga Celine keluar dari kamar dan menyapa Ara dengan sebuah pelukan.




"Kalian mau nge-date?" Chika mau tidak mau mengatakannya dengan sedikit rasa tidak suka yang tidak disadari oleh keduanya.



Celine menggelengkan kepalanya dan tersenyum pada Chika. “Kami berdua mau ketemu dengan orang tuaku malam ini… dan ayah Ara juga. Jadi mungkin Cici akan kembali sekitar tengah malam, nggak apa-apa kan Chika? Lagian, kamu nggak usah khawatir, ada Misya kok di sini nemenin kamu…”



“Good night, Chik, misyaku sayang!” Ucap Ara sebelum keduanya akhirnya menghilang dari ruangan itu, dengan tangan yang saling bergandengan.



Chika bahkan tidak mau melihat pemandangan yang manis itu. Dia membencinya.



“Astaga, kak Chika… tampang kakak kelihatan mau bunuh seseorang…” gumam Misya sambil memegang semangkuk popcorn, “Ngomong-ngomong, kakak mau nih?”


Chika tidak menanggapi gadis itu, tapi justru malah mengambil mangkuk berisikan popcorn itu dari tangan Misya, tanpa rasa bersalah.


Membuat si empunya cemberut saat mereka berdua duduk di depan TV dan hanya menonton beberapa acara.



"Persetan Lo, Zahrah Nur Khaulah.." Gumamnya, melanjutkan makan popcorn itu sendirian, bahkan tidak menawarkan kepada Misya si pemilik popcorn itu.



Misya hanya menghela nafas sedih, melihat gadis yang lebih tua darinya itu terus memaki penyanyi yg kini tampil di TV. Dia bisa melihatnya sendiri. Chika sudah di kacaukan dengan sesuatu yang sebut dengan Kata Cinta….



.....

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang