9. Antisipasi

Beginne am Anfang
                                    

  "Jangan saling bunuh, ya?" Pesan Woobin sebelum keluar dari kamar.

  "Yang akur." Pesan Jungmo.

  "Jangan nyasar." Pesan Seokhwa.

 
    Sementara Junkyu menghampiri Sunwoo, "Sunwoo menurutmu aku siapa?"

  "Orang yang selalu ada buat aku." Jawab Sunwoo tanpa keraguan.

    Junkyu tersenyun, "kamu tau, Sunwoo? Pas pertama kali aku dateng ke Pesantren, aku persis banget kayak kamu, aku pembangkang banget. Nggak ada santri yang mau deket deket sama 'pecandu' tapi ada satu orang yang paling peduli sama aku, dia adalah Jihoon. Dia selalu mengawasiku sebagaimana aku mengawasimu sekarang, dia rela begadang untuk memastikanku baik baik saja."

  "Karena itu ketika kau datang ke pesantren dengan muka pembunuh kala itu, aku merasa melihat bayanganku di masa lalu. Aku memohon pada Jihoon untuk membiarkanku mengurusmu, dia mengijinkanku. Asal kau tau, segala yang aku lakukan, bagaimana aku merawatmu, aku meniru bagaimana Jihoon melakukannya. Jihoon adalah seorang yang keras kepala, aku mengenalnya dengan sangat baik. Dia juga sangat bodoh, sangat ceroboh.. namun ketika aku membaca surat itu.."

    Junkyu menarik napas, "ini membuatku sakit.. ketika aku tau jika dia menganggap keberadaan Jihoon hanya angan dari seorang mafia yang ingin memiliki banyak teman membuatku marah, aku ingin menamparnya kuat kuat, karena itu.. kembalikan dia padaku Sunwoo, jangan biarkan dia mati, berjanjilah padaku."

    Jari kelingking Junkyu terulur pada Sunwoo, "bawa dia pulang Sunwoo.. agar aku bisa menamparnya."

    Sunwoo membalas uluran itu, mengikat janji dengan Junkyu, "selama Allah mengijinkanku melindunginya, selama Allah mengijinkanku membawanya pulang, aku pasti akan membawanya padamu, aku berjanji."

    Junkyu tersenyum teduh, "berhati hatilah."

.
.

    Setelah perpisahan kecil itu, Sunwoo dan Xion sekarang berada di dalam bus dengan jurusan luar kota Siwa. Sunwoo masih menunggu jawaban dari Xion yang belum juga berminat memberitahu rencananya padanya.

    Risih dengan kesunyian itu, Sunwoo bertanya, "katanya seorang mafia seperti Jihoon tak bisa benar benar pensiun. Mereka hanya bisa pensiun dengan permanen saat—"

  "Siapa yang menaruh sugesti itu padamu?" Sela Xion.

  "Seseorang memberitahuku." Kata Sunwoo.

  "Apakah dia seseorang yang menjadi salah satu anggota Klub detektif mu ketika SMA itu?" Tanya Xion.

  "Bukan." Balas Sunwoo.

  "Mereka memang terancam tak bisa pensiun, namun mereka bisa melepas kontrak itu. Banyak korban human trafficking yang berasal dari sebuah agensi mafia, bahkan diantara mereka ada beberapa mafia yang gagal melaksanakan misi dan menjadi budak, beberapa dari mereka sengaja melakukan itu, agar dia dibeli, lalu dia akan memerdekakan dirinya sendiri. Namun Jihoon tak akan melakukannya sejauh itu, gengsinya kayak gunung, nggak mungkin mau dia dijadiin hamba sahaya." Jelas Xion.

  "Lalu bagaimana agar dia bisa bebas?" Tanya Sunwoo.

  "Entahlah." Jawab Xion.

    Mendapatkan jawaban akhir yang kurang memuaskan membuat Sunwoo kembali diam. Namun tiba tiba dia teringat dengan aktivis yang dia temui di bus kala itu. Dia bilang jika memiliki pertemuan dengan seseorang di Giza, lalu dia mati di hari yang sama. Bagaimana jika seseorang yang aktivis itu temui sebelumnya ada sangkut pautnya? Bagaimana jika itulah klien yang menyewa organisasi yang menjebaknya kala itu? Jika benar begitu, maka dia adalah orang yang sama dengan yang mempekerjakan E.S.L.A beberapa tahun silam.

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.2 : AbimanyuWo Geschichten leben. Entdecke jetzt