'2

3 0 0
                                    

Emma beruntung tidak mendapatkan hukuman karena suasana hari guru disiplin hari ini sedang bagus— terasa sejuk dan menyenangkan hingga masalahnya berjalan dengan mudah. Tidak seperti biasanya, kekejaman yang berlaku bagi semua murid yang tidak disiplin.

"Aku tetap tidak suka dengan akhir yang tadi."

Teman sekamar Olivia itu mulai melakukan drama. Kejadian dikantin ketika sarapan kembali dibahasnya. Akhir yang Emma maksud adalah harus merelakan ayam sayurnya yang alot tidak termakan sedikitpun karena susah dipotong.

Kegiatan selanjutnya setelah melakukan sarapan bersama adalah masuk ke kelas. Pada hari ini terdapat beberapa materi bagi tingkat dua. Tiap pelajarannya memerlukan waktu yang lama karena setelah belajar selalu dibarengi dengan praktek bagi setiap siswi.

"Lebih baik kau memilih makanan yang mudah untuk dimakan daripada menyulitkan diri sendiri," sindir seseorang dari arah belakang Olivia dan Emma.

Kehidupan para siswi di sini memang sedikit keras karena sering terjadi benturan dengan teman sendiri... maksudnya teman seangkatan. Emma jelas tidak sudi menanggap mereka yang menggunjing dirinya sebagai teman. Sedangkan Olivia, perempuan itu sangat netral dan terbuka dengan berbagai macam perespektif.

Olivia mendapati Desira berdiri dibelakangnya. Emma masih tidak ingin mengetahui siapapun yang sudah membicarakannya dari belakang. Jelas jika sudah dalam posisi seperti ini akan timbul perang ego Emma yang tinggi.

"Aku sudah mengatakannya tapi hasratnya lebih besar untuk melakukan sesuai apa yang diinginkan." Jelas Olivia

"Mengapa kau mau dekat dengannya Olivia, kau terlalu baik jika harus satu tim dengan si gadis keras kepala. Haha, dia pikir segalanya akan mudah dengan perilakunya yang buruk?" cibir Desira.

"Urus saja ujian praktik kemarin yang harus kau ulang karena mendapatkan skor yang rendah," serang Emma langsung dan telak membuat lawannya terdiam, "Tidak seharusnya kau menghasut atau mengajak seseorang yang sudah dewasa untuk mendikte mereka. Selamat tinggal tukang pengulang!"

 Selamat tinggal tukang pengulang!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Anda mendapatkan telepon dari Nyonya, Tuan."

Daxter segera meletakkan kembali pulpen yang baru saja dipegang setelah mengecek satu laporan ke laporan yang lain. Hari ini pekerjaannya sangat banyak dan menyita waktu. Sepertinya waktu santai miliknya akan digadaikan karena tumpukan laporan menjelang tahun baru.

"Berikan padaku."

Simon segera menyerahkan ponsel pribadi milik tuannya. Ponsel yang biasa digunakan untuk keluarga jika menghubungi. Tidak banyak nomor yang tersimpan. Tapi ketika ibunya yang melakukan telepon maka panggilan tersebut harus segera dijawab.

Daxter menerima ponsel tersebut dengan baik dan suara sang ibu segera menyerbunya dengan berbagai pertanyaan. Tidak lupa karena banyak rumor yang beredar mengenai teman wanitanya silih berganti maka ibunya selalu mengingatkan untuk mencari yang benar-benar serius untuk menikah di usianya yang akan masuk tiga puluh— dalam dua tahun lagi.

OliviaWhere stories live. Discover now