|| 05 || "Step Brother"

134 71 365
                                    

HAPPY READING ._.

🍓🍓🍓

"Mungkin sebagian orang menggaggap hadirnya anggota keluarga baru merupakan suatu hal yang bagus karena akhirnya kekosongan itu terisi dengan orang baru. But not with me."

- Senja -

Suasana kediaman keluarga Senja pagi ini sangat ramai, semua sanak saudara berdatangan ingin menyaksikan momen sakral ijab qabul dua pasangan setengah baya Sandi dan Zara, orang tua Senja dan Hujan.

Termasuk kakak laki-laki Senja yang baru tiba 2 hari yang lalu dari Australia, Griffin Chasel Bagaskara.

Jordan Prasetyo, laki-laki paruh baya yang berstatus sebagai orang tua Zara dan kakek Hujan menjabat tangan Sandi, calon menantunya. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Sandi Bagaskara bin Hussein Bagaskara dengan anak perempuan saya yang bernama Zara Handini dengan maskawin berupa uang dua setengah miliar rupiah dan seperangkat alat sholat, Tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Zara Handini binti Jordan Prasetyo dengan maskawin tersebut. Tunai."

"Sah?" tanya si penghulu.

"Sah!" teriak para saksi.

"Huh ... " Senja menghela nafas, menatap tangan sang papa yang dicium oleh Zara yang mulai hari ini sudah sah menjadi mama tirinya. Disebelahnya ada Hujan yang sedari tadi sibuk memfoto dan meng-videokan acara akad nikah orang tuanya, katanya buat kenang-kenangan seumur hidup.

Senja yang merasa risih dengan tingkah Hujan memukul salah satu tangannya dengan keras, "Lo bisa diem nggak sih? Jangan malu-maluin bokap gue didepan keluarga besar! Ntar nggak sampe seminggu lo udah dicoret dari KK lagi."

"Anjir, Lo mukul pake tenaga dalem ya! Gue aduin bokap lo nanti," ancam Hujan. Senja hanya menatap sinis laki-laki itu.

"Bodo."

"Jadi gini ya rasanya diundang ke nikahan orangtua, sebelumnya gue cuma lihat si Andri yang datang ke nikahan maminya. Setidaknya ada yang bakal gue ceritain ke anak cucu gue nanti ya gak Nja?" tanya Hujan, Senja yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya hanya menggangguk.

"Bodo amat Jan, bodo amat."

Tidak lama suasana kembali tenang, Senja dan Hujan bergantian menyalimi kedua orangtua mereka.

"Halo om, akhirnya saya bisa manggil om Sandi papa juga." Sandi tersenyum menatap anak tirinya, disebelahnya ada Senja yang terlihat lesu dengan memasang wajah bete-nya.

"Kamu kenapa Senja? Kamu nggak bahagia punya mama baru?"

Senja merubah ekspresinya saat Zara melihat kearahnya, "Senang kok Pa, congrats for the married nya buat papa sama tante Zara."

"Mama, panggil tante mama mulai sekarang ya sayang," kata Zara, Senja hanya membalas dengan senyuman kecil.

Griffin datang dari arah belakang Senja, memeluk sang papa, "Congrats Pa for your marriage! Hah nggak nyangka Iffin pulang dari Aussie dapet surpries begini but i'm happy for you."

Sandi terkekeh mendengar ucapan Putra sulungnya, "Kamu kapan nyusul bang?"

"Nggak tahu pa, belum kelihatan tanda-tanda kehidupan dari calon-nya. Lagian Iffin pengen bahagiain papa sama Senja dulu baru married," jawab Griffin.

Senja memeluk kakaknya dari samping. "Aaaaa abang gue emang debest lah, love you bang. Gak kayak yang itu tuh." Senja melirik Hujan yang sedari tadi mematung bang patung pancoran, Hujan yang merasa di perhatikan membuka suara.

My Step Brother - [on going]Where stories live. Discover now