Prolog

20.3K 1.3K 13
                                    

Prolog dulu yaa, happy reading. Moga suka.

Luv,
Carmen

_________________________________________

_________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Josephine Ross

Russell Maxwell

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Russell Maxwell

......

Josephine melepaskan kacamata lebarnya dan menyisir rambut cokelat gelap tebalnya yang sedikit ikal dan selalu mengembang sambil menatap bayangannya sendiri di cermin.

Sepasang mata biru cerah melotot balik menatapnya. Jika dilihat agak lama dan dari jarak dekat, matanya tidaklah jelek, malah terkesan bagus dan bercahaya. Kedua mata Josephine adalah salah satu aset terbaiknya tapi sayang, harus ia sembunyikan di balik kacamata lebar. Jadi, pria itu tak akan pernah bisa mengetahuinya. Lagipula, pria itu memang tak pernah menatap ke dalam matanya.

Well, apa yang Josephine harapkan?

Dengan penampilan membosankan, nyaris tanpa riasan, rambut tebal yang selalu dicepol ke atas dan setiap hari selalu mengenakan kemeja berwarna putih ataupun krim serta rok pensil hitam yang mencapai lutut, wajar saja jika banyak pria yang tak akan meliriknya lebih dari sekali. Apalagi pria sekelas Russell Maxwell.

Josephine mendesah sedih. Mengapa ia tidak memandang dirinya sendiri dulu sebelum jatuh cinta?

Dan setelah jatuh cinta, ia bahkan tak sanggup membuat pria itu menatapnya padahal mereka menghabiskan waktu bersama setiap hari.

Menghela napas kasar, Josephine meletakkan sisirnya dengan kasar. Ia lalu menutup keras majalah yang sedang dibacanya tadi. Sudah cukup harus melihat pria itu selalu menggandeng wanita-wanita berbeda, Josephine tak perlu menyiksa diri dengan membaca artikel busuk yang berspekulasi tentang siapa wanita beruntung yang akan menggiring sang jutawan tepat ke altar ataupun memandang foto pria itu yang sedang merangkul mesra seorang wanita pirang cantik.

Jatuh cinta diam-diam bukanlah pilihan. Seandainya bisa, Josephine ingin menghapus semua rasa yang menyiksa itu. Daripada tersiksa memikirkan pria yang tak akan pernah dimilikinya itu, lebih baik ia menghilangkan semua perasaan tersebut. Tapi nyatanya ia tak bisa.

Jadi hanya tersisa dua pilihan: berhenti dari pekerjaannya atau merayu pria itu agar melihatnya, bahkan Josephine cukup puas bila bisa memiliki pria itu walau hanya satu malam. Setidaknya dengan begitu, ia memiliki sesuatu untuk dikenang.

Tapi apakah wanita pendiam dan pemalu seperti dirinya akan memiliki keberanian mengutarakan apa yang diinginkannya?

Sleeping with Her BossWhere stories live. Discover now