BAB 2 | BLACK MAGIC FAMILY

6 0 0
                                    

"Kau harusnya malu Bernard", Kekeh Darwin ketika melihat Bernard masuk dan mencari tempatnya.

"Urus urusan mu sendiri Darwin", muka Bernard merah seperti kepiting rebus. Ia kesal dengan Darwin. Di belakangnya ada Helena yang juga mencari tempat duduk.

"Oh, iya Helena. Mana barang-barang ku?", Bernard berbalik dan bertanya pada Helena soal keberadaan barangnya.

"Di sana, aku menempatkannya pada kursi mu", Helena menunjuk salah satu kursi di belakang Clara. Selesai menunjukkan kursi orang lain, Helena lanjut mencari kursi punyanya.
Melihat Helena yang kebingungan, Darwin dengan baik hati memberikan kursinya pada Helena, Helena tak mungkin menolak lantas dia duduk. Dia berpindah ke barisan sebelah, dimana ada Clara yang tengah asyik membaca buku favoritnya. Saat ada yang murid yang akan duduk di sebelah Clara, Darwin mencegahnya dan mengusir murid tersebut. Dia pun duduk dekat Clara.

"Kau sebaiknya jangan menyukai adikku Darwin, kalau benar awas kau", Clara yang tadi sibuk membaca menghentikan kegiatannya ketika Darwin duduk. Dia mengancam sahabat nya agar tak menyukai bahkan Helena. Darwin yang was-was hanya menutup rapat mulutnya.

"....", Darwin hanya terdiam. Namun kedua pipinya memerah.

"Kawan-kawan apakah kalian punya kacang almond Gilbert?", Tiba-tiba kepala Bernard muncul dari sandaran kursi diantara Clara dan Darwin. Iya, hanya kepalanya saja yang muncul.

"Tidak ada Bernard", baru bergerak sedikit untuk melihat Bernard Clara terkejut. "Waw... kau sudah bisa melakukan Xethoriatte-parsial. Hebat...". Clara bertepuk tangan. "Hebat...". Bertepuk tangan lagi. Pujian itu hanya sebuah ejekan dari Clara dilihat dari senyuman nya yang sinis. Namun Bernard yang tak tahu apa-apa hanya merasa bangga dan tersenyum tanpa beban.

"Ku kira kau hanya makan saja Teddy-Bear", Darwin menyambar senyuman di wajah Bernard.

"Dan ku kira kau tak pernah makan Darwin", hinaan Darwin dibalas konstan oleh sarkas dari Bernard. Clara tertawa sangat keras dan tak terkendali dia merasa orang paling bahagia di bus tersebut. Wajah Darwin langsung memerah, dia tak sangka Bernard akan membalasnya.

"Sini kau gendut!", Darwin meraih kepala melayang Bernard tapi sebelum itu terjadi, Bernard lebih cepat dan menghilang dari pandangan.

"Sial si gendut", caci Darwin. Clara yang sudah ingin berhenti tali tak bisa. Terlihat dari tertawa kecil yang masih terdengar dari mulutnya.

"Pepatah mengatakan orang bisa menyimpan amarahnya tapi jika sudah tak terbendung ia akan meledak di depan mukamu", Clara sok menasehati Darwin ia juga menepuk-nepuk bahu sahabatnya, dia pun kembali tertawa. Tentu saja itu hanya sebuah candaan antara tiga orang sahabat sepanjang perjalanan mereka kembali ke Vellichor. Beberapa saat mereka hening dan sibuk dengan urusannya masing-masing–Clara dengan bukunya–Darwin dengan tongkat nya mencoba beberapa mantra.

"Ignorantia", muncul api kecil dari ujung tongkat Darwin. Dia pakai untuk memanaskan telur di atas sendok. Ketika sedang asyik memanaskan, tiba-tiba Bernard muncul lagi dari kursi belakang.

"Hei, teman-teman. Apa kalian sudah tahu kemana kalian akan bertugas nanti?", Ia membicarakan tentang Tugas lapangan akhir tahun untuk lulus dari Vellichor.

"Well, aku belum menebak pasti teka-teki dari Professor Lavigne. Walaupun aku tak peduli akan ditempatkan di manapun", Clara tak acuh tentang pekerjaan lapangannya nanti.

"Aku di kementrian sihir bagian Aquiver", Darwin menjawab namun masih fokus pada telurnya.

"Aku sudah memberitahukan ibuku, katanya aku akan di tempatkan di Koran Daily Weely", Bernard memegang kepalanya seolah ia menolak akan hal itu.

Crimson Moon : Love And LifeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora