"Seperti halnya kupu-kupu, aku pun percaya mampu melewati kegelapan yang ada. Bukankah tidak ada usaha yang sia-sia? Ya, semua akan indah pada waktunya."
_Libra
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Libra
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Raji
🦋🦋🦋
Sudah beberapa kali Libra kembali menguap, mencoba menahan kantuk yang menyerang. Kedua matanya mulai meredup tanda ia memang sudah sangat lelah belajar hingga larut malam seperti sekarang. Demi mendapatkan beasiswa Libra rela belajar hingga begadang. Terlebih sebentar lagi akan tiba masa ujian nasional yang harus ia lalui sebagai siswi kelas 12 akhir. Ia tengah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai impiannya tersebut. Melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi yang sudah lama menjadi incarannya.
"Maaf Nak, sepertinya bapak gak bisa biayain kuliah kamu nanti. Ekonomi keluarga kita benar-benar dibawah Nak. Maafin bapak." Itulah salah satu alasan yang membuatnya harus lebih bersemangat belajar dan tak mudah berputus asa dengan mudah. Ia akan tetap terus berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan beasiswa kuliah itu. Sehingga bapak gak perlu pusing lagi memikirkan biaya perkuliahannya.
Lalu ia meraih sebuah foto yang berbingkai kaca. Foto favorit sekaligus sebagai penyemangatnya saat belajar. Tak bosan-bosannya Libra memandangi foto dirinya bersama kedua orang tuanya. Sungguh ia sangat ingin membuat mereka bangga. Apapun akan ia lakukan untuk dua pahlawan dalam hidupnya tersebut. Libra berjanji untuk tetap semangat belajar. Kemudian sebelah tangannya mengusap hangat lengan tangannya, memeluk diri sendiri, dan menepuk pelan pipinya sendiri. Hal tersebut selalu ia lakukan sebagai bentuk mengapresiasikan dirinya sendiri.
Saat kedua matanya mengarah pada jam dinding yang terpajang di kamarnya. Waktu telah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Saat itu juga Libra memilih untuk mengistirahatkan dirinya sejenak mengingat ia sudah belajar terlalu lama. Ya walau bagaimanapun ia hanya manusia biasa yang juga butuh untuk tidur.
Setelah itu Libra mulai beranjak pergi dari tempat duduknya berpindah ke tempat tidur yang jarak berdekatan dengan meja belajarnya. Libra terlihat sudah lelah. Selesai membaca doa sebelum tidur dengan mudah ia pun langsung memejamkan kedua matanya dan tertidur damai.
2 jam kemudian Libra terbangun dari tidurnya saat mendengar jamnya yang terus menerus mengeluarkan bunyi. Alarm tersebut memang sengaja ia setel agar dirinya mudah bangun pagi di setiap harinya. Terlihat dari wajahnya Libra memang masih tampak mengantuk namun ia berusaha melawannya dan bangun dari tempat tidur tersebut. Seperti biasa ia akan melaksanakan sholat tahajud terlebih dahulu. Hingga detik ini Libra percaya betapa dahsyatnya sholat tahajud. Bermesraan dengan sang pencipta yang membuat hati tenang dan damai.
Saat akan berjalan menuju kamar mandi Libra melihat keadaan pintu belakang rumahnya sedikit terbuka tak terkunci rapat seperti biasa. Tumben. Begitulah pikir Libra. Jika diingat-ingat Libra merasa yakin telah menutup rapat dan mengunci dengan benar pintu tersebut. Ia sendiri yang menguncinya disaat kedua orang tuanya sudah tertidur lelap. Tentu Libra mulai merasa aneh.
Perlahan Libra mendekati pintu tersebut berniat untuk menguncinya kembali. Entah mengapa perasaannya mendadak tak enak dan tampak was-was. Tangannya sudah memegang knop pintu hendak menutup rapat. Saat itu juga Libra merasa ada seseorang yang tengah memperhatikan dirinya. Perasaan takut dan gelisah mulai menghampiri.
Masih dengan tangan yang memegang knop pintu, Libra yang penasaran berusaha memberanikan diri untuk melihat keadaan sekitar memastikan bahwa perasaannya salah. Ketika berbalik kedua bola mata Libra langsung melebar kaget saat melihat sosok yang ia yakini adalah seorang pria dengan pakaian tertutup dan wajahnya yang sengaja ditutupi. Pria aneh tersebut terlihat panik sendiri dengan sebuah balok ditangannya.
Libra sangat yakin seseorang yang ada di hadapannya sekarang adalah seorang perampok yang berhasil menyelinap masuk ke dalam rumahnya. Ia takut. Saat akan berteriak meminta tolong dengan cepat si perampok membungkam mulutnya dengan sebuah sarung tangan yang otomatis membuat Libra tak bisa berteriak ataupun berbicara. Tak lama setelah membekap alat pernapasannya sang empunya pun langsung tak sadarkan diri.
Setelah itu buru-buru si perampok keluar rumah dari pintu belakang dengan membawa beberapa barang yang berhasil di curinya meninggalkan Libra tergeletak tak sadarkan diri atas lantai. Alhasil si perampok telah berhasil kabur bersama dengan barang curian. Bapak dan ibu masih belum sadar akan yang telah terjadi, mereka masih tertidur nyenyak di kamarnya.