Chapter 16. Rokutousei no Yoru Pt. 1

538 78 30
                                    

Happy Reading

Warning! Prostitution! Typo (s)



.

.

.

.

.






"Tae Sayang, apa kau yakin untuk memotong rambutmu?"

"Un... Para pelayan pasti akan kerepotan mengurusnya."

"Oh, aku yakin mereka justru akan senang Sayang. Terutama yang berkacamata itu, duh siapa namanya?"

"Ai-san."

"Ai-chan pasti senang sekali karena dia bisa mencoba berbagai macam hairstyle pada rambutmu ini. Lagipula kau memang jadi jauh lebih cantik lho Tae."

"Aku jadi mirip ibuku."

"Dan apa itu sesuatu yang buruk Sayang?"

Kamar mandi luas itu mendadak hening karena Tae bungkam dan tampak merenung. Dia kian erat memeluk kedua lututnya yang naik ke kursi, Jin yang berdiri di belakang setia menunggu jawabannya sembari memainkan juntaian rambut hitam tebal bergelombang.

Cahaya matahari pagi yang lolos dari kaca kendela bundar menggelitik jemari kaki Tae, membuat kuku bercat merah muda tampak lebih cerah dan berkilau. Saat bias sang surya merambat semakin tinggi menerangi kaki jenjang tanpa balutan apapun, Jin akhirnya memecah keheningan dengan berkata, "mau aku potong sampai mana?"seraya menjongkok di depan pemuda yang sudah dia anggap seperti adik kandung sendiri.

Tae yang memamaki piyama sutra menjawab pelan, "seperti biasa saja Aniki."

Jin tersenyum dan kemudian beranjak untuk mulai mengurusi rambut Tae. Sepasang tangannya ahli benar memainkan gunting, hasil dari pengalaman selama menjadi pembimbing para pemuda calon wakashu yang belum pandai merawat diri. Rambut yang beberapa hari lalu mendadak panjang hanya dalam hitungan detik kini mulai berjatuhan ke lantai kamar mandi.

"Apa orang-orang di sini memperlakukanmu dengan baik Tae?"

"Un. Semuanya memperlakukanku dengan sangat baik. Terutama Ayuniza-san, Yumi, Ai-san dan Ziyi."

"Aku baru sebentar mengenal mereka tapi aku yakin mereka adalah para gadis manis yang benar-benar tulus melayanimu,"Jin lalu tergelak, "kau tahu, Yumi-chan dan Ai-chan tampak kecewa lho ketika akulah yang kau pinta untuk memotong rambutmu."

Tae tersenyum, tidaklah lebar tetapi bagi yang mengenalnya pasti tahu senyuman itu sungguh berasal dari hati yang merasa senang. Sang Wakashu bersyukur sekali memiliki seorang asisten dan para pelayan pribadi yang menganggapnya lebih dari sekadar majikan, perhatian dan rasa khawatir mereka benar-benar tulus meskipun Tae belum membuka diri sama sekali.

"Tae Sayang."

"Hm?"

"Tuan Suga sudah menceritakan semuanya. Eum, termasuk soal Choi Woosik dan- dan kedua orangtuamu."

Suara gunting terasa gaduh karena mulut Tae kembali tertutup rapat. Lututnya kembali dipeluk semakin erat. Hatinya kembali bimbang seperti kemarin. Otaknya kembali mengingat kata-kata Suga.

Minu ga Hana by GantoKimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang