Chapter 9. Hashimoto Kaoru

678 97 144
                                    

Happy Reading

Warning! Typo (s)!

Noted: as always paragraf tata letak tengah flashback ya

.

.

.

.

.

Bola-bola salju turun secara lambat untuk kemudian membentur permukaan bumi yang telah putih. Mereka lalu menjadi satu kesatuan yang membuat Suga kian sulit melangkah sehingga si bocah Minamoto memutuskan akan tetap diam di tempat sampai Matsumoto datang dan mengendong tubuh mungilnya. 

Dingin menggigilkan badan, memerahkan pipi yang semula pucat dan Suga tetap bersikeras menunggu sang pelayan pribadi datang menghampirinya. Dia mungkin akan mati beku tapi karena sifat keras kepala yang sudah mengakar kuat maka dingin tak jadi soal asal ego tetap terjaga. Jika Suga sudah membulatkan tekad dia tidak akan mengingkarinya. 

Minamoto Suga hanya akan bergerak jika Matsumoto sudah muncul tepat di hadapannya.

Namun beberapa menit kemudian tubuh kecil itu mulai tak tahan juga,  rasanya dia ingin menyerah. Suhu tidaklah terlalu ekstrem tetapi sudah lebih dari cukup untuk membuat anak lekaki berumur dua belas tahun bergetar hebat merindukan kehangatan sehingga akhirnya Suga mulai mempertimbangkan apa dia tetap menunggu Matsumoto atau kembali melangkah dengan susah payah.

Suga jadi menyesal kenapa memilih menjelajahi hutan ketimbang bersantai di depan perapian ruang tengah villa pribadi Minamoto yang terletak di kaki Gunung Kariba, Hokkaido. Seharusnya sekarang dia sedang menikmati secangkir coklat panas buatan ibu tirinya sambil membaca buku ensiklopedia pemberian Paman Yoshi. Tetapi Minggu pagi pertengahan Desember ini rasa ingin tahu Suga berkali-lipat lebih besar dari biasanya, seolah-olah ada sesuatu di luar sana yang berhasil menariknya entah bagaimana. Yang membuatnya rela berpetualang di tengah cuaca dingin menusuk tulang daripada bersantai dibalut kehangatan.

"Kenapa dia belum juga menemukanku sih."

Ketika Suga bersiap untuk menggerakkan tungkai bersepatu boots hitam sebuah suara lebih dulu membuatnya terdiam dan langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia kemudian mendapati sesosok berkulit putih bersih, berambut putih tebal dan bermata biru tengah bersenandung di atas pohon yang sepenuhnya diselimuti es.

Pohon besar itu cukup jauh, sepasang mata Suga dibuat menyipit agar dapat melihat lebih jelas seorang bocah berpakaian tipis di cuaca seperti ini. Suaranya begitu merdu sehingga Suga tidak mempermasalahkan bagaimana bisa tubuh itu sama sekali tidak menggigil seperti dirinya yang sudah memakai pakaian berlapis-lapis. Bahkan sepasang kaki mungil itu tidak ditutupi oleh apapun, bertelanjang memukul-mukul udara dari dahan pohon yang paling tinggi.

Lagunya tentang bola-bola salju.

Bola-bola salju yang dia tampung dengan tangan kosong sambil tersenyum lebar.

Senyuman terindah bagi Suga setelah senyuman Hashimoto Kaoru.

Keindahan yang membuat Suga hendak mendekat tanpa sadar tetapi teriakan Mastumoto terlanjur membuyarkan angan. Suga langsung menoleh ke arah sang pelayan pribadi berusia muda,

Minu ga Hana by GantoKimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang