39. "Maaf"

2.6K 447 56
                                    

Kaki mulus yang tertutup stoking hitam itu melangkah tenang menaiki tangga.

[Name] mengenakan dress hitam selutut dengan rambut yang ia biarkan tergerai.

Tak ada satupun orang di sana, sekalipun ia sampai ke tempat tujuannya. Ia membungkuk di depan gerbang torii yang terbuat dari kayu biasa.

Kuil sepi, itu karena kuil ini kuil kecil dan berada di tempat terpencil, tapi aneh juga ketika melihat kuil sepi sepenuhnya, bahkan tak ada penjaga.

Ia berdoa sendirian, lalu mengambil kertas ramalan setelah memasukkan beberapa Yen ke dalam kotak.

[Name] tidak terlalu percaya dengan ramalan itu, tapi ia sudah menduga apa yang akan ia dapatkan, yaitu 大凶 (dai-kyō). Setelah semua yang terjadi padanya, sangat memungkinkan ia akan bernasib buruk.

Biasanya orang akan mengikat kertas itu pada musubidokoro jika ia mendapat ramalan buruk, tapi [Name] membawa kertas itu dalam genggaman tangannya.

Ia kemudian kembali melangkah ke tempat tujuannya yang sebenarnya.

Kakinya melangkah lebih jauh melewati batu-batu yang berdiri tinggi dengan berbagai tulisan kanji besar.

Berhenti ia di depan batu yang seperti tak terurus itu. Ia berjongkok, meletakkan bunga lily putih pada batu nisan bertuliskan kanji yang dibaca "Hamato Rin", lalu meletakkan lagi bunga yang sama di batu nisan dengan tulisan kanji "Hamato Haru".

[Name] merapatkan tangannya, mengucapkan doa-doa kebaikan di dalam hatinya.

Wajahnya tenang, namun sebutir kristal bening luruh dari satu matanya, mengalir lembut dan kemudian menetes ke tanah.

Kelopak mata dengan bulu mata indah itu kemudian perlahan memperlihatkan iris merah menyala yang digenangi air mata.

Tak tertahan, ia terisak. Sangat memilukan bagi siapapun yang mendengarnya.

"Maaf..." Kata yang ia ucapkan dengan suara bergetar penuh penyesalan.

Tak ada satupun suara terdengar, kecuali suara alam yang menghembuskan angin sejuknya, seolah mencoba menenangkan gadis yang mengalami kehancuran hati dan jiwa tersebut.

"Maaf," katanya lagi, kemudian terus mengucapkan kata itu tanpa henti.

"Aku... Aku seharusnya tidak mengutuk kalian."

Ia terisak makin parah. Meraung pelan ketika merasakan betapa sakit hatinya.

"Aku tak pantas kalian lindungi," ucapnya diselangi isakan. "Seharusnya kalian membuangku sejak awal."

Tangannya meremas kertas ramalan, tak peduli dengan betapa sakitnya telapak tangan karena kukunya.

Sekarang bukan hanya air mata yang menetes ke tanah, darah juga ikut menetes pelan, keluar dari kepalan tangannya.

"Bukannya berterima kasih... Aku malah mengutuk kalian. Membunuh kalian dengan keji setelah semua kebaikan yang kalian lakukan..."

Kakinya yang melemah jatuh berlutut di depan makan ibunya.

"Kalian terlalu baik untuk monster sepertiku... Kalian hanya membesar anak yang tak tahu diri..."

Ia makin meramas tangannya yang ia letakkan di atas lutut. Dress hitam bersih itu kini terkotori oleh darah, tak dipedulikan oleh sang gadis.

"Kata maaf tak bisa menebus kesalahanku... Aku tak bisa dimaafkan sampai kapanpun dan apapun yang kulakukan takkan bisa menebus semuanya..."

"Aku..." Ia terisak. "Tak pantas bahagia."

𝐑𝐞𝐠𝐫𝐞𝐭 - 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐭𝐬𝐮 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐧 (𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏) ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora