Benar saja, Alana mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Guru yang duduk di depan sontak tercuri atensinya. "Ada apa Alana?" tanya guru biologi—Pak Saipul.

"Mau ke kamar mandi, Pak. Tapi ajak Lala, ya? Soalnya saya takut."

"Kalau ajak Lala nggak saya izinkan."

"Lala sama saya itu nggak bisa dipisahkan, Pak. Kita bagai kembar siam. Ke mana-mana harus bareng. Izinin, ya, Pak? Kalau enggak, saya bakal sebar foto Pak Saipul ke instastory saya dan bilang kalau Bapak beda sama guru lain, tidak ramah, dan suka mempersulit muridnya. Viral loh, Pak. Nanti Bapak nggak disukai sama murid lainnya. Followers saya seratus K!" oceh Alana panjang lebar. Ia juga dengan bangganya memamerkan followers-nya kepada Pak Saipul.

Pak Saipul tahu ini akan terjadi. Bukan karena takut pada ancaman Alana, Pak Saipul hanya lelah dengan celotehan Alana. Jika tidak dituruti, mulut Alana pasti akan begitu sampai bel. Sangat berisik.

"Ya sudah sana! Tapi jangan lama-lama," ucap Pak Saipul.

Ckrek!

Alana memotret Pak Saipul seraya menulis caption untuk instastory-nya. "Pak Saipul ai laf yu. Guru terbaik sepanjang sejarah IHS. Favorit Alana," gumam Alana mengeja caption yang sedang ia ketik.

"Terima kasih banyak Pak Saipul!" seru Alana dengan senyum manisnya. Ia melirik Lala. "Ayo, La!" Tanpa persetujuan, Alana menyeret pergelangan tangan Lala untuk keluar dari kelas.

Teman sekelas Alana bergunjing. Kebanyakan dari mereka tidak suka Lala bisa berteman dekat dengan Alana. Mereka tidak habis pikir, Alana yang pilih-pilih teman malah memilih Lala sebagai teman sebangku dan teman dekatnya. Karena hal itu Lala yang biasa menjadi bulan-bulanan, tidak lagi tersentuh semenjak label teman Alana Gioni tersemat.

Lala penurut. Apa pun yang Alana mau, Lala selalu mengiyakan. Itu kenapa Alana cocok sekali berteman dengan Lala. Egois memang, tapi Alana hanya butuh teman yang menuruti semua kemauannya. Sudah. Kembali lagi kepada motto hidup Alana yang ia pertahankan sejak usia 5 tahun.

Kala berjalan di koridor, Alana selalu menjadi pusat perhatian. Siswi kelas sepuluh yang cantik dan menjadi incaran kakak kelas, namun tidak ada yang berani mendekati karena dia selalu menempel kepada Alvarez Atmaja yang terkenal beringas namun menjadi kesayangan guru-guru di IHS karena kepintarannya. Yang mereka tahu, Alvarez adalah kakak Alana, meski pada kenyataannya Alvarez hanya anak dari teman dekat papi Alana yang sudah dianggap saudara. Tidak lebih.

Bukan, Alvarez bukan pemeran utama di sini. Tapi Caka Elvano. Ya, dia. Cowok yang beberapa detik lalu Alana tabrak karena tidak lihat jalan.

"Punya mata nggak, sih?! Bisa-bisanya lo berani nabrak cewek tercantik di IHS! Minta maaf se ...," Alana mematung kala matanya dan mata Caka bertemu.

"Lo yang nabrak gue, harusnya lo yang minta maaf dulu," balas Caka dingin. Ia dengan tegap berdiri seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Alana seperti tersihir. Tubuhnya membeku. Matanya tidak bisa berhenti menatap wajah Caka. Untuk pertama kalinya Alana terpesona pada sosok laki-laki. Jantung Alana berdebar, perutnya geli, dan Alana gugup tanpa alasan.

Alana mengulurkan tangannya. "Alana Gioni," ucapnya memperkenalkan diri.

Caka tersenyum mengejek seraya memperhatikan penampilan Alana dari bawah sampai atas. Tanpa mempedulikan uluran tangan Alana, Caka melewati tubuh Alana begitu saja dan menabrak bahunya sengaja. Caka ingin memberitahu Alana bahwa ia tidak tertarik bahkan hanya berkenalan dengan gadis sepertinya.

"Wait! Your attitude pisses me off!" jerit Alana. Ia berbalik hendak menyusul langkah Caka.

Dengan sigap Lala menahan pergelangan tangan Alana, "Lan, katanya kita ke kantin? Udah ayo, jangan buat masalah."

"Ini nggak bisa dibiarin, La. Lo ke kantin sendiri. Gue harus susul dia. He ignored me! Alana Gioni!" seru Alana. Ia menghempaskan tangan Lala yang sedang menahannya itu.

"Tapi, Lan ...."

"Ini bukan pertemuan tuan putri dan pangeran yang gue mau!" potong Alana.

Alana mengikuti langkah Caka. Gadis itu berceloteh seperti biasanya. Tidak ada lagi jantung yang berdebar, kini jantungnya bergemuruh karena semuanya tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Harusnya Caka menerima uluran tangannya layaknya pangeran kepada tuan putrinya.

"Gue ajak kenalan!" seru Alana menyamakan langkahnya dengan langkah Caka yang jauh lebih lebar darinya.

Caka tidak bersuara. Ia tetap santai melanjutkan langkahnya. Mengabaikan Alana dan menganggapnya lalat yang terbang seraya berdengung.

"Gue Alana Gioni. Lo nggak kenal gue?" tanya Alana memastikan.

Caka masih konsisten untuk tidak peduli. Sedang Alana yang setia mengekori tidak berhenti untuk mencuri perhatian Caka. Sampai akhirnya Caka masuk ke dalam kelasnya sendiri. Dan siapa sangka kalau kelas Caka adalah kelas Alvarez juga. Dia satu kelas dengan Alvarez.

"Oh, jadi lo satu kelas sama Kak Alvarez," ujar Alana. Ia ikut masuk ke dalam kelas kakak kelasnya tanpa rasa takut. Untungnya kelas sedang tidak ada guru.

Tentu sosok Alana yang bukan bagian kelas itu menjadi sorotan. Terlebih bukan jam istirahat.

Alvarez yang melihat sosok Alana sontak menghampiri gadis itu. "Heh! Lo ngapain?" tanya Alvarez.

"Sorry, Kak. Kali ini gue ke kelas lo bukan mau ketemu sama lo," balas Alana.

"Terus?"

"Dia temen lo?" tanya Alana menunjuk Caka.

"Ya. ABC, Alvarez, Bilal, Caka," ucap Alvarez menunjuk dirinya, Bilal, dan Caka bergantian.

"Oh jadi Kak Caka ini anggota ABC yang sering Bunda ceritain?"

Alvarez mengangguk.

"Gue suka sama Kak Caka, Kak! Ini tiba-tiba, tapi gue yakin gue suka sama dia!" ucap Alana mantap.

"Sinting, ya, lo!" seru Alvarez dan Caka bersamaan.

"Kita ketemu baru beberapa menit lalu!" sentak Caka. Ia tidak habis pikir tiba-tiba gadis yang menabraknya malah menyatakan bahwa dia suka padanya di depan teman sekelas tanpa tahu malu.

"Akhirnya mau ngomong juga," ucap Alana seraya tersenyum lebar.

Gadis itu melirik name tag yang ada di seragam sekolah Caka. Alana membacanya, "Caka Elvano."

Sigap, Caka menutup name tag-nya dengan telapak tangan. Nama saja gadis itu baru tahu, bisa-bisanya dia menyatakan suka dalam waktu sesingkat itu.

"Kak Caka. Mulai detik ini, kamu punya aku. Kalau kamu punya pacar, kamu putusin dia sekarang. Tapi aku yakin, sih, kamu nggak punya." Alana mengeluarkan ponselnya, kemudian memotret Caka tanpa persetujuan.

"Lo apa-apaan foto gue tanpa izin!" damprat Caka tidak suka.

"Caka Elvano, punya Alana Gioni," ujar Alana seraya men-share postingannya di feed instagram miliknya.

"Kita nggak pacaran, tapi Kak Caka punya aku!" Klaim Alana.

- To be continued -

Gimana perasaan kalian baca prolog Alcaka?

❤︎ Jangan lupa follow ❤︎
❤︎ See u ❤︎

Strawberry Cloud [End]Where stories live. Discover now