Prolog

21.4K 925 34
                                    

10 tahun kemudian...

Semilir angin mengiringi langkahnya yang pelan. Diantara gundukan tanah yang berjejer rapi, sebuah makam yang sudah ditutupi rumput hijau nan rapi terukir nama seseorang yang sangat berarti untuk hidupnya.

Ditangan laki-laki itu tiga buket bunga lily putih mengayun pelan. Ketika sampai ditujuannya, kakinya menekuk untuk berjongkok dekat sekali dengan nisan berwarna hitam itu.

Nama Arjuna tertulis dengan jelas. Peristiwa tragis sepuluh tahun lalu masih teringat jelas dikepalanya.

Satu persatu bunga itu ia taruh di ketiga nisan yang berjejer rapi. Setelah membersihkan daun-daun yang ada, tangannya terkatup dengan mata memejam hikmat. Laki-laki itu menuturkan doa-doa agar sahabatnya itu tetap bahagia di alam sana.

"Happy Birthday, Ju. Setelah sepuluh tahun gue baru bisa dateng lagi sekarang,"

Raka, laki-laki itu meringis kecil. Raka sianak badung itu telah bertranformasi menjadi laki-laki dewasa. Rambutnya yang biasa panjang menutupi dahi kini dipotong pendek dan disisir rapi. Wajahnya jauh lebih tegas dengan hidung mancung dan rahangnya yang kotak. Disekitar mulut pria itu ditumbuhi rambut-rambut halus.

"Gue udah di Jakarta dari kemarin malem, Ju. Hari ini gue langsung kesini sekalian ngerayain ulang tahun lo yang sepuluh tahun ini enggak pernah gue ucapin langsung. Lo apa kabar disana?"

Raka tersenyum kecil mendengar pertanyaan yang ia lontarkan. Tangannya mencabuti rumput-rumput yang lebih panjang dari yang lainnya.

"Nyokap sama kakak lo juga gimana kabarnya? Gue yakin kalian lagi bahagia-bahagianya ya. Enggak ada lagi yang misahin kalian sepuluh tahun ini. Gue jadi iri,"

Ringisan langsung muncul setelahnya. Sesuatu meremas dada Raka lebih keras. Ia menghembuskan napas kasar sebelum kembali berucap.

"Kalo lo ketemu bokap gue tolong sampein gue udah maafin dia, Ju. Udah dari lama. Dia gak perlu merasa bersalah lagi,"

Senyumannya terbit. Namun entah kenapa dadanya semakin terasa sesak.

"Sampein juga kalo gue sayang banget sama dia. Gue enggak pernah marah, gue cuman malu sebenarnya makanya gue gak pernah muncul dihadapan dia, Ju."

Raka menyugar rambutnya sembari mendongak menatap langit yang berawan. Membiarkan angin menyapa wajahnya yang lelah.

"Sampein juga kalo dia enggak perlu khawatir lagi. Gue udah di Sanjaya sekarang. Minggu depan gue udah sepenuhnya jadi Sanjaya. Gue akan gantiin tugas dia. Opa sama Oma juga akan gue jaga baik-baik. Gue pastiin mereka akan selalu bahagia,"

Raka lantas terkekeh. Matanya kembali menatap nisan Juna.

"Ju, gue kangen lo bangsat!"

"Gue juga!"

Raka langsung menoleh mendengar ucapan itu. Ternyata dari arah kanannya Sagara datang bersama seorang perempuan. Keduanya tampak jauh lebih dewasa dibandingkan terakhir kali ia lihat.

"Parah banget lo pulang tapi enggak ngabarin gue malah langsung kesini,"

Raka tersenyum lebar. "Soalnya gue tahu hari ini lo pasti kesini,"

Sagara mendekat lalu merangkul sahabatnya itu. Memberikan pelukan erat. Kirana hanya mengangguk kecil kearahnya sebelum akhirnya ikut berjongkok disamping makam Juna.

"Aku tunggu ditempat biasa ya,"

Kirana mengangguk kecil. Membiarkan Sagara pergi bersama Raka meninggalkannya sendirian bersama makam Juna. Seperti yang dilakukan cowok itu selama sepuluh tahun ini.

Musim Yang Baik [FIN]Where stories live. Discover now