4c

36 6 0
                                    

"Apa?"

Adi langsung terdiam. Mencari cari sesuatu untuk dikatakan dengan pas. Ia beringsut, untuk menariknya lagi.

"Nanti saja, kita kembali ke bawah?"

Kia mengangguk lalu mengikuti langkah Adi. Keduanya menuruni tangga dan langsung membaur dengan semua orang. Adi tidak ingin kehilangan kesempatan karena terlalu mendesaknya. Ia akan berusaha mendapatkan kesempatan itu.

"Ki aduh, perut teteh keram banget ya."

"Mana Kia tau, kram apa mau ngelahirin?" tanya Kia setengah kaget.

"Kayaknya tapi boong, ini karena makannya banyak."

"Kenapa atuh?"

"Disini masih lama? Kayaknya teteh pengen pulang deh. Minta anter sama si aa gitu?"

"Kia juga pengen pulang, Queen-nya juga lagi tidur. Engga enak kelamaan diem disini." kedua adik kakak itu saling berbisik.

"Bu, kita pamit dulu." ucap Kia kepada Rosita.

"Oh, kamu sudah mau pulang? Tunggu sebentar lagi atuh."

"Engga bisa bu, Kia punya urusan dirumah."

"Oh yasudah, tapi jangan lupa untuk jenguk Queennya ya. Soalnya Queen udah biasa ada kamu."

"Iya bu, pasti Kia sempetin buat ketemu Queen."

Adi melihat lewat ujung matanya bagaimana Kia pulang dari rumahnya. Wajahnya sedikit sendu. Ia tidak bisa melakukan apa apa lagi selain menunggu rencan takdir yang akan tertulis untuknya.

***

Kia sudah menemukan toko yang pas untuk pembukaan toko rotinya. Semoga usahanya kali ini lancar dan terkendali.

"Pembangunan ruko ini baru aja direnovasi." ucap ibu ibu pemilik ruko tersebut.

"Ah iya, saya sudah bilang untuk bayar deposite-nya kan bu. Nanti saya kirim lewat cek setelah saya lihat lihat lagi ya bu."

"Iya mangga di cek dulu."

Kia melihat lihat lagi ruangan yang lainnya. Ia sudah menyusun rencana untuk kepindahannya. Tiba tiba sebuah dering dihandphone-nya berbunyi.

"Siapa?"

"Saya tidak suka berbelit belit. Queen sedang menangis sekarang. Cepat kesini, saya tidak tau harus berbuat apa."  Kia melihat nomor diponselnya. Dan juga terdengar suara tangisan bayi yang sangat keras.

Queen sedang bersama siapa?

"Bu, saya punya urusan yang mendadak. Saya bakal transfer uangnya ke rekening ibu."

**

Kia langsung berlari begitu memasuki pekarangan rumah Adi. Tanpa pikir panjang ia langsung membuka pintu tidak menunggu apapun. Kia tidak tau apa alasannya sampai harus berlari dan mengebut selama perjalanan.

"Hah," suara hembusan nafas Kia dpaat terdengar oleh seseorang yang sedang duduk. Ia langsung berdiri dan mendekati Kia.

Ketika Kia menunduk, satu tangan mendekatinya meminta jaba tangan. Kia menaikkan pandangannya.

"Aku Mela, kamu pasti tau aku kan."

"Oh, Hi!. Aku Rezkiana, kamu bisa panggil aku Kia. Oh iya, kamu bilang Queen menangis tadi?" suasana disekitar cukup hening. Lalu Bi Asti keluar dari kamar tiba tiba.

"Maaf soal itu, Bi Asti sudah menenangkan Queen."

"Bibi baru bisa menenangkan Queen karena Nona Mela baru mengizinkannya." ucap Bi Asti sambil menundukkan kepalanya.

"Kamu jujur sekali." cibir Mela.

Kia menarik nafas dalam dalam. "Apa kamu kekanak-kanakan seperti ini?" Mela langsung menatap Kia.

"Apa maksudmu?"

"Tidak semua orang punya waktu luang. Dan kamu tidak boleh seenaknya mempermainkan keadaan."

"Kamu keberatan mengurus Queen?"

"Tidak, aku tidak pernah bilang seperti itu."

"Tapi itu yang kutangkap dari kata katamu."

"Aku tidak punya waktu meladeni ocehanmu." Kia sudah ingin berlalu.

"Ah kasar sekali. Calon ibunya Queen." delikkan mata Mela membuat ubun ubun Kia memanas. Tapi langsung menarik nafas dalam dalam. Mela sudah seperti sedang memancingnya saja.

Tenang! Harus tenang Ki! Jangan balas lagi dengan api nanti merecon ini akan meledak.

"Bi, nanti saya akan kesini lagi sore."

"Bulshit!"

Kia memutar bola matanya lalu pergi begitu saja. Mengurusi Mela sama saja meladeni anak kecil berumur lima tahun. Tidak akan ada habisnya. Dan? Sekarang Kia sepemikiran dengan Lira. Kenapa harus menjauhkan Queen dari keluarganya.

Karena seluruh keluarganya gila. Ah, Kia masih belum selesai dengan pekerjaannya.

**

Saat sore tiba. Kia hampir melupakan janji untuk menemui Queen. Tapi ia masih mempunyai kesempatan karena hari masih jam 6. Maka dari itu, Kia langsung beranjak menuju kediaman baby Queen.

Sudah seperti biasanya. Ia langsung memasuki rumah itu. Dan berharap bahwa Mela sudah pergi tentunya.

"Kamchagiya!" Bi Asti sama kagetnya. Keduanya saling membuka pintu dan menemukan masing masing didepan pintu

"Bi Asti sendirian?"

"Sendiri, Nona Mela sudah pulang dari tadi karena jenuh." ucap Bi Asti sambil berbisik.

Kia mengangguk paham. "Queen?"

"Baru bangun, bibi ke dapur dulu ya."

"Iya." Kia langsung memasuki kamar Queen dan mendekati Queen diatas ranjangnya. Ranjang khusus bayi.

"Apa kabarnya sayang?"

Ketika sedang asyik asyiknya mengobrol. Tiba tiba tubuh Kia terhuyung ke lantai bersama seseorang dengan penampilan yang sangat erotis.

Adi berada diatas Kia karena menubruknya. Tidak, Adi sengaja menjatuhkan Kia karena menyangkanya adalah seseorang yang akan menculik Queen.

"Kia?"

"Arghhhh!" teriak Kia sekencang kencangnya. Adi langsung menarik diri menjauhi Kia. Sedangkan Kia menutupi wajahnya yang pastinya sudah merah padam.

Pasalnya Adi tidak memakai sehelai benang pun. Kecuali handuk yang meliliti bagian bawahnya.

"Kamu tidak pernah lihat laki laki tanpa pakaian apa?"

"Apa yang kamu bicarakan sih. Cepat pakai baju Adi!!!"

"Aishh!"  decak halus Adi sesaat sebelum berlari keluar.

Kia bangun dan langsung duduk. Tangannya menyentuh jantungnya yang berdetak sangat cepat sekarang.

"Tenang jantung, jangan lompat lompat kaya gini. Arghhhh!!!!" teriak Kia frustasi.

.
.
.
Jangan lupa vote dan komen😍😍

Back Taste 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang