EPISODE 2

1 0 0
                                    


Sebuah pertanyaan yang tak sempat aku persiapkan jawabannya. Aku menarik nafas panjang sembari berifikir sendiri.

"lha ko iya ya kenapa aku baru bisa nerima dia sekarang? Padahal aku sendiri udah tau sejauh mana dia suka sama aku"

Sampe pada akhirnya aku menjawab dengan jawaban yang sebenarnya bukanlah sebuah jawaban yang dia inginkan.

"gatau.. aku juga gatau kenapa aku baru bisa nerima kamu sekarang. Mungkin ini baru sampe pada waktunya. Karena kan, kemaren-kemaren kita gabisa sama-sama yak arena memang belum sampe pada waktunya"

Dia Cuma balas pernyataannku dengan senyuman kecil. Sungguh aku tau ini bukan jawaban yang dia mau.

Canggung sekali rasanya aku pas jalan bareng dia. Rasa minderku sangatlah menjadi. Bagaimana tidak, dia yang ganteng mau jalan sama aku yang jelek. Pertanyaan-pertanyaan mulai berterbangan di area fikiranku.

"kenapa dia mau jalan sama aku? Kenapa dia mau jadi pacar aku? Apa yang mesti dia banggain dari aku? Cantik engga, jelek iya. Toh masih banyak cewe cantik diluaran sana yang lebih menarik daripadaku"

Pertanyaan itu seolah terhempas sesaat dia menunjukkan rasa sayang dan rasa pengakuannya. Sepanjang perjalanan dia selalu menggenggam tanganku, dia tak pernah lepaskan itu, sesekali dia merangkulku, betapa bahagiaku saat itu dengan perlakuan hangatnya.

"ya Tuhan, sepertinya dia senang denganku, sepertinya dia ga malu juga punya cewek modelku"

Rasanya semakin tak ingin aku melepaskan genggamannya. Hati berdebar begitu hebat sesekali dia memanggilku sayang. Dunia terasa berpihak padaku. Aku merasakan sebuah kebahagiaan yang besar. Mendapatkan seseorang yang menyayangiku. Mendapatkan seseorang yang menerimaku apa adanya.

Dia menjadi satu-satunya laki-laki yang mau untukku perjuangkan saat itu. Tingkahku yang semakin manja menunjukan bahwa aku hanya mau dia dan perhatiannya. Kemanjaanku mungkin seekali membuatnya risih, pikirku. Tapi, inilah aku dengan caraku menunjukkan rasa sayang. Semakin aku sayang, semakin aku manja kepada dia.

Manjaku bukanlah manja nakal apalagi genit, manjaku hanya sebatas manja bahwa akulah yang seharusnya dia perhatikan, bukan orang lain. Jika aku telah berani manja terhadap seseorang, itu berarti bahwa orang tersebut sangatlah berarti untukku.'

Hari berganti hari, terisi hariku penuh dengan cinta kalaku dijadikan "ratu" olehnya. Tidak pernah sedikitpun dia menyakitiku saat itu. Kebahagiaan yang selalu dia berikan untukku. Perhatiannya membuatku selalu ingin bersamanya. Sampai tibalah pada satu waktu dimana aku tak lagi dijadikan sebagai "ratu" olehnya.

Tak pernah ingin aku ditinggalkannya. Bukan karena aku takut kehilangan kursi "ratu"ku, tapi aku takut kehilangan senyum di wajahku. Dan benar saja itu terjadi adanya. Sesaat setelah aku merasakan kebahagiaan, kesedihanpun datang menimpa. Dia pergi meninggalkanku tanpa ucapan "sampai jumpa".

*** Bersambung ***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lanjutan - Kasih Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang