It's Really The Last One?

22 3 3
                                    

Aku bersenandung riang.

Pantas saja nenek selalu menyuruhku bangun pagi. Udara dan suasana kota Seoul yang tenang membuatku rileks dan lebih leluasa.

"Baru kali ini merasakan Seoul tenang." Kataku tersenyum.

"Makanya, bangun pagi!"

"AA Kkamjjakya! (kaget!) Ya halmeoni! (ya nenek!)"

Nenek tertawa kecil.

"Kau bangun pagi kalau ada kepentingan saja ternyata."

"Ani (enggak), mulai detik ini aku akan terus bangun pagi." Kataku percaya diri.

"Aish. Buktikan sajalah. Aku sudah bosan mendengar bualanmu." kata nenek sambil memukul tanganku lalu berbalik arah untuk masuk kedalam rumah.

"Halmeoni, Baegopa (Nek, aku lapar)." Ucapku berbalik mengikuti sambil memegang kedua pundaknya dengan tanda sedang merayunya.

Nenek menghela nafas sabar sedangkan aku hanya cengengesan.

"Kau mau apa?" Tanyanya sesabar mungkin.

Aku berpikir.

"Samgyetang. I want that." Ucapku yang setelah itu tersenyum lebar tepat didepan muka nenek guna memohon dengan sangat.

Kali ini Ia menghembuskan nafas sabar.

"Aku buatkan, namun kau harus man-."

"Oke! Deal!" Seruku langsung memotong syarat dari nenek tanpa berpikir apapun. Yang aku sekarang inginkan hanya samgyetang buatan nenek. Aku akan berjuang untuk makanan satu itu.

Nenek tersenyum balik ke arahku dan berjalan lurus kedalam rumah.

Aku puas dan segera mengambil handuk dari jemuran yang posisinya saat itu tepat di sebelah kananku.

Aku berjalan menyusul nenek masuk kedalam rumah, untungnya nenek memang sudah tua dan jalannya sudah pelan. Jadi jika kami liburan, aku tak mungkin terpisah dari nenek.

"Pertama kalinya mandi jam setengah enam pagi, pasti segar sekali hihi." Ucapku bersemangat dan tertawa kecil.

"Iya, pasti segar sekali." Nenek menyahut omonganku dan ikut tertawa.

Sebentar. Langkahku berhenti. Sepertinya otakku baru hidup saat itu, mengingat aku jarang bangun pagi.

Ekspresiku berubah.

"MWO?! (apa?!)"

Nenek kali ini tertawa keras.

"HALMEONI!!"

Nenek tampak kaget.

"Ya Yun Ara!! Telingaku sakit!" serunya.

"Neo michyeosseo? (kau sudah gila?!) Aku bisa mati kedinginan jika mandi sekarang!" Keluhku tak terima.

Kepala nenek menengok ke arahku yang sekarang tepat ada disampingnya.

"Kau mau samgyetang?" Tanyanya tegas.

Kepala ku menunduk.

Nenek memang tau semua sifatku. termasuk jika aku batu. Saat diriku sendiri bilang aku menginginkan sesuatu, artinya aku benar-benar sangat menginginkannya. Apalagi aku memang jarang meminta apapun, sekalinya aku meminta sesuatu, artinya aku benar-benar mau atau membutuhkannya.

"Akanku buatkan asal kau man-"

"Geurae! (baiklah!) manjoghasibnikka?! (Puas?!)" Keluhku sambil berjalan cepat kedalam rumah dan menuju ke kamar mandi dengan sengaja menghentakan kaki lebih keras.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 12, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My LibraryWhere stories live. Discover now